Sunday 10 March 2013

KONSEP DASAR DISPEPSIA

BAB I
KONSEP DASAR DISPEPSIA

Definisi
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani "δυς-" (Dys-), berarti sulit , dan  "πέψη" (Pepse), berarti pencernaan (N.Talley, et al., 2005). Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan. Keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung, kini tidak lagi termasuk dispepsia. Pengertian dispepsia terbagi dua, yaitu :
Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya. Sindroma dispepsi organik terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari, radang pankreas, radang empedu, dan lain-lain.
Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional, atau dispesia nonulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi (teropong saluran pencernaan).
Definisi lain, dispepsia adalah nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau dada, yang sering dirasakan sebagai adanya gas, perasaan penuh atau rasa sakit atau rasa terbakar di perut. Setiap orang dari berbagai usia dapat terkena dispepsia, baik pria maupun wanita. Sekitar satu dari empat orang dapat terkena dispepsia dalam beberapa waktu (Bazaldua, et al, 1999)
 
Etiologi
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux. Pada pasien dengan penyakit acid reflux, asam lambung terdorong ke atas menuju esofagus (saluran muskulo membranosa yang membentang dari faring ke dalam lambung). Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia belum dapat ditemukan.
Penyebab dispepsia secara rinci adalah:
Menelan udara (aerofagi)
Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
Iritasi lambung (gastritis)
Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
Kanker lambung
Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)
Kelainan gerakan usus
Stress psikologis, kecemasan, atau depresi
Infeksi Helicobacter pylory

Manifestasi klinis
    Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi dispepsia menjadi tiga tipe :
Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus-like dyspepsia), dengan gejala:
Nyeri epigastrium terlokalisasi
Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid
Nyeri saat lapar
Nyeri episodik
Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspesia), dengan gejala:
Mudah kenyang
Perut cepat terasa penuh saat makan
Mual
Muntah
Upper abdominal bloating (bengkak perut bagian atas)
Rasa tak nyaman bertambah saat makan
Dispepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe di atas) (Mansjoer, et al, 2007).
Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta dapat akut atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.
Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin disertai dengan sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa penderita, makan dapat memperburuk nyeri; pada penderita yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya.
Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung).
Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak memberi respon terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat badan atau gejala lain yang tidak biasa, maka penderita harus menjalani pemeriksaan.

Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan untuk penanganan dispepsia terbagi beberapa bagian, yaitu:
Pemeriksaan laboratorium biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap dan pemeriksaan darah dalam tinja, dan urine. Dari hasil pemeriksaan darah bila ditemukan lekositosis berarti ada tanda-tanda infeksi. Pada pemeriksaan tinja, jika tampak cair berlendir atau banyak mengandung lemak berarti kemungkinan menderita malabsorpsi. Seseorang yang diduga menderita dispepsia tukak, sebaiknya diperiksa asam lambung (Hadi, 2002). Pada karsinoma saluran pencernaan perlu diperiksa petanda tumor, misalnya dugaan karsinoma kolon perlu diperiksa CEA, dugaan karsinoma pankreas perlu diperiksa CA 19-9 (Vilano et al, cit Hadi, 2002).
Barium enema untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus halus dapat dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan berat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita makan (Mansjoer, 2007).
Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus kecil dan untuk mendapatkan contoh jaringan untuk biopsi dari lapisan lambung. Contoh tersebut kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahui apakah lambung terinfeksi oleh Helicobacter pylori. Endoskopi merupakan pemeriksaan baku emas, selain sebagai diagnostik sekaligus terapeutik. Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah:
CLO (rapid urea test)
Patologi anatomi (PA)
Kultur mikroorgsanisme (MO) jaringan
PCR (polymerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiologi, yaitu OMD dengan kontras ganda, serologi Helicobacter pylori, dan urea breath test (belum tersedia di Indonesia) (Mansjoer, 2007). Pemeriksaan radiologis dilakukan terhadap saluran makan bagian atas dan sebaiknya dengan kontras ganda. Pada refluks gastroesofageal akan tampak peristaltik di esofagusnyang menurun terutama di bagian distal, tampak anti-peristaltik di antrum yang meninggi serta sering menutupnya pilorus, sehingga sedikit barium yang masuk ke intestin (Hadi, 2002). Pada tukak baik di lambung, maupun di duodenum akan terlihat gambar yang disebut niche, yaitu suatu kawah dari tukak yang terisi kontras media. Bentuk niche dari tukak yang jinak umumnya reguler, semisirkuler, dengan dasar licin (Vilano et al, cit Hadi, 2002). Kanker di lambung secara radiologis, akan tampak massa yang ireguler tidak terlihat peristaltik di daerah kanker, bentuk dari lambung berubah (Shirakabe cit Hadi, 2002). Pankreatitis akuta perlu dibuat foto polos abdomen, yang akan terlihat tanda seperti terpotongnya usus besar (colon cut off sign), atau tampak dilatasi dari intestin terutama di jejunum yang disebut  sentinal loops (Hadi, 2002).
Kadang dilakukan pemeriksaan lain, seperti pengukuran kontraksi kerongkongan atau respon kerongkongan terhadap asam.
          
