THYPOID
I. DEFINISI
Thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu minggu dengan atau tanpa gangguan kesadaran.
II. ETIOLOGI
Penyebab penyakit ini adalah salmonella typhosa, basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar , tidak berspora.Mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen yaitu antigen O, antigen H dan antigen Vi. Dalam serum pasien terdapat zat anti (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.
III. MANIFESTASI KLINIK
Masa tunas : 10 – 20 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan kurang, menyusul gambaran klinik yang biasa ditemukan ialah :
a. Demam
Biasanya febris bersifat remiten, menurun pada pagi hari dan meningkat pada malam/sore hari.
b. Gangguan pada saluran pencernaan
- Nafas berbau
- Lidah kotor (coated tongue)
- Biasanya ditemukan meteorismus
- Hepatomegali, splenomegali
- Konstipasi / diare / normal
c. Gangguan kesadaran
Penurunan kesadaran biasanya terjadi pada keadaan yang lebih berat (apatis, somnolen) jarang sampai sopor atau koma
Selain tanda-tanda tersebut biasanya ditemukan bercak-bercak kemerahan pada punggung yang dapat ditemukan pada minggu pertama kadang ditemukan bradikardi dan epistaksis pada anak.
IV. PATOFISIOLOGI
Salmonella typhosa
Saluran pencernaan
Diserap dalam usus halus
Masuk aliran darah
Sistemik
Kelenjar limfoid Hati Limfa Endotoksin
Usus halus
Hematomegali Splenomegali Demam
Tukak
Perforasi usus
V. POTENSIAL KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin muncul pada pasien thypoid :
a. Perdarahan usus : bisa sampai melena
b. Perforasi usus
c. Peritonitis
d. Meningitis, ensefalopati
e. Kolesistitis
VI. PEMERIKSAAN
a. Pemeriksaan darah tepi : leukopenia, limfositosis, anemia, trombositopenia
aneosinofilia.
b. Darah untuk kultur ( biakan untuk empedu ) dan widal.
• Biakan empedu dapat ditemukan pada minggu pertama sakit
• Pemeriksaan widal : didapatkan titer terhadap antigen O adalah 1/200 atau lebih, sedangkan titer terhadap antigen H walaupun tinggi akan tetapi tidak bermakna untuk menegakkan diagnosis.
VII. PENATALAKSANAAN
A. Medis
• Program bedrest sampai suhu normal kembali
• Diet, makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein, tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas.
• Obat pilihan ialah kloramfenikol
• Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakit.
B. Keperawatan
1. Pengkajian data fokus
• Riwayat keperawatan
• Kaji adanya gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh terutama pada malam hari, nyeri kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan, epistaksis, penurunan kesadaran
2. PATHWAY
Salmonella thyposa
Diserap usus halus
Aliran darah sistemik
Kelenjar limfoid usus Hati Limfa Endotoksin
Tukak Hepatomegali Splenomegali Febris Evaporasi
Pervorasi usus
Mendesak lambung
M u a l
Nafsu makan menurun
3. Diagnosa keperawatan.
• Hipertermi b.d proses infeksi
• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang kurang
• Resiko kekurangan volume cairan tubuh
• P.K Peritoritis
4. Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1) Hipertermi b.d proses infeksi
DS : Kelg/pasien melaporkan badan terasa panas & tidak nyaman
DO :
- Kulit ps.teraba hangat/panas
- Wajah tampak memerah
- Suhu badan > 37o C
- Takikardi
- RR meningkat
2). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang kurang.
DS : Ps melaporkan tidak nafsu makan, mual.
DO :
- Pasien tidak menghabiskan porsi makan yg disediakan
- Ps.kehilangan BB sampai 20% dibawah BB ideal
- Tonus otot menurun
3). Resiko kekurangan vol.cairan tubuh
Faktor Resiko :
- Peningkatan suhu tubuh
( > 37 o C )
4). PK Peritonitis
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama ….. x 24 jam suhu tubuh dalam batas normal
KH :
- Suhu tubuh dbn ( 35 – 37o C )
- RR dbn ( sesuai umur )
- Nadi dbn ( sesuai umur )
- Wajah tidak memerah
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama … x 24 jam status nutrisi optimal
KH :
- Ps/klg melaporkan adanya nafsu makan.
