A. PENGERTIAN
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan aman dan tentram (Potter& Perry, 2006)
Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dan berespons terhadap suatu rangsangan yang berbahaya (Carpenito, Linda Jual, 2000)
Keamanan
Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen, kelembaban yang optimum, nutrisi, dan suhu yang optimum akan mempengauhi kemampuan seseorang.
1. Oksigen
Bahaya umum yang ditemukan dirumah adalah sistem pemanasan yang tidak berfungsi dengan baik dan pembakaran yang tidak mempunyai sistem pembuangan akan menyebabkan penumpukan karbondioksida.
2. Kelembaban
Kelembaban akan mempengaruhi kesehatan dan keamanan klien, jika kelembaban relatifnya tinggi maka kelembaban kulit akan terevaporasi dengan lambat
3. Nutrisi
Makanan yang tidak disimpan atau disiapkan dengan tepat atau benda yang dapat menyebabkan kondisi kondisi yang tidak bersih akan meningkatkan resiko infeksi dan keracunan makanan.
Kenyamanan
1. Nyeri
Nyeri adalah kondisi suatu mekanisme prolektif tubuh ayng timbul bilamana jaringan mengalami kerusakan dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan tersebut. (Guyton Hall, 1997)
a. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah suatu keadaan dimana seseorang melaporkan adanya ketidaknyamanan yang hebat. Awitan nyeri akut biasanya mendadak, durasinya singkat kurang dari 6 bulan.
b. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah keadaan dimana seorang individu mengalami nyeri yang berlangsung terus menerus, akibat kausa keganasan dan non keganasan atau intermiten selama 6 bulan atau lebih
c. Mual
Mual adalah keadaan dimana individu mengalami sesuatu ketidaknyamanan, sensasi seperti gelombang dibelakang tenggorokan epigastrium, atau seluruh abdomen yang mungkin atau mungkin tidak menimbulkan muntah.
B. FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI KEAMANAN DAN KENYAMANAN
1. Emosi
Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi keamanan dan kenyamanan
2. Status Mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun memudahkan terjadinya resiko injury
3. Gangguan Persepsi Sensory
Mempengaruhi adaptasi terhadaprangsangan yang berbahayaseperti gangguan penciuman dan penglihatan
4. Keadaan Imunits
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah terserang penyakit
5. Tingkat Kesadaran
Pada pasien koma, respon akan enurun terhadap rangsangan, paralisis, disorientasi, dan kurang tidur.
6. Informasi atau Komunikasi
Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat menimbulkan kecelakaan.
7. Gangguan Tingkat Pengetahuan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi sebelumnya.
8. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilaktik syok
9. Status nutrisi
Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap penyakit tertentu.
10. Usia
Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anak-anak dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri
11. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam merespon nyeri dan tingkat kenyamanannya.
12. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri dan tingkat kenyaman yang mereka punyai
C. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB NYERI
1. Stimulasi Mekanik
Disebut trauma mekanik adanya suatu penegangan akan penekana jarinagan
2. Stimulus Kimiawi
Disebabkan oleh bahan kimia
3. Stimulus Thermal
Adanya kontak atau terjadinya suhu yang ekstrim panas yang dipersepsikan sebagai nyeri 44°C-46°C
4. Stimulus Neurologik
Disebabkan karena kerusakan jaringan saraf
5. Stimulus Psikologik
Nyeri tanpa diketahui kelainan fisik yang bersifat psikologis
6. Stimulus Elektrik
Disebabkan oleh aliran listrik
D. FISIOLOGI NYERI
Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subyektif nyeri terhadap empat proses tersendiri: Transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi. Transduksi nyeri adalah proses rangsangan yang mengganggu sehingga menimbulkan aktivitas listrik di reseptor nyeri. Trasmisi nyeri melibatkan proses penyaluran impuls nyeri dari tempat terinduksi melewati saraf perifer sampai termal di medula spinalis dan jaringan neoron-neuron pemancar yang naik dan medula spinalis ke otak. Medulasi nyeri melibatkan aktivitas saraf melalui jalur-jalur saraf desendens dari otak yang dapat mempengaruhi transmisi nyeri yang setinggi medula spinalis. Medulasi juga melibatkan faktor-faktor kimiawi yang menimbulkan atau meningkatkan aktivitas direseptor nyeri aferen primer. Akhirnya, persepsi nyeri adalah pengalaman subyektif nyeri yang bagaimanapun juga dihasilkan oleh aktivitas transmisi nyeri oleh saraf.