Penatalaksanaan
Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter pylori 1996, ditetapkan skema penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra kesehatan dengan tenaga ahli (gastroenterolog atau internis) yang disertai fasilitas endoskopi dengan penatalaksanaan dispepsia di masyarakat.
Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu:
Antasid 20-150 ml/hari
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir sekresi asam lambung. Antasid biasanya mengandung Na bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian antasid jangan terus-menerus, sifatnya hanya simtomatis, unutk mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.
Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan seksresi asama lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif.
Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis respetor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin.
Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.
Sitoprotektif
Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2). Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin endogen, yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif (site protective), yang bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA).
Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance) (Mansjoer et al, 2007).
Kadang kala juga dibutuhkan psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti- depresi dan cemas) pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan yang muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi (Sawaludin, 200)

Pencegahan
Modifikasi gaya hidup sangat berperan dalam mencegah terjadinya dispepsia bahkan memperbaiki kondisi lambung secara tidak langsung (Ariyanto, 2007)
Berikut ini adalah modifikasi gaya hidup yang dianjurkan untuk mengelola dan mencegah timbulnya gangguan akibat dispepsia :
1.   Atur pola makan seteratur mungkin.
2.   Hindari makanan berlemak tinggi yang menghambat pengosongan isi lambung
      (coklat, keju, dan lain-lain).
3.   Hindari makanan yang menimbulkan gas di lambung (kol, kubis, kentang, melon, semangka, dan lain-lain).
4.   Hindari makanan yang terlalu pedas.
5.   Hindari minuman dengan kadar caffeine dan alkohol.
6.   Hindari obat yang mengiritasi dinding lambung, seperti obat anti-inflammatory, misalnya yang mengandung ibuprofen, aspirin, naproxen, dan ketoprofen. Acetaminophen adalah pilihan yang tepat untuk mengobati nyeri karena tidak mengakibatkan iritasi pada dinding lambung.
7.   Kelola stress psikologi se-efisien mungkin.
8.   Jika anda perokok, berhentilah merokok.
9.   Jika anda memiliki gangguan acid reflux, hindari makan sebelum waktu tidur.
10. Hindari faktor-faktor yang membuat pencernaan terganggu, seperti makan terlalu banyak, terutama makanan berat dan berminyak, makan terlalu cepat, atau makan sesaat sebelum olahraga.
11. Pertahankan berat badan sehat
12. Olahraga teratur (kurang lebih 30 menit dalam beberapa hari seminggu) untuk mengurangi stress dan mengontrol berat badan, yang akan mengurangi dispepsia.

















































BAB  II
PENGKAJIAN


IDENTITAS
Nama            : An. T
Umur            : 9 tahun
Jenis kelamin        : Laki-laki
Agama:            : Islam
Alamat            : Cilibang
Status perkawinan        : Belum Kawin
Pekerjaan             : Murid SD
Diagnosa Medik        : Dispepsia
Tanggal Pengkajian        : 26 September 2009

ANAMNESIS
Keluhan Utama
Pusing, mual (+), muntah (+) 2x, perut melilit.

