BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan bertambahnya usia harapan hidup orang Indonesia, maka jumlah manusia lanjut usia di Republik ini akan bertambah banyak pula. Sehingga masalah penyakit akibat ketuaan akan semakin banyak kita hadapi. Salah satu penyakit yang harus diantisipasi adalah semakin banyaknya penyakit osteoporosis dan patah tulang yang diakibatkannya (Bayu Santoso, 2001)
Pada tahun 60 tahun ke depan akan terjadi perubahan demografik yang akan meningkatkan populasi warga usia lanjut dan meningkatkan terjadinya patah tulang karena osteoporosis. Jumlah penderita patah tulang akibat osteoporosis yang pada tahun 1990 mencapai 1,7 juta akan menjadi 6,3 juta pada tahun 2050, kecuali jika ada tindakan pencegahan yang agresif (Joewono Soeroso, 2001).
Di Surabaya berdasarkan pengamatan Prof. Dr. Djoko Roeshadi pada penelitiannya tahun 1997, 26% diantara wanita pasca menoupouse mengalami osteoporosis.
80% osteoporosis terjadi pada wanita terutama yang sudah mencapai usia menoupouse. Osteopororis sebetulnnya adalah berkurangnya masa tulang yang kemudian diikuti dengan kerusakan arsitektur tulang, sehingga tulang mudah mengalami patah tulang (R. Prayitno Prabowo, 2001).
Osteoporosis didefinisikan sebagai kelainan skeletal yang ditandai dengan adanya gangguan kekuatan tulang yang mengakibatkan tulang menjadi lebih besar resikonya untuk mengalami patah tulang. (Edi Mutamsir, 2001).
Osteoporosis dibagi menjadi tiga yaitu osteoporosis primer, osteoporosis sekunder dan osteoporosis idiopatik. Dalam penelitian ini peneliti membatasi pada osteoporosis primer. Menurut Albright JA tahun 1979. Osteoporosis primer adalah osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dan merupakan kelompok yang terbesar. Ada dua faktor resiko yang menjadi penyebab utama terjadinya osteoporosis yaitu faktor yang dapat diubah dan faktor yang tidak dapat diubah.
Dengan mengetahui faktor resiko osteoporosis, kita dapat memperkirakan penyebab atau suatu hal yang dapat mempermudah terjadinya osteoporosis. Konsep ini sangat bermanfaat dalam upaya mengurangi angka kecacatan.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan tersebut diatas, bahwa insiden osteoporosis dari penderita yang masuk di rumah sakit laboratorium ilmu bedah orthopaedic RSUD Dr Soetomo Surabaya pada tahun 1991 telah merawat penderita lanjut usia yang telah mengalami patah tulang paha sebanyak (15%) dari seluruh patah tulang pada kelompok umur yang sama. Wanita post menoupouse (80%) lebih banyak terkena dari pada laki-laki (20%), usia kurang dari 50 tahun lebih jarang terkena (15%) dari pada usia lebih dari 50 tahun (84,1%). Dari semua penderita osteoporosis yang mengalami patah tulang (20%) meningal satu tahun pasca patah tulang (25%) memerlukan fasilitas bantuan untuk kehidupan sehari-hari dan (55%) mengalami ketidakmampuan untuk mobilisasi seumur hidup.
Angka kecacatan yang diakibatkan oleh penyakit osteoporosis masih cukup tinggi di Indonesia, khususnya di RSUD Dr Soetomo yang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor resiko yang dapat mengakibatkan penyakit osteoporosis.
1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapatlah dirumuskan masalah dari penelitian ini adalah faktor-faktor apa yang mempengaruhi terjadinya osteoporosis di ruang rawat inap bedah (bedah B dan bedah E) di RSUD Dr Soetomo Surabaya.
BAB II
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
II.1 Tujuan Penelitian
II.1.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya osteoporosis di ruang rawat inap (bedah B dan bedah E) RSUD Dr Soetomo Surabaya.
II.1.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
1. Mempelajari karakteristik penderita osteoporosis
2. Mempelajari pengaruh merokok terhadap osteoporosis
3. Mempelajari pengaruh alcohol terhadap osteoporosis
4. Mempelajari pengaruh menoupouse terhadap osteoporosis
5. Mempelajari pengaruh kopi terhadap osteoporosis
6. Mempelajari pengaruh latihan terhadap osteoporosis.
II.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, antara lain :
1. Sebagai bahan masukan bagi instansi terkait (RSUD Dr Soetomo) dalam penanggulangan penyakit osteoporosis di masa yang akan datang
2. Sebagai bahan bagi masyarakat maupun peneliti berikutnya yang akan melakukan penelitian yang berhubungan dengan osteoporosis.