MUAL
Mual dapat dijelaskan sebagai perasaan yang sangat tidak enak dibelakang tenggorokan dan epigastrium, sering menyebabkan muntah. Terdapat berbagai perubahan aktivitas saluran cerna yangberkaitan dengan mual seperti meningkatnya salivasi, menurunnya tonus lambung dan peristaltik. Peningkatan tonus duodenum dan jejenum menyebabkan terjadinya refluks isi dodenum kedalam lambung. Namun demikian, tidak terdapat bukti yang mengesankan bahwa inimenyebabkan mual. Tanda dan gejala mual sering kali adalah pucat, meningkatnya salivasi, hendak muntah, hendak pingsan, berkeringat, da takikardia.
E. KLASIFIKASI NYERI
1. nyeri berdasarkan kualitasnya
• nyeri yang menyayat
• nyeri yang menusuk
2. nyeri berdasarkan tempatnya
• nyeri superfisial/nyeri permukaan tubuh
• nyeri dalam/nyeri tusuk bagian dalam
• nyeri ulseral/nyeri dari tusuk jaringan ulseral
• nyeri neurologis/nyeri dari kerusakan saraf perifer
• nyeri menjalar/nyeri akibat kerusakan jaringan ditempat lain
• nyeri sindrom/nyeri akibat kehilangan sesuatu bagian tubuh karena pengalaman masa lalu
• nyeri patogenik/nyeri tanpa adanya stimulus
3. nyeri berdasarkan serangannya
• nyeri akut: nyeri yang timbul tiba-tiba, waktu kurang dari 6 bulan
• nyeri kronis: nyeri yang timbul terus-menerus, waktu lebih atau sama 6 bulan
4. nyeri menurut sifatnya
• nyeri timbul sewaktu-waktu
• nyeri yang menetap
• nyeri yang kumat-kumatan
5. nyeri menurut rasa
• nyeri yang cepat: nyeri yang menusuk
• nyeri difus: nyeri normal yang bisa dirasakan
6. nyeri menurut kegawatan
• nyeri ringan
• nyeri sedang
• nyeri berat
F. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN RASA AMAN DAN NYAMAN
1. PENGAKAJIAN
a. Keamanan
Memastikan lingkungan yang aman, perawat perlu memahami hal-hal yang memberi kontribusi keadaan rumah, komunitas, atau lingkungan pelayanan kesehatan dan kemudian mengkaji berbagai ancaman terhadap keamanan klien dan lingkungan
1) Komunitas
Ancaman keamanan dalam komunitas dipengaruhi oleh terhadap perkembangan, gaya hidup, status mobilisasi, perubahan sensorik, dan kesadaran klien terhadap keamanan.
2) Lembaga pelayanan kesehatan
Jenis dasar resiko terhadap keamanan klien di dalam lingkungan pelayanan kesehatan adalah terjadi kecelakaan yang disebabkan klien, kecelakaan yang disebabkan prosedur, dan kecelakaan yang menyebabkan penggunaan alat.
b. Kenyaman
Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang bersifat subyektif dan hanya yang menerimanya yang dapat menjelaskannya.
Tanda-tanda yang menunjukan seseorang mengalami sensasi nyeri:
1) Posisi yang memperlihatkan pasien
Pasien tampak takut bergerak, dan berusaha merusak posisi yang memberikan rasa nyaman
2) Ekspresi umum
• Tampak meringis, merintih
• Cemas, wajah pucat
• Ketakutan bila nyeri timbul mendadak
• Keluar keringat dingin
• Kedua rahang dikatupkan erat-erat dan kedua tangan tampak dalam posisi menggenggam
• Pasien tampak mengeliat karena kesakitan
3) Pasien dengan nyeri perlu diperhatikan saat pengkajian adalah
• Lokasi nyeri
• Waktu timbulnya nyeri
• Reaksi fisik/psikologis pasien terhadap nyeri
• Karakteristik nyeri
• Faktor pencetus timbulnya nyeri
• Cara-cara yang pernah dilakukan untuk mengatasi nyeri
2. DIAGNOSA KEBUTUHAN RASA NYAMAN DAN AMAN
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik atau trauma
b) Nyeri kronis berhubungan dengan kontrol nyeri yang tidak adekuat
c) Nausea berhubungan dengan terapi, biofisik dan situasional
d) Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
e) Resiko Infeksi berhubungan dengan faktor resiko prosedur infvasif, tidak cukup pengetahuan dalam menghindari paparan patogen.