Riwayat Penyakit Sekarang   
Sejak sekitar 3 hari yll, anak merasakan perutnya melilit. Kadang terasa kembung, penuh kadang terasa perih dan nyeri di perut bagian atas. Nafsu makan menurun karena jika makan sedikit saja, perut terasa sudah penuh. Muntah (+) 2x. Rasa tidak nyaman di perut tidak dipengaruhi makanan, tidak dipengaruhi pola BAB. BAB dirasakan biasa saja, tidak ada keluhan. BAK dirasakan biasa saja, tidak ada keluhan. Selama gejala kambuh, anak masih tetap bisa beraktivitas, hanya kalau malam susah tidur. Penurunan berat badan tidak diketahui. Sudah diobati obat maag beli di warung keluhan tidak membaik  anak periksa ke Puskesmas.

Riwayat Penyakit Dahulu   
Riwayat keluhan serupa (+) hilang timbul
Riwayat konsumsi alcohol (-)
Riwayat asma, alergi, DM disangkal

Pola nutrisi/ metabolic :
Intake makanan : orang tua anak mengatakan sejak sakit merasa nafsu makan jadi berkurang. Anak dirumah biasanya makan kurang teratur, dan sering makan makanan yang nget-ngetan.
Intake cairan : orang tua anak mengatakan minumnya biasa saja, satu hari kadang habis 4-5 gelas(1000-1500 cc). Jenis minuman air putih, klien mengatakan kadang juga minum air teh.

Pola eliminasi
Buang air besar (BAB): anak mengatakan tidak mengalami gangguan dalam pola BAB, klien biasa BAB 1-2 kali sehari, konsistensi lembek.
Buang air kecil (BAK) : anak mengatakan buang air kecil biasanya 4-5 kali sehari, kadang warnanya agak kuning.










Pola aktifitas dan latihan

Kemampuan perawatan diri    0    1    2    3    4
Makan/minum    √               
Mandi     √               
Toileting    √               
Berpakaian    √               
Mobilitas di tempat tidur     √               
Berpindah    √               
Ambulasi/ROM    √               
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total

Oksigenasi
Anak bernafas spontan, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, tidak ada pernafasan cuping hidung, namun jika ada serangan asma klien sulit untuk bernafas spontan dan kadang nafas lewat hidung.

Pola tidur dan istirahat :
Kebiasaaan An.T tidur malam pada pkl: 21.00-05.00 WIB. Orang tua mengatakan bahwa selama sakit anak sering terbangun karena nyeri.

Pola perseptual
(penglihatan, pendengaranan, pengecap, sensasi)
Anak mengatakan tidak mengalami gangguan dalam penglihatan. Klien juga mengatakan tidak mengalami keluhan dalam hal pendengaran, penciuman, pengecapan maupun sensasi.

10.   Pola seksualitas dan reproduksi
(fertilitas, libido, menstruasi, kontrasepsi, dll).
Anak laki-laki berusia 9 tahun, tidak ada kelainan kelamin.

11.   Pola peran hubungan
(Komunikasi, hubungan dengan orang lain, kemampuan keuangan)
Anak dapat berkomunikasi secara verbal dengan orang tua dan orang lain dan lancar berbahasa indonesia. Tidak ada gangguan komunikasi. Hubungan anak dengan keluarga, tetangga dan petugas kesehatan cukup baik. Anak sering menggunakan waktu luangnya untuk bermain dengan anak-anak lain di lingkungannya, namun setelah sakit anak hanya beristirahat di rumah.

12.  Pola managemen koping-stess
(Perubahan terbesar dalam hidup pada akhir-akhir ini)
Anak biasanya bila ada masalah diselesaikan dan didiskusikan bersama dengan orang tua dan anggota keluarga yang lain


PEMERIKSAAN FISIK
Keluhan yang dirasakan saat ini: mual
KU : CM (Compos Mentis)
Tanda-tanda Vital :    RR : 26 x/m   
                                N  : 92 x/menit       
                                S  : Afebris
   BB : 21 Kg
   TB : 110cm



Kepala:
Bentuk tidak ada kelainan, keadaan bersih.
Mata: konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikteris, reflek pupil terhadap cahaya baik, tidak ada gangguan penglihatan.
Mulut: pada mukosa mulut tidak ditemukan adanya peradangan, pembengkakan, tumor, ulkus maupun perdarahan.
Telinga: bentuk kedua telinga simetris, tidak ada gangguan pendengaran
Hidung: bentuk hidung simetris, kepatenan jalan nafas kedua lubang hidung baik

Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ditemukan adanya pembesaran limfonodi, soliter, tidak terdapat  nyeri tekan, Tekanan vena jugularis tidak meningkat.

