Saturday 9 March 2013

KELAINAN RETROGESSI

A.    I. KELAINAN RETROGESSI

1.    Apa yang di maksud dengan atropi ?

Atropi adalah : Pengecilan dari jaringan/organ tubuh yang telah pernah mencapai ukuran yang  Berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi :
Atropi neurogen : Akibat dari gangguan pada saraf, misalnya : lumpuh, stroke, parese
Atropi disuse     : Akibat tidak digunakan (statis), misalnya: bedrest yang lama tanpa aktifitas              otot.
Atropi vaskuler  : Akibat gangguan sirkulasi darah, misalnya: atherosklerosis, pengecilan hati.
Atropi endokris  : Akibat dari pengaruh hormon, misalnya: payudara pada wanita lanjut usia

2.   Apa beda atropi dan hipoplasi ?

Atropi adalah : Pengecilan dari jaringan/organ yang pernah mencapai normal.
Hipoplasi  adalah :  Pengecilan dari jaringan/organ tubuh yang tidak pernah mencapai ukuran normal karena pertumbuhan yang terganggu, bisa bersifat kongenital/didapat. Misalnya, tradisi china yang memakai sepatu besi.

3. Apa yang dimaksud dengan ganggren ?

Ganggren merupakan nekrosis koagulatia yang biasanya disebabkan oleh tidak adanya suplai darah yang disertai dengan pertumbuhan bakteri saprofit. Ganggren timbul pada jaringan yang terbuka terhadap bakteri yang hidup.
Klasifikasi ganggren :
•    Ganggren kering , dengan ciri-ciri :
•    Jaringan berwarna hitam dan kering, mengkerut
•    Biasanya terjadi pada daerah ekstremitas
•    Batasnya jelas

Ganggren basah, dengan ciri-ciri :
•    Letaknya lebih dalam dari pada ganggren kering
•    Luka dalam keadaan basah
•    Baunya khas/bau busuk
•    Jaringan bengkak berwarna hitam kemerahan dan jaringan yang mati akan mencair.

4. Sering terjadi pada komplikasi DM.
Nekrosis jaringan apa yang ditemukan pada penderita TBC ?
Nekrosis jaringan yang ditemukan pada penderita TBC dikenal dengan nama nekrosis kaseosa (Nekrosis Perkijuan).
Infeksi bakteri TBC dapat menimbulkan sarang-sarang nekrosis dengan membentuk suatu masa yang rapuh, berbutir, berlemak, putihkuning seperti keju.

    Nampak sebagai masa eosinofilik amorf, tanpa sisa struktur sama sekali.Tempat implantasi basil tuberkel yang paling sering adalah di permukaan alveolar dari parenkhim paru-paru bagian bawah lobus atas atau bagian atas lobus bawah. Reaksi yang ditimbulkan berupa peradangan yang dapat sembuh atau peradangan berlanjut. Peradangan lanjut menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional yang dapat memanjang sehingga membentuk sel tuberkel epitheloid dan terjadi nekrosis bagian sentral lesi yang mengakibatkan  terbentuknya suatu bentuk yang relatif padat seperti keju yang disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa disertai dengan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epitheloid dan fibroblas yang akan menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa,  membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis yaitu pencairan menuju ke bronchus dan akan menimbulkan rongga, masuk ke percabangan tracheobronchial dan dapat terbawa ke paru-paru bagian lain, laryng, telinga tengah, dan usus.



Ikterus adalah suatu diskolorasi kuning pada kulit kojungtiva dan mukosa akibat menumpuknya bilirubin,
Ikterus neonaturum dapat merupakan gejala-gejala fisiologis maupun patologis.
Ikterus fisiologis adalah ikterus yang timbul pada 24 - 72 jam setelah lahir
Ikterus patologis  dengan ciri-ciri :
Ikterus yang timbul kurang dari 24 jam pertama setelah lahir
•    Kadar bilirubin total setiap hari naik lebih dari 5 mg/dl.
•    Kadar bilirubin total lebih dari 15 mg/dl.
•    Ikterus masih bertambah lebih dari 1 minggu pada bayi aterm, dan 2 minggu pada bayi prematur.