3. Sebagai wahana bagi penulis untuk mengembangkan dan mengaitkan pengetahuan serta ketrampilan penulis dalam penelitian.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 Definisi Osteoporosis
Osteoporosis adalah kondisi dimana terjadi peningkatan porositas dari tulang. Atau dengan kata lain adalah sugresif dari masa tulang, sehingga memudahkan terjadinya patah tulang (Albright JA, 1979).
Bagian tulang yang umumnya diserang adalah (Djoko Roeshadi, 2001):
1. Pada tulang radius distal
2. Pada tulang vertebrae
3. Pada tulang kollum femur / pelvis
III.2 Pembagian Osteoporosis
Chehab Rukmi Hylmi (1994) membagi osteoporosis sebagai berikut :
1. Osteoporosis Primer
2. Osteoporosis Sekunder
3. Osteoporosis Idiopatic
III.2.1 Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer adalah suatu osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dengan jelas ini merupakan kelompok terbesar.
Osteoporosis primer dibagi menjadi :
1. Type I
Osteoporosis yang timbul pada wanita post menoupouse
2. Type II
Osteoporosis yang terdapat pada kedua jenis kelamin dengan usia yang semakin bertambah (senilis)
III.2.2 Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis sekunder adalah suatu osteoporosis yang diketahui penyebabnya jelas.
Biasanya disebabkan oleh :
1. Endcrine disease
2. Nutritional causes
3. Drugs
III.2.3 Osteoporosis Idiopatic
Yang dimaksud dengan osteoporosis jenis ini adalah terjadinya pengurangan masa tulang pada :
1. Juvenile
2. Adolesence
3. Wanita pra menoupouse
4. Laki-laki berusia muda /pertengahan
5. osteoporosis jenis ini lebih jarang terjadi.
III.3 Patofisiologi Osteoporosis
Sel tulang terdiri atas osteoblas, osteossit dan osteoclas yang dalam aktifitasnya mengatur homeostasis kalsium yang tidak berdiri sendiri melainkan saling berinteraksi. Homeostasis kalsium pada tingkat seluler didahului penyerapan tulang oleh osteoclas yang memerlukan waktu 40 hari disusul fase istirahat dan kemudian disusul fase pembentukan tulang kembali oleh osteoblas yang memerlukan waktu 120 hari (Kamis, 1994).
Dalam penyerapannya osteoclas melepas transforming Growth Factor yang merangsang aktivitas awal osteoblas dalam keadaan normal kwantitas dan kwalitas penyerapan tulang oleh osteoclas sama dengan kwantitas dan kwalitas pembentukan tulang baru oleh osteoclas. Pada Osteoporasis penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukan baru (Djoko Roeshadi, 2001).
III.4 Gejala dan Tanda Osteoporosis
Pada awalnya penyakit ini tidak menimbulkan gangguan apapun. Namun dalam kondisi yang sudah parah gambaran klinik osteoporosis adalah sebagai berikut (Djoko R, 2001)
1. Nyeri
2. Tinggi badan berkurang /memendek
Dalam mendiagnosis osteoporosis tidak hanya berdasarkan pemeriksaan klinik serta radiologis saja. Dengan pemeriksaan penunjang yaitu BMD (Bone Mineral Density) dan DEXA (Dual Energy X-Ray Absorpsiometry) diagnosis osteoporosis menjadi lebih pasti.
III.5 Faktor Resiko Osteoporosis
Dikenal beberapa faktor resiko untuk terjadinya osoteoporosis. Faktor resiko ini dibagi menjadi dua (R. Prayitno Prabowo, 2001).
1. Faktor resiko yang tidak bisa dirubah
- Usia
- Jenis kelamin
- Ras
- Riwayat Keluarga /keturunan
- Bentuk tubuh
2. Faktor resiko yang dapat dirubah
- Merokok
- Alcohol
- Defisiensi vitamin d
- Kafein
- Gaya hidup
- Gangguan makan (anoreksia vervusa)
- Defisiensi esterogen pada menoupouse alami atau menoupouse karena operasi
- Penggunaan obat-obatan tertentu seperti :
• Diuretik
• Glukoortikoid
• Anti konvulsan
• Hormon tiroid berlebihan
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka pembahasan mengenai faktor resiko akan dibatasi pada merokok, alcohol, menoupouse, kafein, latihan, umur, jenis kelamin, keturunan.