f) Resiko Trauma berhubungan dengan faktor resiko eksternal yang berasal dari lingkungan sekitar dan internal yang berasal dari diri sendiri
g) Resiko Injury berhubungan dengan imobilisasi, penekanan sensorik patologi intracranial dan ketidaksadaran
PERENCANAAN KEPERAWATAN
No. Dx Nama Diagnosa Tujuan /NOC Intervensi / NIC
1 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik atau trauma Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .......x24 jam, diharapakan nyeri berkurang dengan kriteria:
Kontrol Nyeri (1605)
- Mengenal faktor penyebab (160501)
- Mengenal reaksi serangan nyeri (160502)
- Mengenali gejala nyeri (1605009)
- Melaporkan nyeri terkontrol (1605011)
Tingkat Nyeri (2021)
- Frekuensi nyeri (210203)
- Ekspresi akibat nyeri (210206)
Keterangan Penilaian NOC
1. tidak dilakukan samasekali
2. jarang dilakukan
3. kadang dilakukan
4. sering dilakukan
5. selalu dilakukan Pain Management (140)
- Kaji tingkat nyeri,meliputi : lokasi,karakteristik,dan onset,durasi,frekuensi,kualitas, intensitas/beratnya nyeri, faktor-faktor presipitasi
- Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan
- Berikan informasi tentang nyeri
- Ajarkan teknik relaksasi
- Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
- Turunkan dan hilangkan faktor yang dapat meningkatkan nyeri
- Lakukan teknik variasi untuk mengurangi nyeri
Analgetik Administration (2210)
- Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik
- Berikan analgetik yang tepat sesuai dengan resep
- Catat reaksi analgetik dan efek buruk yang ditimbulkan
- Cek instruksi dokter tentang jenis obat,dosis,dan frekuensi
2 Nyeri kronis berhubungan dengan kontrol nyeri yang tidak adekuat Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .......x24 jam, diharapakan nyeri berkurang dengan kriteria:
Kontrol Nyeri (1605)
- Mengenal faktor penyebab (160501)
- Mengenal reaksi serangan nyeri (160502)
- Mengenali gejala nyeri (1605009)
- Melaporkan nyeri terkontrol (1605011)
Tingkat Nyeri (2021)
- Frekuensi nyeri (210203)
- Ekspresi akibat nyeri (210206)
Keterangan Penilaian NOC
1. tidak dilakukan samasekali
2. jarang dilakukan
3. kadang dilakukan
4. sering dilakukan
5. selalu dilakukan Pain Management (140)
- Kaji tingkat nyeri,meliputi : lokasi,karakteristik,dan onset,durasi,frekuensi,kualitas, intensitas/beratnya nyeri, faktor-faktor presipitasi
- Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan
- Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk menguragi nyeri (relaksasi, distraksi)
- Perhatikan tipe dan sumber nyeri
- Turunkan dan hilangkan faktor yang dapat meningkatkan nyeri
- Lakukan teknik variasi untuk mengurangi nyeri
- Tingkatkan istirahat atau tidur untuk memfasilitasi manajemen nyeri
Analgetik Administration (2210)
- Cek obat, dosis, frekuensi, pemberian analgesik
- Cek riwayat alergi obat
- Pilih analgetik atau kombinasi yang tepat apabila lebih satu analgetik yang diresepkan
- Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik
3 Nausea berhubungan dengan terapi, biofisik dan situasional Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .....x24 jam diharapkan tidak mual dengan kriteria :
Status Nutrisi (1004)
- Tenaga (100403)
- Stamina(100401)
- Daya tahan tubuh
( 100404)
Keseimbangan Cairan (0601)
- Berat badan stabil (160109)
- Tidak ada kebingungan (160111)
- Tidak haus berlebihan (160112)
- Kelembabkan kulit
Membran mukosa lembab (160113)
Keterangan Penilaian NOC
1. tidak dilakukan samasekali
2. jarang dilakukan
3. kadang dilakukan
4. sering dilakukan
5. selalu dilakukan Nutrition Management (1100)
- Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Berikan kalori tentang kebutuhan nutisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Manajemen Cairan (4120)
- Pertahankan intake dan output cairan yang akurat
- Monitor status hidrasi
- Monitor hasil laboratorium berhubungan dengan retensi cairan
- Monitor vital sign
- Monitor intake dan output
- Monitor status hemodinamik
4 Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .....x24 jam diharapakan kecemasan menurun atau pasien dapat tenang dengan kriteria :
Control Cemas (1402)
-Menyingkirkan tanda kecemasaan (140202)
-Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas (140203)
-Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas (140207)
-Melaporkan penurunan kebutuhan tidur adekuat (140214)
-Tidak ada manifestasi perilaku kecemasan (140216)
Koping (1302)
-Memanajemen masalah (130205)
-Mengekspresikan persaan dan kebebasan emosinal (130206)
-Memelihara kestabilan financial (130214)
-Menggunakan suport sosial (130218)
Keterangan Penilaian NOC
1. tidak dilakukan samasekali
2. jarang dilakukan
3. kadang dilakukan
4. sering dilakukan
5. selalu dilakukan Penurunan Kecemasan (5820)
- Tenangkan klien
- Berusaha memahami keadaan klien
- Berikan informasi tentang diagnosa,prognosis dan tindakan
- Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan
- Gunakan pendekatan dengan sentuhan (permisi) verbalisasi
- Temani klien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa takut
- Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi
- Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat
Peningkatan Koping (5230)
- Hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit
- Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan
- Sediakan informasi actual tentang diagnosa,penanganan dan prognosis
- Dukung keterlibatan keluarga dengan cara yang tepat
- Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi positif untuk mengatasi keterbatasan dan mengelola gaya hidup atau perubahan peran
5. Resiko Infeksi berhubungan dengan faktor resiko prosedur infvasif, tidak cukup pengetahuan dalam menghindari paparan patogen. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .....x24 jam diharapkan tidak ada infeksi dengan kriteria :
Risk Control (1902)
- mengetahui resiko (190201)
- memonitor faktor resiko lingkungan (190202)
- memonitor faktor resiko dari tingkah laku (190203)
- mengembagkan strategi kontrol resiko secara efektif (190204)
- memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi resiko (190208)
Keterangan Penilaian NOC
1. tidak dilakukan samasekali
2. jarang dilakukan
3. kadang dilakukan
4. sering dilakukan
5. selalu dilakukan Kontrol Infeksi (6540)
- observasi dan laporkan tanda dan gejala infeksi seperti kemerahan, panas, nyeri, tumor, dan fungsiolesa
- kaji temperatur klien tiap 4 jam
- gunakan strategi untuk mencegah infeksi nosokomial
- cuci tangan sebelun dan setelah tindakan keperawatan.
- Gunakan standar precaution dan gunakan sarung tangan selama kontak dengan darah, membran mukosa yang tidak utuh.
- Kaji kelembaban, tekstur dan turgor kulit dengan hati-hati.
- Pastikan teknik perawatan luka secara tepat
- Dorong pasien untuk istirahat
6. Resiko Trauma berhubungan dengan faktor resiko eksternal yang berasal dari lingkungan sekitar dan internal yang berasal dari diri sendiri Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .....x24 jam diharapkan tidak ada trauma, dengan kriteria:
- knowledge : personal safety (1809)
- safety behavior :faal prevention (1909)
- safety status : physical injury (1913)
Keterangan Penilaian NOC
1. tidak dilakukan samasekali
2. jarang dilakukan
3. kadang dilakukan
4. sering dilakukan
5. selalu dilakukan Enviromental Manajement Safety (6286)
- sediakan lingkungan yang aman bagi klien
- identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fngsi kognisi pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
- menghindarkan lingkungan yang berbahaya
- memasang side rail tempat tidur
- menyediakan tempat tidur yang aman dan bersih
- membatasi pengunjung
- memberikan penerangan yang cukup
- menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
- mengontrol lingkungan dari kebisingan
- berikan penjelasan pada pasien dan keluarga pasien atau pengunjung tentang adanya perubahan status kesehatan dan penyememasang side rail tempat tidur
- menyediakan tempat tidur yang aman dan bersih
- membatasi pengunjung
- memberikan penerangan yang cukup
- menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
- mengontrol lingkungan dari kebisingan
- berikan penjelasan pada pasien dan keluarga pasien atau pengunjung tentang adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit
7. Resiko Injury berhubungan dengan imobilisasi, penekanan sensorik patologi intracranial dan ketidaksadaran Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .....x24 jam diharapkan tidak ada cedera dengan kriteria:
Risk Control (1902)
- klien terbebas dari cedera (190201)
- klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah cedera (190206)
- klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan/prilaku personal (190208)
- mampu memodifikasi untuk mencegah injury (190211)
- mampu mengenali perubahan status kesehatan (190218)
Keterangan Penilaian NOC
1. tidak dilakukan samasekali
2. jarang dilakukan
3. kadang dilakukan
4. sering dilakukan
5. selalu dilakukan Enviromental Manajement (Manajemen Lingkungan) (6286)
- sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
- identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fngsi kognisi pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
- menghindarkan lingkungan yang berbahaya
- memasang side rail tempat tidur
- menyediakan tempat tidur yang aman dan bersih
- membatasi pengunjung
- memberikan penerangan yang cukup
- menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
- mengontrol lingkungan dari kebisingan
- berikan penjelasan pada pasien dan keluarga pasien atau pengunjung tentang adanya perubahan status kesehatan dan penyememasang side rail tempat tidur
- menyediakan tempat tidur yang aman dan bersih
- membatasi pengunjung
- memberikan penerangan yang cukup
- menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
- mengontrol lingkungan dari kebisingan
- berikan penjelasan pada pasien dan keluarga pasien atau pengunjung tentang adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit
Referensi
Ali mulhidayat, Aziz. 1997. Kebutuhan Dasar Manusia. EGC: Jakarta
Brunner&Suddarth, Suzanne C. Smeltzer, Brenola G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Docterman dan Bullechek. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 4, United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.