- Ps menghabiskan porsi makan yg disediakan
- BB stabil/naik
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama … x 24 jam kekurangan volume cairan tubuh tidak terjadi
KH :
- Tanda-tanda dehidrasi tidak ditemukan.
- Suhu tubuh dbn (35,5-370 C )
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama … x 24 jam peritonitis teratasi
KH :
- Perawat mampu mencegah komplikasi peritonitis lebih lanjut
- Kaji pengetahuan pasien & keluarga ttg hipertermia
- Observasi vital sign
- Beri minum yang cukup
- Beri kompres hangat
- Anjurkan utk memakai pakaian yg tipis
- Anjurkan utk bed rest sampai suhu stabil dbn ( 35 – 37o C )
- Kolaborasi pemberian antipireksia
- Kaji status nutrisi anak
- Berikan makanan halus/lunak
- Berikan makanan yg disertai dg suplemen nutrisi
- Anjurkan kpd ortu utk memberi makanan sedikit tapi sering.
- Monitor BB tiap hari
- Pertahankan kebersihan mulut
- Jelaskan ttg pentingnya intake nutrisi yg adekuat
- Kolaborasi pemberian makanan parenteral bila per oral tdk mencukupi
- Kaji & observasi suhu,RR,nadi pasien.
- Anjurkan banyak minum
- Observasi adanya tanda-tanda dehidrasi.
- Monitor balance cairan tubuh
- Kolaborasi pemberian cairan intravena
- Kaji perjalanan infeksi
- Lakukan tindakan/prosedur dg teknik septik/aseptik
- Monitor TTV
- Kolaborasi pemberian terapi medis ( antibiotik ).
I. DEFINISI
Thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu minggu dengan atau tanpa gangguan kesadaran.
II. ETIOLOGI
Penyebab penyakit ini adalah salmonella typhosa, basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar , tidak berspora.Mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen yaitu antigen O, antigen H dan antigen Vi. Dalam serum pasien terdapat zat anti (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.
III. MANIFESTASI KLINIK
Masa tunas : 10 – 20 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan kurang, menyusul gambaran klinik yang biasa ditemukan ialah :
a. Demam
Biasanya febris bersifat remiten, menurun pada pagi hari dan meningkat pada malam/sore hari.
b. Gangguan pada saluran pencernaan
- Nafas berbau
- Lidah kotor (coated tongue)
- Biasanya ditemukan meteorismus
- Hepatomegali, splenomegali
- Konstipasi / diare / normal
c. Gangguan kesadaran
Penurunan kesadaran biasanya terjadi pada keadaan yang lebih berat (apatis, somnolen) jarang sampai sopor atau koma
Selain tanda-tanda tersebut biasanya ditemukan bercak-bercak kemerahan pada punggung yang dapat ditemukan pada minggu pertama kadang ditemukan bradikardi dan epistaksis pada anak.
IV. PATOFISIOLOGI
Salmonella typhosa
Saluran pencernaan
Diserap dalam usus halus
Masuk aliran darah
Sistemik
Kelenjar limfoid Hati Limfa Endotoksin
Usus halus
Hematomegali Splenomegali Demam
Tukak
Perforasi usus
V. POTENSIAL KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin muncul pada pasien thypoid :
a. Perdarahan usus : bisa sampai melena
b. Perforasi usus
c. Peritonitis
d. Meningitis, ensefalopati
e. Kolesistitis
VI. PEMERIKSAAN
a. Pemeriksaan darah tepi : leukopenia, limfositosis, anemia, trombositopenia
aneosinofilia.
b. Darah untuk kultur ( biakan untuk empedu ) dan widal.