* Merokok
Gaya hidup modern, tang telah melegalkan wanita merokok di depan umum, semakin membuka banyaknya kasus osteoporosis Nikotin dalam rokok menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang. Sehingga proses pembentukan tulang oleh osteoblast menjadi melemah (Djoko R, 2001).
* Alkohol
Dampak dari konsumsi alcohol pada osteoporosis berhubungan dengan jumlah alcohol yang dikonsumsi. Konsumsi yang berlebihan akan menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang. (R. Prayitno, 2001).
* Menopouse
Di sini kadar esterogen menurun. Dengan menurunnya kadar esterogen resorbsi tulang menjadi lebih cepat, sehingga akan terjadi penurunan masa tulang yang banyak. Bila tidak segera diintervensi akan cepat terjadi osteoporosis (RP 2001).
* Kafein
Mengkonsumsi atau minum kopi diatas 3 cangkir per hari, menyebabkan tubuh selalu ingin kencing. Keadaan tersebut menyebabkan kalsium banyak terbuang bersama air kencing (Djoko R, 2001).
* Latihan /aktivitas
Imobilisasi dengan penurunan penyangga berat badan merupakan stimulus penting bagi resorppsi tulang. Beban fisik yang terintegrasi merupakan penentu dari puncak masa tulang (Bayu Santoso, 2001).
* Umur- jenis kelamin – keturunan
Dari segi usia pada laki-laki dan wanita usia diatas 40 tahun merupakan usia terkenaa osteoporosis. Sehingga sebelum mencapai usia ini, kekuatan dan gizi tulang harus selalu diperhatikan, agar penurunan kekuatan tulang tidak begitu curam.
Dari perbedaan jenis kelamin dapat diketahui bahwa kerapuhan tulang banyak diderita oleh wanita yang menoupouse. Hal ini dikarenakan hormon esterogennya menurun drastis.
Sejarah keluarga juga mempengaruhi penyakit ini, pada keluarga yang mempunyai sejarah osteoporosis, anak-anak yang dilahirkannya enderung akan mempunyai penyakit yang sama (Djoko R, 2001).
III.6 Tata Laksana
Tata laksana disini menurut Djoko Roeshadi dianjurkan untuk prevensi maupun pengobatannya. Tujuan prevensi adalah untuk mencegah terjadinya osteoporosis dengan menghindari atau mengurangi faktor resiko osteoporosis. Prevensi ini bisa dilakukan dengan melakukan penyuluhan terhadap penduduk, agar mereka dapat mengendalikan hal-hal yang dapat meningkatkan terjadinya ostreoporosis seperti misalnya :
1. Mencegah dan menghentikan kebiasaan seperti merokok dan minum alcohol
2. Mengatur diet yang baik / dengan benar seperti mengkonsumsi sayuran, susu tinggi kalsium dll.
3. Olah raga teratur
BAB IV
KERANGKA KONSEPTUAL
V.1 Kerangka Konseptual
Pada gambar diatas dapat diketahui bahwa ada beberapa macam faktor resiko osteoporosis yang ingin diketahui oleh penulis antara lain merokok, alcohol, menoupouse, kafein, latihan, usia, jenis kelamin dan keturunan. Dimana penuis ingin mengetahui apakah ada pengaruh faktor-faktor resiko tersebut terhadap penyakit osteoporosis.
IV.2 Hipotesis
Hipotesis I
Ada pengaruh merokok terhadap osteoporosis
Hipotesis II
Ada pengaruh alkohol terhadap osteoporosis
Hipotesis III
Ada pengaruh menoupouse terhadap osteoporosis
Hipotesis IV
Ada pengaruh konsumsi kafein terhadap osteoporosis
Hipotesis V
Ada pengaruh latihan osteoporosis
Hipotesis VI
Ada pengaruh umur terhadap osteoporosis
Hipotesis VII
Ada pengaruh jenis kelamin terhadap osteoporosis
Hipotesis VIII
Ada pengaruh keturunan terhadap osteoporosis
BAB V
METODE PENELITIAN
V.1 Rancang Bangun Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian maka rancang bangun penelitian ini menggunakan metode penelitian yang bersifat observasional analitik, yaitu ditujukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya variable yang diteliti.