Secara garis besar etiologi ikterus neonaturus :
Produksi berlebihan, yaitu keadaan dimana produksi bilirubin melampaui kemampuan bayi untuk mengeluarkannya. Misalnya, pada :
•    Ketidakcocokan darah rhesus, ABO atau lainnya.
•    Defisiensi enzim G6PD
•    Perdarahan tertutup
•    Sepsis
  Gangguan dalam proses up take dan konjugasi hepar, misalnya pada :
•    Inaturitas hepar
•    Ganggguan fungsi hepar
•    Akibat asidosis, hipoksia, dan infeksi.
•    Tidak adanya enzim glukoronil transferase (sindroma cringgeler-najjar)
•    Defisiensi protein tertentu dalam hepar.

Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat dengan albumin untuk diangkut ke hepar. Defisiensi albumin menyebabkan banyak bilirubin indirek bebas dalam darah. Ikatan bilirubin albumin dapat dipengaruhi beberapa obat.
Gangguan ekskresi
Hal ini dapat disebabkan obstruksi dalam hepar atau di luar hepar. Obstruksi dalam hepar umumnya karena kelainan bawaan.

Kemungkinan penyebab ikterus adalah :
1.    Ikterus timbul pada 24 jam pertama
•    Ketidakcocokan darah rhesus ABO dan lainnya.
•    Infeksi.
•    Defisiensi G6PD
2.    Ikterus timbul pada 24-72 jam
•    Umumnya ikterus fisiologis
•    Ketidakcocokan darah
•    Polisitenia
•    Hemolisis dari perdarah tertutup
•    Hipoksia
•    Dehidrasi asidosis
3.    Ikterus timbul pada lebih dari 72 jam sam pai akhir minggu I
•    Umumnya infeksi
•    Dehidrasi asidosis
•    Defisiensi G6PD
•    Obat-obatan
•    Sindroma Crigger-Najjer
4.    Ikterus timbul pada umur 1 minggu atau lebih.
•    Umumnya karena obnstruksi
•    Hipotiroid
•    Breast milk jaundice
•    Infeksi.
•    Hepatitis neonatal
•    Galaktosemia
 
Ikterus yang mungkin besar menjadi patologis:
•    Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama
•    Ikterus dengan kadar bilirubin lebih dari 12,5 mg/dl (>10 mg/dl)
•    Peningkatan bilirubin > 5 mg / dl / hari.
•    Ikterus yang menetap > 2 mg/dl pada minggu I
•    Ikterus yang mempunyai hubungan dengan proses hemolitik atau infeksi atau patologi lain yang telah diketahui.
•    Kadar bilirubin direk > 1 mg/dl.


Nilai normal bilirubin
•    Bilirubin  (total)    : 0,2 - 0,8 mg % (bayi baru lahir  1,0 mg %)
•    Bilirubin direk        : 0,0 - 0,3 mg %
•    Bilirubin indirek    : 0,2 - 0,5 mg %

Pedoman pengelolaan ikterus menurut waktu timbulnya dan kadar bilirubin.

Bilirubin (mg/dl)    < 24 jam    24 - 48 jam    49 - 72 jam    > 72 jam
< 5    PEMBERIAN     MAKANAN    YANG  DINI   
5 - 9    Terapi sinar bila hemolisis.    Penobarbital yang cukup.    ditambah kalori     
10 - 14    Transfusi tukar bila hemolisis #     Terapi Sinar                Terapi sinar   
15 - 19    Transfusi tukar          #    Transfusi tukar bila hemolisis #    Terapi sinar   +    +
> 20    Transfusi tukar #    Transfusi tukar #    #    #

Keterangan :
#     : Sebelum dan sesudah transfusi tukar     beri terapi sinar.
+    : Bila tidak berhasil       transfusi tukar.
    : Observasi
    : Penyebab ikterus perlu diselidiki.

6. Pada seorang berumur 75 tahun yang telah dirawat di RS Sederhana kurang lebih 9 bulan karena menderita kelumpuhan kanan total (hemiplegia dextra total), tampak keadaan umum sebagai berikut :
Kesadaran baik, suhu dan laboratorium dalam batas normal. Pemeriksaan lebih lanjut didapat derajat kelumpuhan menetap kaku, kulit punggung dan bokong kemerahan serta otot-otot kaki kiri tampak agak mengecil.