Thorak
Inspeksi:Bentuk dada simetris, frekuensi pernafasan sesuai dengan pergerakan dinding dada, iktus kordis tidak tampak ,tidak ada ketinggalan gerak, tidak terdapat retraksi dinding dada.
Auskultasi: bunyi nafas vesikuler, tidak terdapat wheezing, ronchi dan suara nafas tambahan (-). Bising jantung (-).
Perkusi: sonor
Palpasi: pergerakan dada kanan/kiri simetris, tidak ada ketinggalan gerak, tidak tedapat benjolan

Abdomen
Inspeksi : kontur permukaan abdomen rata, pigmentasi merata, tidak tampak penonjolan.
Auskultasi : peristaltic (+).
Perkusi : Suara timpani (+), redup berpindah
Palpasi : terdapat nyeri tekan abdomen di bagian kiri atas, tidak ada pembesaran hepar maupun lien, tidak terdapat masa

Ekstremitas (termasuk keadaan kulit, kekuatan)
warna kulit kuning kecoklatan. Tidak ada edema pada ekstremitas. Akral teraba hangat, tidak terdapat parese maupun kelumpuhan, turgor kulit baik.

Kekuatan otot

            5          5

            5          5



TERAPI        

Tanggal    Jenis Terapi    Rute Terapi    Dosis    Indikasi Terapi
26/09/2009    Vesperum   
Antasida   
Paracetamol
Pehavral        Oral
Oral
Oral
Oral    2 x 1/2 tab
2 x 1 tab
3 x 250mg
1 x 1 tab    Gastritis


PEMERIKSAAN PENUNJANG
      Tidak diperiksa



BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Analisa Data
DATA    MASALAH    PENYEBAB
Data Subjektif
Anak mengeluh mual pada saat bangun tidur atau pagi hari
Data Objektif
Anak kelihatan lemas
    Mual    Peningkatan asam lambung
Data Subyektif
Anak mengatakan nyeri dibagian perut atas
Data Obyektif
 Anak menahan rasa nyeri    Nyeri akut    Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)

Data Subyektif
Anak dan orang tua mengatakan tidak mengetahui mengenai penyakit anak
Data Obyektif
Anak dan orang tua terlihat cemas dan bingung.    Kurang paparan sumber informasi
    Kurang pengetahuan tentang penyakit

Diagnosa Keperawatan
Mual berhubungan dengan peningkatan asam lambung
Nyeri akut berhubungan dengan: Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)
Kurang pengetahuan anak dan orang tua tentang penyakit serta cara pencegahannya berhubungan dengan keterbatasan paparan sumber informasi, tidak familiar dengan sumber informasi

RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan    Tujuan dan Kriteria Hasil    Intervensi
Mual berhubungan dengan peningkatan asam lambung













    Setelah dilakukan tindakan anak dapat merasa lebih nyaman,
dengan indikator :
Anak menyatakan mual berkurang
Anak menyatakan akan melanjutkan untuk upaya  mengatasi rasa mual.
    Menentukan penyebab mual (e.g., medication effects, viral illness, food poisoning, extreme anxiety, pregnancy).
Berikan teknik distraksi untuk mengurangi mual (using soft music, television, and videos per client preference. Vomiting) 
Ajarkan teknik relaksasi seperti guided imagery

Nyeri akut berhubungan dengan: Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)





















    Pain Level,
pain control,
comfort level
Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama …. anak tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang normal
Tidak mengalami gangguan tidur.
    Pain management
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Bantu anak dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

Kurang pengetahuan anak dan orang tua tentang penyakit serta cara pencegahannya berhubungan dengan keterbatasan paparan sumber informasi, tidak familiar dengan sumber informasi



