Berdasarkan pelaksanaannya maka rancang bangun penelitiannya dengan menggunakan jenis survey, yaitu penelitian yang mengambil sample dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan datanya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan case control.
V.2 Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua penderita osteoporosis di ruang rawat inap RSUD Dr Soetomo, tanggal 21 April – 20 Juni 2002.
V.3 Sampel
a. Kasus : Penderita yang rawat inap dengan diagnosa osteoporosis di ruang rawat inap RSUD Dr Soetomo
Untuk meminimalkan kesalahan pada populasi maka cara pengambilan sampel menggunakan urmus :
SD = n-1
Keterangan :
SD = standard deviasi
N = jumlah total sampel
b. Kontrol : Penderita yang tidak menderita osteoporosis yang mengalami rawat inap di ruang bedah B dan bedah E yang diambil secara acak.
Perbandingan kasus dan kontrol 1 :1
V.4 Tempat dan waktu pengambilan data
- Tempat pengambilan data
Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap RSUD Dr Soetomo di Surabaya sebagai rumah sakit terbesar di Indonesia bagian Timur.
- Waktu pengambilan data
1 April 2002-20 Juni 2002
V.5 Variabel
- Variabel terikat = penderita osteoporosis
- Variable Bebas = 1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Keturunan
4. Merokok
5. Alkohol
6. Menoupouse
7. Kafein
8. Latihan
V.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
- Data Primer
Wawancara dengan bantuan kuisioner kepada pemerintah atau keluarga penderita
- Data Sekunder
Data penderita yang terkena osteoporosis dari tanggal 21 April – 20 Juni 2002 yang dipilih sebagai sampel.
V.7 Teknik Analisa
Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk diskriptif, yang selanjutnya akan dianalisa dengan menggunakan uji statistik dengan regresi logistik dengan tujuan untuk mengetahui faktor mana yang berpengaruh terhadap timbulnya terikat.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan bertambahnya usia harapan hidup orang Indonesia, maka jumlah manusia lanjut usia di Republik ini akan bertambah banyak pula. Sehingga masalah penyakit akibat ketuaan akan semakin banyak kita hadapi. Salah satu penyakit yang harus diantisipasi adalah semakin banyaknya penyakit osteoporosis dan patah tulang yang diakibatkannya (Bayu Santoso, 2001)
Pada tahun 60 tahun ke depan akan terjadi perubahan demografik yang akan meningkatkan populasi warga usia lanjut dan meningkatkan terjadinya patah tulang karena osteoporosis. Jumlah penderita patah tulang akibat osteoporosis yang pada tahun 1990 mencapai 1,7 juta akan menjadi 6,3 juta pada tahun 2050, kecuali jika ada tindakan pencegahan yang agresif (Joewono Soeroso, 2001).
Di Surabaya berdasarkan pengamatan Prof. Dr. Djoko Roeshadi pada penelitiannya tahun 1997, 26% diantara wanita pasca menoupouse mengalami osteoporosis.
80% osteoporosis terjadi pada wanita terutama yang sudah mencapai usia menoupouse. Osteopororis sebetulnnya adalah berkurangnya masa tulang yang kemudian diikuti dengan kerusakan arsitektur tulang, sehingga tulang mudah mengalami patah tulang (R. Prayitno Prabowo, 2001).
Osteoporosis didefinisikan sebagai kelainan skeletal yang ditandai dengan adanya gangguan kekuatan tulang yang mengakibatkan tulang menjadi lebih besar resikonya untuk mengalami patah tulang. (Edi Mutamsir, 2001).
Osteoporosis dibagi menjadi tiga yaitu osteoporosis primer, osteoporosis sekunder dan osteoporosis idiopatik. Dalam penelitian ini peneliti membatasi pada osteoporosis primer. Menurut Albright JA tahun 1979. Osteoporosis primer adalah osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dan merupakan kelompok yang terbesar. Ada dua faktor resiko yang menjadi penyebab utama terjadinya osteoporosis yaitu faktor yang dapat diubah dan faktor yang tidak dapat diubah.