•    Kelainan yang tampak di kulit adalah gejala dan tanda-tanda dekubitus
•    Kelainan yang tampak di otot adalah atropi neurogen
•    Upaya preventif kelainan kulit dan otot :
Kulit :
•    Mobillisasi miring kanan dan kiri untuk mengurangi penekanan daerah dekubitus
•    Jaga kebersihan kulit.
•    Lakukan tapping untuk melancarkan sirkulasi darah pada daerah penekanan.
•    Latihan dalam eliminasi.
Otot :
•    Berikan / lakukan latihan ekstremitas dengan fisioterapi sesuai dengan kondisi pasien dengan teratur dan berharap juga lakukan ROM (Range of Motirn)
•    Berikan diit tinggi kalori dan protein.
•    Obat-obatan (vitamin dan antibiotika)


Prediksi atas pemulihan vitalitas fungsional organ terkait pada penderita.
Secara vitalitas fungsional tidak dapat kembali normal karena derajat kelumpuhan yang tetap kaku, juga usia yang telah lanjut.

Informasi yang ingin diketahui atau didapatkan untuk dasar pengelolaan lebih lanjut dan manfaatnya adalah :
•    Pemerikasaan angiografi untuk menentukan tempat dan penyebab terjadinya kelumpuhan.
•    Pemerikasaan EEG   

Tingkatan refleks
Refleks tendo dalam juga dikenal dengan nama refleks regang ( otot alfa refleks bisep, refleks trisep, refleks brakioradialis, refleks patela)
Respon terhadap refleks dibagi dalam tingkatan 0 s/d + 4
+4    : Sangat cepat         penyakit pada motor neuron atas (osilasi ritmis antara flexi dan                            ekstensi) 
+3    : Lebih cepat dari biasanya, tetapi belum tentu menyatakan adanya penyakit.
+2    : Biasanya normal.
+1    : Agaknya berkurang.
0    : Tak ada respon


Test sensoris
Pada waktu pemeriksaan sistem sensoris ada 4 daerah yang diperiksa, yaitu :
•    Sensasi taktil superfisial              nyeri, suhu, dan raba.
•    Indera proprioseptif        sensasi pergerakan dan posisi.
•    Sensasi getar.
   
    Fungsi sensori kortikal.
    Test sensorik yang dilakukan dengan mata pasien tertutup, menggunakan sedikit kapas untuk memeriksa raba, peniti untuk memeriksa rasa nyeri superfisial dan tabung yang berisi air panas dan air dingin untuk memeriksa suhu.
   
    Kasadaran proprioseptif posisi dan pergerakan mula dievaluasi pada sendi-sendi distal. Bila sendi distal normal, maka tak perlu memeriksa sendi proksimal.
    Salah satu jari pasien kita pegang lalu dengan lambat digerakan ke atas dan ke bawah, sementara pasien diminta menyebutkan gerakan falang tersebut.
   
    Test Ronberg
    Menlai kesan posisi kaki dan badan. Orang normal dapat berdiri dengan kedua kaki rapat dan mata tertutup tanpa terayun atau kehilangan keseimbangan. Pasien dengan kelainan lintasan proprioseptif tidak dapat berdiri dengan mata tertutup.
   
   
    Test motorik
   

Jenis dan distribusi    Neuron motorik atas
Lesi pada otak/lesi pada medula spinalis.    Neurom motorik bawah
segmen, akar atau saraf yang mana
Tonus    Spastisitas    Flaksiditas
Sebagian besar    Atropi ringan karena jarang digunakan    Atropi, mungkin nyata
Refleks    Semakin nyata
Babinski (+)    Berkurang/tidak ada
Babinski (+)
Faskikulasi    Tidak ada    Ada
Klonus    Sering kali ada    Tidak ada

1.    Ditemukan seorang mayat di dalam hutan dengan posisi terlentang dan pakaian lengkap.Tidak ada tanda luka ataupun kekerasan lain. Pada pemeriksaan ditemukan warna merah tua di punggung. Anggota badan lemas. Di daerah perut kanan tampak hijau kebiruan. Dapatkah ditentukan saat matinya ? Berikan argumentasinya !
   