   
Pengetahuan tentang penyakit
setelah diberikan penjelasan selama 2 x anak mengerti proses penyakitnya dan Program perawatan serta Therapi yg diberikan dg:
Indikator:
Pasien mampu:
Menjelaskan kembali tentang penyakit, Mengenal kebutuhan perawatan dan pengobatan tanpa cemas     Pengetahuan penyakit
Aktifitas:
 Kaji pengetahuan anak dan orang tua tentang penyakitnya
Jelaskan tentang proses penyakit (tanda dan gejala), identifikasi kemungkinan penyebab. Jelaskan kondisi tentang klien
Jelaskan tentang program pengobatan dan alternatif pengobantan
Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin digunakan untuk  mencegah komplikasi
Diskusikan tentang terapi dan pilihannya
Eksplorasi kemungkinan sumber yang bisa digunakan/ mendukung
instruksikan kapan harus ke pelayanan
Tanyakan kembali pengetahuan anak dan orang tua tentang penyakit, prosedur perawatan dan pengobatan



IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


DX    IMPLEMENTASI        EVALUASI
1
26/09/09

09.30    Mengkaji penyebab dapat timbulnya mual pada anak
Mengajarkan tehnik untuk mengurangi mual dengan tekhnik relaksasi
    S  :




O :
A :

P :    Anak mengatakan mual timbul pada saat bangun pagi atau sikat gigi.
Anak mengatakan mual dapat berkurang dengan tekhnik relaksasi yang diajarkan
Anak mempraktekan tekhnik relaksasi.
Anak mampu menerapkan latihan relaksasi
Menganjurkan anak untuk mempraktekkan yang sudah diajarkan dan intervensi dilanjutkan.

DX    IMPLEMENTASI        EVALUASI
2
26/09/09

09.30    Mengkaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Membantu anak dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
Mengajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingi
Menganjurkan istirahat
Memberikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
Memonitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali    S :


O :



A :

P :    Anak mengatakan bahwa nyeri mulai berkurang

Anak dapat memperagakan teknik mengurangi nyeri


Anak mampu mengontrol nyeri

Menganjurkan anak untuk mempraktekkan yang sudah diajarkan dan intervensi dilanjutkan.

DX    IMPLEMENTASI        EVALUASI
3

26/09/09

09.30    Mengkaji pengetahuan anak tentang penyakitnya
Menjelaskan tentang proses penyakit (tanda dan gejala), identifikasi kemungkinan penyebab. Jelaskan kondisi tentang anak
Menjelaskan tentang program pengobatan dan alternatif pengobatan
Mendiskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin digunakan untuk  mencegah komplikasi
Mendiskusikan tentang terapi dan pilihannya
Mengeksplorasi kemungkinan sumber yang bisa digunakan/ mendukung
Menginstruksikan kapan harus ke pelayanan
Menanyakan kembali pengetahuan anak tentang penyakit, prosedur perawatan dan pengobatan    S :


O :


A :

P :    Anak dan keluarga mengatakan mengerti dan memahami apa yang telah disampaikan oleh perawat
Anak dan keluarga dapat menjelaskan kembali tentang apa yang telah disampaikan terkait dengan dispepsia
Pengetahuan anak dan keluarga betambah tentang dispepsia
Menganjurkan keluarga membawa anak untuk berobat kembali jika belum ada perubahan untuk pengobatan lebih lanjut




























DAFTAR PUSTAKA


Ariyanto, W.L. 2007. Mencegah Gangguan Lambung. www.kiatsehat.com, 2007

Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses keperawatan), Bandung.
       
Bazaldua, O.V. et al. 2006. Dyspepsia: What It Is and What to Do About It.  http://familydoctor.org/online/famdocen/home/common/digestive/dyspepsia.html, Desember 2006

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.

Hadi, Sujono. 2002. Gastroenterologi. Bandung : 156,159

Mansjoer, Arif et al. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi Ketiga.     Jakarta.

NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA

NANDA. 2005. Nursing Diagnosis : Definition and Classification 2005-2006. NANDA International. Philadelphia.

Sawaludin, Diding. 2005. Nyeri Ulu Hati yang Berulang. http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/1005/09/hikmah/kesehatan.htm, 9 Oktober 2005

University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications, Philadelphia, USA



No comments:

Post a Comment