Dengan mengetahui faktor resiko osteoporosis, kita dapat memperkirakan penyebab atau suatu hal yang dapat mempermudah terjadinya osteoporosis. Konsep ini sangat bermanfaat dalam upaya mengurangi angka kecacatan.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan tersebut diatas, bahwa insiden osteoporosis dari penderita yang masuk di rumah sakit laboratorium ilmu bedah orthopaedic RSUD Dr Soetomo Surabaya pada tahun 1991 telah merawat penderita lanjut usia yang telah mengalami patah tulang paha sebanyak (15%) dari seluruh patah tulang pada kelompok umur yang sama. Wanita post menoupouse (80%) lebih banyak terkena dari pada laki-laki (20%), usia kurang dari 50 tahun lebih jarang terkena (15%) dari pada usia lebih dari 50 tahun (84,1%). Dari semua penderita osteoporosis yang mengalami patah tulang (20%) meningal satu tahun pasca patah tulang (25%) memerlukan fasilitas bantuan untuk kehidupan sehari-hari dan (55%) mengalami ketidakmampuan untuk mobilisasi seumur hidup.
Angka kecacatan yang diakibatkan oleh penyakit osteoporosis masih cukup tinggi di Indonesia, khususnya di RSUD Dr Soetomo yang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor resiko yang dapat mengakibatkan penyakit osteoporosis.
1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapatlah dirumuskan masalah dari penelitian ini adalah faktor-faktor apa yang mempengaruhi terjadinya osteoporosis di ruang rawat inap bedah (bedah B dan bedah E) di RSUD Dr Soetomo Surabaya.
BAB II
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
II.1 Tujuan Penelitian
II.1.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya osteoporosis di ruang rawat inap (bedah B dan bedah E) RSUD Dr Soetomo Surabaya.
II.1.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
1. Mempelajari karakteristik penderita osteoporosis
2. Mempelajari pengaruh merokok terhadap osteoporosis
3. Mempelajari pengaruh alcohol terhadap osteoporosis
4. Mempelajari pengaruh menoupouse terhadap osteoporosis
5. Mempelajari pengaruh kopi terhadap osteoporosis
6. Mempelajari pengaruh latihan terhadap osteoporosis.
II.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, antara lain :
1. Sebagai bahan masukan bagi instansi terkait (RSUD Dr Soetomo) dalam penanggulangan penyakit osteoporosis di masa yang akan datang
2. Sebagai bahan bagi masyarakat maupun peneliti berikutnya yang akan melakukan penelitian yang berhubungan dengan osteoporosis.
3. Sebagai wahana bagi penulis untuk mengembangkan dan mengaitkan pengetahuan serta ketrampilan penulis dalam penelitian.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 Definisi Osteoporosis
Osteoporosis adalah kondisi dimana terjadi peningkatan porositas dari tulang. Atau dengan kata lain adalah sugresif dari masa tulang, sehingga memudahkan terjadinya patah tulang (Albright JA, 1979).
Bagian tulang yang umumnya diserang adalah (Djoko Roeshadi, 2001):
1. Pada tulang radius distal
2. Pada tulang vertebrae
3. Pada tulang kollum femur / pelvis
III.2 Pembagian Osteoporosis
Chehab Rukmi Hylmi (1994) membagi osteoporosis sebagai berikut :
1. Osteoporosis Primer
2. Osteoporosis Sekunder
3. Osteoporosis Idiopatic
III.2.1 Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer adalah suatu osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dengan jelas ini merupakan kelompok terbesar.
Osteoporosis primer dibagi menjadi :
1. Type I
Osteoporosis yang timbul pada wanita post menoupouse
2. Type II
Osteoporosis yang terdapat pada kedua jenis kelamin dengan usia yang semakin bertambah (senilis)
III.2.2 Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis sekunder adalah suatu osteoporosis yang diketahui penyebabnya jelas.
Biasanya disebabkan oleh :
1. Endcrine disease
2. Nutritional causes
3. Drugs
III.2.3 Osteoporosis Idiopatic
Yang dimaksud dengan osteoporosis jenis ini adalah terjadinya pengurangan masa tulang pada :
1. Juvenile
2. Adolesence
3. Wanita pra menoupouse
4. Laki-laki berusia muda /pertengahan
5. osteoporosis jenis ini lebih jarang terjadi.