    Berdasarkan data-data yang terutama telah adanya anggota badan yang lamas dapat dipastikan mayat tersebut telah > 2 - 3 hari yang lalu meninggal.
    Alasannya; Kaku mayat (rigor mortis) terjadi setelah 2-3 jam kematian dan menetap sampai 3 hari dan kemudian menghilang. Keadaan ini didukung dengan telah adanya livor mortis (lebam mayat pada bagian punggung) oleh karena mayat terlentang serta tanda-tanda pembusukan di daerah abdomen (warna hijau kebiruan) telah adanya pembentukan gas H2S di daerah sektor jaringan usus.
    Alasan lainnya: Denaturasi protein sebagai akibat autolisis oleh enzim yang dilepas lisosom sehingga otot-otot kembali melepas setelah mengalami kaku mayat. Tanda yang ditemukan warna merah dipunggung dan warna hijau kebiruan pada perut kanan disebabkan sel-sel darah mengalami hemolisis dan turun ke bawah sehingga menyebabkan lebam mayat di anggota tubuh bagian bawah
   
    II. Patogenesis kelainan
   
    Defisinsi Karbohidrat
    Hipoglikemia ditemukan pada keadaan :
•    Pemakaian insulin berlebihan
•    Pengobatan psikosis dengan syok hipoglikemia
•    Akibat pembentukan insulin berlebihan pada tumor pankreas yang dibentuk oleh sel-sel B.
   
    Defisiensi Protein.
    Pemasukan protein kurang akan terjadi kekurang kalori dan asam-asam amino yang diperlukan mineral dan faktor-faktor lain, misalnya lipoprotein dan lain-lain. Akibatnya pertumbuhan tubuh, pemeliharaan jaringan, pembentukan zat anti dan serum terganggu sehingga mudah terserang penyakit infeksi, perjalanan infeksi keras, akibat kurangnya lipotropik.
    Preventif defisiensi karbohidrat dan protein adalah diet TKTP.

Defisiensi protein dan karbohidrat dapat mengakibatkan marasmus dan kwashiorkor.
Pada Marasmus
•    Terjadi katabolisme otot dan lemak untuk memlihara metabolisme sehingga pasien nampak hanya kulit pembalut tulang (nampak sangat kurus).
•    Albumin serum masih normal maka tidak terjadi oedema.
•    Enzim usus normal maka masih dapat mengabsorbsi makanan, sehingga pengobatan relatif lebih mudah.
Pada Kwashiorkor :
•    Defisiensi protein kalori terjadi lebih berat.
•    Albumin serum menurun sehingga terjadi oedema dan asites.
•    Sintesis enzim menurun menyebabkan filli usus atropi sehingga absorbsi makanan sukar.
•    Metabolisme terganggu sehingga timbul somnolen, apatis, lesu.
•    Terjadi perlemakan hati.
   
    Defisiensi vitamin A
   
    Dapat menyebabkan rabun senja.
    Karena tidak cukup tersedianya vitamin A guna dibentuk menjadi retinal dalam jumlah yang adekuat. Karena itu jumlah rodhopsin yang dapat dibentuk dalam sel batang dan jumlah bahan kimia yang peka terhadap warna dalam sel kerucut menjadi berkurang. Keadaan ini disebut rabun senja sebab jumlah cahaya pada waktu malam terlalu sedikit untuk dapat menimbulkan penglihatan yang adekuat, walaupun pada waktu siang hari sel batang dan kerucut tetap dapat dirangsang dan terdapat pengurangan substansi photokimia.