• Biakan empedu dapat ditemukan pada minggu pertama sakit
• Pemeriksaan widal : didapatkan titer terhadap antigen O adalah 1/200 atau lebih, sedangkan titer terhadap antigen H walaupun tinggi akan tetapi tidak bermakna untuk menegakkan diagnosis.
VII. PENATALAKSANAAN
A. Medis
• Program bedrest sampai suhu normal kembali
• Diet, makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein, tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas.
• Obat pilihan ialah kloramfenikol
• Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakit.
B. Keperawatan
1. Pengkajian data fokus
• Riwayat keperawatan
• Kaji adanya gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh terutama pada malam hari, nyeri kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan, epistaksis, penurunan kesadaran
2. PATHWAY
Salmonella thyposa
Diserap usus halus
Aliran darah sistemik
Kelenjar limfoid usus Hati Limfa Endotoksin
Tukak Hepatomegali Splenomegali Febris Evaporasi
Pervorasi usus
Mendesak lambung
M u a l
Nafsu makan menurun
3. Diagnosa keperawatan.
• Hipertermi b.d proses infeksi
• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang kurang
• Resiko kekurangan volume cairan tubuh
• P.K Peritoritis
4. Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1) Hipertermi b.d proses infeksi
DS : Kelg/pasien melaporkan badan terasa panas & tidak nyaman
DO :
- Kulit ps.teraba hangat/panas
- Wajah tampak memerah
- Suhu badan > 37o C
- Takikardi
- RR meningkat
2). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang kurang.
DS : Ps melaporkan tidak nafsu makan, mual.
DO :
- Pasien tidak menghabiskan porsi makan yg disediakan
- Ps.kehilangan BB sampai 20% dibawah BB ideal
- Tonus otot menurun
3). Resiko kekurangan vol.cairan tubuh
Faktor Resiko :
- Peningkatan suhu tubuh
( > 37 o C )
4). PK Peritonitis
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama ….. x 24 jam suhu tubuh dalam batas normal
KH :
- Suhu tubuh dbn ( 35 – 37o C )
- RR dbn ( sesuai umur )
- Nadi dbn ( sesuai umur )
- Wajah tidak memerah
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama … x 24 jam status nutrisi optimal
KH :
- Ps/klg melaporkan adanya nafsu makan.
- Ps menghabiskan porsi makan yg disediakan
- BB stabil/naik
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama … x 24 jam kekurangan volume cairan tubuh tidak terjadi
KH :
- Tanda-tanda dehidrasi tidak ditemukan.
- Suhu tubuh dbn (35,5-370 C )
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama … x 24 jam peritonitis teratasi
KH :
- Perawat mampu mencegah komplikasi peritonitis lebih lanjut
- Kaji pengetahuan pasien & keluarga ttg hipertermia
- Observasi vital sign
- Beri minum yang cukup
- Beri kompres hangat
- Anjurkan utk memakai pakaian yg tipis
- Anjurkan utk bed rest sampai suhu stabil dbn ( 35 – 37o C )
- Kolaborasi pemberian antipireksia
- Kaji status nutrisi anak
- Berikan makanan halus/lunak
- Berikan makanan yg disertai dg suplemen nutrisi
- Anjurkan kpd ortu utk memberi makanan sedikit tapi sering.
- Monitor BB tiap hari
- Pertahankan kebersihan mulut
- Jelaskan ttg pentingnya intake nutrisi yg adekuat
- Kolaborasi pemberian makanan parenteral bila per oral tdk mencukupi
- Kaji & observasi suhu,RR,nadi pasien.
- Anjurkan banyak minum
- Observasi adanya tanda-tanda dehidrasi.
- Monitor balance cairan tubuh
- Kolaborasi pemberian cairan intravena
- Kaji perjalanan infeksi
- Lakukan tindakan/prosedur dg teknik septik/aseptik
- Monitor TTV
- Kolaborasi pemberian terapi medis ( antibiotik ).
No comments:
Post a Comment