III.3 Patofisiologi Osteoporosis
Sel tulang terdiri atas osteoblas, osteossit dan osteoclas yang dalam aktifitasnya mengatur homeostasis kalsium yang tidak berdiri sendiri melainkan saling berinteraksi. Homeostasis kalsium pada tingkat seluler didahului penyerapan tulang oleh osteoclas yang memerlukan waktu 40 hari disusul fase istirahat dan kemudian disusul fase pembentukan tulang kembali oleh osteoblas yang memerlukan waktu 120 hari (Kamis, 1994).
Dalam penyerapannya osteoclas melepas transforming Growth Factor yang merangsang aktivitas awal osteoblas dalam keadaan normal kwantitas dan kwalitas penyerapan tulang oleh osteoclas sama dengan kwantitas dan kwalitas pembentukan tulang baru oleh osteoclas. Pada Osteoporasis penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukan baru (Djoko Roeshadi, 2001).
III.4 Gejala dan Tanda Osteoporosis
Pada awalnya penyakit ini tidak menimbulkan gangguan apapun. Namun dalam kondisi yang sudah parah gambaran klinik osteoporosis adalah sebagai berikut (Djoko R, 2001)
1. Nyeri
2. Tinggi badan berkurang /memendek
Dalam mendiagnosis osteoporosis tidak hanya berdasarkan pemeriksaan klinik serta radiologis saja. Dengan pemeriksaan penunjang yaitu BMD (Bone Mineral Density) dan DEXA (Dual Energy X-Ray Absorpsiometry) diagnosis osteoporosis menjadi lebih pasti.
III.5 Faktor Resiko Osteoporosis
Dikenal beberapa faktor resiko untuk terjadinya osoteoporosis. Faktor resiko ini dibagi menjadi dua (R. Prayitno Prabowo, 2001).
1. Faktor resiko yang tidak bisa dirubah
- Usia
- Jenis kelamin
- Ras
- Riwayat Keluarga /keturunan
- Bentuk tubuh
2. Faktor resiko yang dapat dirubah
- Merokok
- Alcohol
- Defisiensi vitamin d
- Kafein
- Gaya hidup
- Gangguan makan (anoreksia vervusa)
- Defisiensi esterogen pada menoupouse alami atau menoupouse karena operasi
- Penggunaan obat-obatan tertentu seperti :
• Diuretik
• Glukoortikoid
• Anti konvulsan
• Hormon tiroid berlebihan
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka pembahasan mengenai faktor resiko akan dibatasi pada merokok, alcohol, menoupouse, kafein, latihan, umur, jenis kelamin, keturunan.
* Merokok
Gaya hidup modern, tang telah melegalkan wanita merokok di depan umum, semakin membuka banyaknya kasus osteoporosis Nikotin dalam rokok menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang. Sehingga proses pembentukan tulang oleh osteoblast menjadi melemah (Djoko R, 2001).
* Alkohol
Dampak dari konsumsi alcohol pada osteoporosis berhubungan dengan jumlah alcohol yang dikonsumsi. Konsumsi yang berlebihan akan menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang. (R. Prayitno, 2001).
* Menopouse
Di sini kadar esterogen menurun. Dengan menurunnya kadar esterogen resorbsi tulang menjadi lebih cepat, sehingga akan terjadi penurunan masa tulang yang banyak. Bila tidak segera diintervensi akan cepat terjadi osteoporosis (RP 2001).
* Kafein
Mengkonsumsi atau minum kopi diatas 3 cangkir per hari, menyebabkan tubuh selalu ingin kencing. Keadaan tersebut menyebabkan kalsium banyak terbuang bersama air kencing (Djoko R, 2001).
* Latihan /aktivitas
Imobilisasi dengan penurunan penyangga berat badan merupakan stimulus penting bagi resorppsi tulang. Beban fisik yang terintegrasi merupakan penentu dari puncak masa tulang (Bayu Santoso, 2001).
* Umur- jenis kelamin – keturunan
Dari segi usia pada laki-laki dan wanita usia diatas 40 tahun merupakan usia terkenaa osteoporosis. Sehingga sebelum mencapai usia ini, kekuatan dan gizi tulang harus selalu diperhatikan, agar penurunan kekuatan tulang tidak begitu curam.
Dari perbedaan jenis kelamin dapat diketahui bahwa kerapuhan tulang banyak diderita oleh wanita yang menoupouse. Hal ini dikarenakan hormon esterogennya menurun drastis.