Jaringan Epitel.
    Vitamin A mempunyai peranan penting dalam menunjang dan mempertahankan kesehatan, fungsi jaringan epitel yang membentuk pertahanan tubuh primer terhadap infeksi. Jaringan epitel tidak hanya meliputi kulit, tetapi juga meliputi mukosa membran mata, rongga mata, saluran pencernaan dan saluran perkemihan. Fungsi fisiologi Vitamin A dalam mempertahankan integritas jaringan epitel menjadi dasar penelitian yang berhubungan dengan vitamin A ; retenoids dan karotin menjadi awal kanker jaringan epitel. Tampa vitamin A sel-sel menjadi kering, kehitaman secara perlahan mengeras membentuk keratin, prosesnya disebut keratinisasi. Keratin adalah protein yang membentuk jaringan kera dan kering seperti kuku dan rambut. Bila tubuh kekurangan Vitamin a banyak jaringan epitel mengalami keratinisasi.
1.    Mata; Kornea menjadi kering dan mengeras, keadaan ini disebut Xeropthalmia. Pada kekurangan vitamin A yang ekstrim akan mempercepat kebutaan. Saluran air mata kering yang menghilangkan fungsi sebagai pembersih dan pelumas yang memungkinkan infeksi mudah terjadi.
2.    Saluran Pernafasan; Epitel rambut di rongga hidung menjadi kering, rambut/bulu-bulu menjadi rontok. Pertahanan untuk mencegah masuknya infeksi menjadi kurang. Kelenjar ludah kering dan mulut menjadi kering dan pecah-pecah dan memudahkan organisme masuk.
3.    Saluran Pencernaan; Fungsi secresi mukosa membran berkurang, dan jaringan menjadi lepas yang mempengaruhi pencernaan dan absorbsi.
4.    Saluran Perkemihan; Jaringan epitelnya rusak timbul masalah-masalah seperti infeksi saluran perkemihan, batu saluran kemih, dan inveksi vagina yang menjadi hal umum.
5.    Kulit; Menjadi kering dan bersisik, pustula-pustula kecil/besar, hiperpigmentasi, erupsi papila mungkin terjadi disekitar folikel rambut, keadaan ini disebut hiperkeratosis folliculer.
6.    Pembentukan Gigi; Hanya sel-sel epitel tertentu disekitar gigi anak yang tertanam dalam gusi yang masih mudah akan membentuk menjadi organ yang istimewa yang disebut ameloblas. Organ tersebut membentuk email tempat tumbuhnya gigi. Masing-masing sel mengeluarkan produksi dan timbunan substansi pembentuk email yang ahirnya membentuk gigi

Pertumbuhan
    Telah diobservasi bahwa defisiensi Vitamin A berhubungan dengan keterlambatan pertumbuhan, tetapi bagaimana mekanisme tersebut belum jelas. Defisiensi biasanya melibatkan banyak faktor, oleh karenanya sulit memisahkan pengaruh spesifik dari nutrisi ini. Untuk alasan tersebut banyak penelitian mangenai vitamin A pada pertumbuhan dilakukan pada hewan-hewan dimana fariabel-fariabelnya dapat dikontrol. kontribusi vitamin A memegang peran yang esensial dalam pertumbuhan tulang dan jaringan lunak, kemungkinannya terjadi melalui efek sintesis protein, mitosis atau stabilitas membran sel.

Reproduksi
    Bahan pembentuk retina kecuali asam retinoid dibutuhkan untuk menunjang fungsi normal sistim reproduksi baik pada pria/wanita. Tes pada pemberian makanan binatang, hanya asam retinoid sebagai sumber vitamin A; Kekurangan retinol dan retinoid menyebabkan sterilitas, degenerasi testikuler pada pria, dan absorbsi atau kelainan pembentukan janin pada wanita.
   
    Preventif defisiensi vitamin A adalah dengan :
•    Diet makanan yang mengandung vitamin A
•    Pemberian vitamin A dosis tinggi pada balita.
•    Bila sudah terjadi rabun senja, beri vitamin A secara intravena.
   




No. 2. DASAR DASAR :
Aktifitas Motorik Somatik :
Neuron terahir di serat otot (perifer) menerima reseptor/impuls dari berbagai arah (dari modula spinalis yang bersegmen sama/lebih tinggi, batang otak juga dari kortek serebri). Penerimaan impuls ada yang langsung, ada juga yang tidak langsung yaitu: melalui interneuron atau neuron motor gama sehingga membuat aktivitas yang terencana dalam mengatur sikap tubuh dan gerakan yang terkoordinir.