Sejarah keluarga juga mempengaruhi penyakit ini, pada keluarga yang mempunyai sejarah osteoporosis, anak-anak yang dilahirkannya enderung akan mempunyai penyakit yang sama (Djoko R, 2001).
III.6 Tata Laksana
Tata laksana disini menurut Djoko Roeshadi dianjurkan untuk prevensi maupun pengobatannya. Tujuan prevensi adalah untuk mencegah terjadinya osteoporosis dengan menghindari atau mengurangi faktor resiko osteoporosis. Prevensi ini bisa dilakukan dengan melakukan penyuluhan terhadap penduduk, agar mereka dapat mengendalikan hal-hal yang dapat meningkatkan terjadinya ostreoporosis seperti misalnya :
1. Mencegah dan menghentikan kebiasaan seperti merokok dan minum alcohol
2. Mengatur diet yang baik / dengan benar seperti mengkonsumsi sayuran, susu tinggi kalsium dll.
3. Olah raga teratur
BAB IV
KERANGKA KONSEPTUAL
V.1 Kerangka Konseptual
Pada gambar diatas dapat diketahui bahwa ada beberapa macam faktor resiko osteoporosis yang ingin diketahui oleh penulis antara lain merokok, alcohol, menoupouse, kafein, latihan, usia, jenis kelamin dan keturunan. Dimana penuis ingin mengetahui apakah ada pengaruh faktor-faktor resiko tersebut terhadap penyakit osteoporosis.
IV.2 Hipotesis
Hipotesis I
Ada pengaruh merokok terhadap osteoporosis
Hipotesis II
Ada pengaruh alkohol terhadap osteoporosis
Hipotesis III
Ada pengaruh menoupouse terhadap osteoporosis
Hipotesis IV
Ada pengaruh konsumsi kafein terhadap osteoporosis
Hipotesis V
Ada pengaruh latihan osteoporosis
Hipotesis VI
Ada pengaruh umur terhadap osteoporosis
Hipotesis VII
Ada pengaruh jenis kelamin terhadap osteoporosis
Hipotesis VIII
Ada pengaruh keturunan terhadap osteoporosis
BAB V
METODE PENELITIAN
V.1 Rancang Bangun Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian maka rancang bangun penelitian ini menggunakan metode penelitian yang bersifat observasional analitik, yaitu ditujukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya variable yang diteliti.
Berdasarkan pelaksanaannya maka rancang bangun penelitiannya dengan menggunakan jenis survey, yaitu penelitian yang mengambil sample dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan datanya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan case control.
V.2 Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua penderita osteoporosis di ruang rawat inap RSUD Dr Soetomo, tanggal 21 April – 20 Juni 2002.
V.3 Sampel
a. Kasus : Penderita yang rawat inap dengan diagnosa osteoporosis di ruang rawat inap RSUD Dr Soetomo
Untuk meminimalkan kesalahan pada populasi maka cara pengambilan sampel menggunakan urmus :
SD = n-1
Keterangan :
SD = standard deviasi
N = jumlah total sampel
b. Kontrol : Penderita yang tidak menderita osteoporosis yang mengalami rawat inap di ruang bedah B dan bedah E yang diambil secara acak.
Perbandingan kasus dan kontrol 1 :1
V.4 Tempat dan waktu pengambilan data
- Tempat pengambilan data
Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap RSUD Dr Soetomo di Surabaya sebagai rumah sakit terbesar di Indonesia bagian Timur.
- Waktu pengambilan data
1 April 2002-20 Juni 2002
V.5 Variabel
- Variabel terikat = penderita osteoporosis
- Variable Bebas = 1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Keturunan
4. Merokok
5. Alkohol
6. Menoupouse
7. Kafein
8. Latihan
V.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
- Data Primer
Wawancara dengan bantuan kuisioner kepada pemerintah atau keluarga penderita
- Data Sekunder
Data penderita yang terkena osteoporosis dari tanggal 21 April – 20 Juni 2002 yang dipilih sebagai sampel.
V.7 Teknik Analisa
Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk diskriptif, yang selanjutnya akan dianalisa dengan menggunakan uji statistik dengan regresi logistik dengan tujuan untuk mengetahui faktor mana yang berpengaruh terhadap timbulnya terikat.
No comments:
Post a Comment