 Pusat Motorik :
Impuls yang langsung maupun yang tidak langsung dari pusat motorik ( Korteks serebri, ganglia basal, formatio retikularis di batang otak, serebelum dan medula spinalis ) akan memberikan impuls ke neuron motor ( Korteks Motorik ).
Perencanaan di otak akan melibatkan : Korteks serebri, ganglia basal/serebelum bagian lateral dan intermediet serebelum. Timbulnya ide-ide perintah gerakan volunter itu berasal dari daerah asosiasi korteks serebri, dari sini diteruskan ke ganglia basal , serebelum bagian lateral ke korteks motorik dan premotorik untuk menghasilkan rencana yang baik. Pelaksanaan gerak ini diteruskan ke traktus kortikospinal yang berhubungan dengan otot-otot ekstremitas dan traktus kortikobulber yang berhubungan dengan otot-otot daerah kepala, sebagian lagi melalui jaras yang berasal dari berbagi nukleus batang otak atau ada yang langsung ke korteks serebri.
Hasil gerakan menjadi perubahan input (masukan) ke Propioseptik ( sensorik dari otot, tendo, sendi dan kulit ), imformasi ini merupakan umpan balik yang menyesuaikan dan menhaluskan gerakan yang di pancarkan kembali (relai) langsung ke kortek motorik dan ke spinoserebelum. Dari spinoserebelum diproyeksikan lagi ke batang otak membentuk traktus-traktus rubrospinal, retrikulospinal, tektospinal , vestibulospinal dan serabut yang sesuai dengan proyeksi neuron motor dibatang otak yang berhubungan dengan pengaturan sikap dan koordinasi gerakan.

                                         Ganglia Basal



                Area                                            Perencanaan
Ide          Pusat                                                 di                                                  Gerakan
             Motorik                                        Korteks Motorik
                                                                                                    

                                                                                                   Intermediet
                                                                                                    serebelum
                                 Serebelum lateral
Korteks Serebri :
Dalamperencanaan pengaturan dan penghalusan gerakan berada di :
1.    Traktus Kortikospinal Lateral yang merupakan 80% serat dari kortek yang turun langsung ke Medula spinalis berahir di neuron motor alfa.
2.    Traktus Kortikobulber untuk untuk otot-otot daerah kepala hanya sampai di batang otak juga berahir neuron motor alfa.
Kedua jaras ini berasal dari kortek motorik (daerah 4 Brodman ) yang terdiri dari :
•    30% Korteks Motorik
•    30% Korteks Premotorik
•    40% Somato Sensorik
Daerah Motor Suplemen seratnya berhubungan dengan Kortek Motorik yang terlibat dalam perencanaan urutan gerakan. Di Korteks Premotorik proyeksinya ke batang otak yang berhubungan dengan fungsi pengaturan sukap tubuh, bersama-sama korteks motorik membentuk Traktus Kortikospinal (fungsi belum jelas ). Korteks Perientalis Posterior : daerah ini berhuibungan erat dengan daerah Somatosensorik Primer (3,1,2 Brodman) yang bersama-sama membentuk Traktus Kortikospinal/Kortikobulber yang keduanya berhubungan dengan kortek premotorik.

Ganglia Basal :
Ganglia basal bersama Neoserebelum (Lateral Cerebellum ) merupakan bagian dari terminal (sirkuit) umpan balik ke kortek Premotorik dan Motorik yang berhubungan dengan perencanaan dan pengaturan gerakan , mewujutkan pikiran /memori  gerakan yang terencana.

Serebelum :
Fisiologi serebelum dibagi menjadi 3 bagian :
•    Vestibuloserebelum (Flukolonolobularis) : berhubungan dengan fungsi Vestibuler yaitu: keseimbangan tubuh.
•    Spinoserebelum  ( bagian besar Vermis  dan bagian medial Hemifer) : menerima impuls propioseptik dari tubuh dan mencopy rencana motorik dari korteks serebri dengan membandingkan rencana dan hasil yang dikerjakan, mulai dengan menghaluskan dan mengkoordinasikan gerakan yang sedang berlangsung. Proyeksi Vermis ke batang otak yang mengontrol otot-otot aksial dan Hemisfer medial berhubungan dengan otot-otot ekstremitas. Gerakan langsung di hantarkan kembali (relai) ke korteks motorik dan spinoserebelum.
•    Neoserebelum (lateral) bagian sisa yang terbesar dari serebelum yang berinteraksi dengan Kortek serebri motorik dalam perencanaan dan program gerakan.

Secara umum fungsi serebelum :
1.    Pengendalian kesalahan : bila gerakan terlalu cepat akan dihambat, bila terlalu lambat akan dipercepat. Proses membandingkan rencana gerakan dengan pelaksanaan gerakan di korteks serebri.
2.    Fungsi peredam : untuk meredam gerakan-gerakan yang berlebihan/berlawanan.
3.    Fungsi peramal : untuk mengetehui kecepatan, lama, waktu gerakan.

Formatio Retikularis :
Ini dibentuk dari neuron neuron kecil yang saling berhubungan  menbentuk suatu anyaman yang terletak dibagian ventral tengah modula oblongata dan mesensefalon, yang betukas sebagai pusat Eksitasi dan pusat inhibisi ( pengaturan pernafasan, tekanan darah, denyut jangtung, pusat sadar/jaga dan tidur.

Modula Spinalis
Impuls sensorik dari bagian tubuh lain disalurkan melalui serat-serat aferen sensorik dan masuk ke medula spinalis, pengaruh neuron motorik yang langsung/tidal langsung atau lewat interneuron di medula spinalis dikendalikan melalui terminal refleks-refleks sederhana (refleks fleksor) membentuk pola yang diperlukan untuk gerakan yang terkoodinasi.

KASUS
Diantara penumpang yang duduk ada seorang gadis remaja yang asyik menulis di catatan hariannya menunggu bis berangkat.
Jelaskan proses terjadinya gerak terampil ketika gadis itu menulis.

Pembahasan :
Dari Reseptor mata meberikan imformasi ke kortek serebri motorik membentuk ide yang berupa impuls yang dilanjutkan ke pusat motorik . di pusat motorik akan menyusun perencanaan  mulai dari melihat sambil menulis..
Korteks serebri terlibat dalam perncanaan pengaturan /penghalusan gerakan sampai di traktus kortikospinal. Di ganglia basal merencanakan dan memogram gerakan dan mewujutkan pikiran serta memori gerakan. Selanjutnya di Serebelum melibatkan : Vestibuloserebelum (Keseimbangan tubuh), Spinoserebelum (menghaluskan, mengkoordinasikan gerakan), Neoserebelum (merencanakan dan memogram gerakan).  


                                          Ganglia basal                                Traktus                    Otot Kepala
                                                                                               Kortikobulber

Reseptor           Ide di                                    
Dari Mata        Korteks                                 Rencana              Traktus                Otot badan
                          Serebri                                                          Kortikospinalis        Ekstremitas


                                        Serebelum Lateral






Masukan                               Perencanaan                             Medula Spinalis
Sensorik                                 Gerakan                                   

                                                                                       Refleks
                                                                                       Perifer
                                          Memori


Pemantauan                                               Pelaksanaan
Penyesuaian                                                 Gerakan
Gerakan



Masukan
Sensorik


Hasil perencanaan gerakan akan menjadi lebih baik, maka diolah kembali (masukan) ke Propioseptik imformasi ini merupakan umpanbalik yang menyesuaikan dan menghasilkan gerakan menulis. Dari perencanaan program ini di pancarkan kembali (direlai) langsung ke kortek motorik dan ke spinoserebelum. Dari spinoserebelum diproyeksikan lagi ke batang otak membentuk traktus-traktus rubrospinal, retrikulospinal, tektospinal, vestibulospinal dan serabut yang sesuai dengan proyeksi neuron motor dibatang otak yang berhubungan dengan pengaturan sikap dan koordinasi gerakan yang diharapkan. Sekali dalam melaksanakan gerakan mulai dari duduk ke menulis dengan terampil. Kegiatan ini sudah termemori dengan baik. Untuk gerakan selanjutnya sudah menjadi gerakan reflek.


                                         Korteks Motorik                        T. Rubospinal
                                                                                                       
                                                                                                   
                      Umpan balik                                                 T. Retikolospinal            Pengatur
Gerakan       Perub. input                        Batang Otak                                              Sikap &
                      Propioseptik                                                 T. Testospinal                Koordinasi
                                                                                                                                       gerak

                                           Spinosrebelum                         T. Vestibulospinal

No comments:

Post a Comment