Ganong. 2003. Fisiologi Kedokteran. EGC: Jakarta
Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.
Nanda International (2009). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2009-2011. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta
Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. EGC: Jakarta
Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Volume I dan II. EGC: Jakarta
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN MOBILISASI
A. Pengertian
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi (Mubarak, 2008).
Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam.
Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak, 2008).
B. Penyebab
Faktor-faktor yang mempngaruhi mobilisasi
1. Gaya hidup
Mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai-nilai yang dianut, serta lingkungan tempat ia tinggal (masyarakat).
2. Ketidakmampuan
Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Secara umum ketidakmampuan dibagi menjadi dua yaitu :
a. Ketidakmampuan primer yaitu disebabkan oleh penyakit atau trauma (misalnya : paralisis akibat gangguan atau cedera pada medula spinalis).
b. Ketidakmampuan sekunder yaitu terjadi akibat dampak dari ketidakmampuan primer (misalnya : kelemahan otot dan tirah baring). Penyakit-penyakit tertentu dan kondisi cedera akan berpengaruh terhadap mobilitas.
3. Tingkat energi
Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi. Dalam hal ini cadangan energi yang dimiliki masing-masing individu bervariasi.
4. Usia
Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan mobilisasi. Pada individu lansia, kemampuan untuk melakukan aktifitas dan mobilisasi menurun sejalan dengan penuaan (Mubarak, 2008)
C. Klasifikasi
Menurut Mubarak (2008) secara umum ada beberapa macam keadaan imobilitas antara lain :
1. Imobilitas fisik : kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.
2. Imobilitas intelektual : kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya pada kasus kerusakan otak
3. Imobilitas emosional : kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan atau kehilangan seseorang yang dicintai
4. Imobilitas sosial : kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial yang sering terjadi akibat penyakit.(Mubarak, 2008).
Rentang Gerak dalam mobilisasi
Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :
a. Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
b. Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.
c. Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang diperlukan (Carpenito, 2000).
D. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang.
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung.
Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.
Sendi adalah hubungan di antara tulang, diklasifikasikan menjadi:
- Sendi sinostotik mengikat tulang dengan tulang mendukung kekuatan dan stabilitas. Tidak ada pergerakan pada tipe sendi ini. Contoh: sakrum, pada sendi vertebra.
- Sendi kartilaginous/sinkondrodial, memiliki sedikit pergerakan, tetapi elastis dan menggunakan kartilago untuk menyatukan permukaannya. Sendi kartilago terdapat pada tulang yang mengalami penekanan yang konstan, seperti sendi, kostosternal antara sternum dan iga.
- Sendi fribrosa/sindesmodial, adalah sendi di mana kedua permukaan tulang disatukan dengan ligamen atau membran. Serat atau ligamennya fleksibel dan dapat diregangkan, dapat bergerak dengan jumlah yang terbatas. Contoh: sepasang tulang pada kaki bawah (tibia dan fibula) .
- Sendi sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang dapat digerakkan secara bebas dimana permukaan tulang yang berdekatan dilapisi oleh kartilago artikular dan dihubungkan oleh ligamen oleh membran sinovial. Contoh: sendi putar seperti sendi pangkal paha (hip) dan sendi engsel seperti sendi interfalang pada jari.
- Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat, fleksibel mengikat sendi menjadi satu sama lain dan menghubungkan tulang dan kartilago. Ligamen itu elastis dan membantu fleksibilitas sendi dan memiliki fungsi protektif. Misalnya, ligamen antara vertebra, ligamen non elastis, dan ligamentum flavum mencegah kerusakan spinal kord (tulang belakang) saat punggung bergerak.
- Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang menghubungkan otot dengan tulang. Tendon itu kuat, fleksibel, dan tidak elastis, serta mempunyai panjang dan ketebalan yang bervariasi, misalnya tendon akhiles/kalkaneus.
- Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung yang tidak mempunyai vaskuler, terutama berada disendi dan toraks, trakhea, laring, hidung, dan telinga. Bayi mempunyai sejumlah besar kartilago temporer. Kartilago permanen tidak mengalami osifikasi kecuali pada usia lanjut dan penyakit, seperti osteoarthritis.
- Sistem saraf mengatur pergerakan dan postur tubuh. Area motorik volunteer utama, berada di konteks serebral, yaitu di girus prasentral atau jalur motorik.
- Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai melalui stimulasi dari bagian tubuh tertentu dan aktifitas otot. Proprioseptor memonitor aktifitas otot dan posisi tubuh secara berkesinambungan. Misalnya proprioseptor pada telapak kaki berkontribusi untuk memberi postur yang benar ketika berdiri atau berjalan. Saat berdiri, ada penekanan pada telapak kaki secara terus menerus. Proprioseptor memonitor tekanan, melanjutkan informasi ini sampai memutuskan untuk mengubah posisi.
E. Pathway
Perdarahan
Oklusi
Penurunan perfusi jaringan
Hipoksia
Iskemia
Metabolisme anaerob aktivitas elektrolit terganggu
Penurunan asam laktat pompa Na dan K gagal
Asidosis lokal, H meningkat, PCO meningkat, PCO2 menurun
edema serebral TIK meningkat
Gangguan perfusi jaringan
perfusi otak menurun herniasi otak
nekrosis jaringan otak kematian
defisit neurologis
lobus frontalis lobus temporalis lobus parietalis lobus oksipitalis
Intoleransi aktivitas
Defisit perawatan diri
Gangguan mobilisasi
F. Pengkajian Keperawatan
1. Aspek biologis
a. Usia. Faktor usia berpengaruh terhadap kemampuan melakukan aktifitas, terkait dengan kekuatan muskuloskeletal. Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah postur tubuh yang sesuai dengan tahap pekembangan individu.
b. Riwayat keperawatan. Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah riwayat adanya gangguan pada sistem muskuloskeletal, ketergantungan terhadap orang lain dalam melakukan aktivitas, jenis latihan atau olahraga yang sering dilakukan klien dan lain-lain.
c. Pemeriksaan fisik, meliputi rentang gerak, kekuatan otot, sikap tubuh, dan dampak imobilisasi terhadap sistem tubuh.
2. Aspek psikologis
Aspek psikologis yang perlu dikaji di antaranya adalah bagaimana respons psikologis klien terhadap masalah gangguan aktivitas yang dialaminya, mekanisme koping yang digunakan klien dalam menghadapi gangguan aktivitas dan lain-lain.
3. Aspek sosial kultural
Pengkajian pada aspek sosial kultural ini dilakukan untuk mengidentifikasi dampak yang terjadi akibat gangguan aktifitas yang dialami klien terhadap kehidupan sosialnya, misalnya bagaimana pengaruhnya terhadap pekerjaan, peran diri baik dirumah, kantor maupun sosial dan lain-lain
4. Aspek spiritual
Hal yang perlu dikaji pada aspek ini adalah bagaimana keyakinan dan nilai yang dianut klien dengan kondisi kesehatan yang dialaminya sekarang, seperti apakah klien menunjukan keputusasaannya? Bagaimana pelaksanaan ibadah klien dengan keterbatasan kemampuan fisiknya? Dan lain-lain (Asmadi, 2008).
G. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas
2. Gangguan mobilitas fisik
3. Defisit perawatan diri (Tarwoto & Wartonah, 2003)
H. Intervensi Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum
No Diagnosa Keperawatan
(NANDA) Tujuan Keperawatan
( NOC ) Rencana Tindakan
(NIC )
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama …. x 24 jam :
- Klien mampu mengidentifikasi aktifitas dan situasi yang menimbulkan kecemasan yang berkonstribusi pada intoleransi aktifitas.
- Klien mampu berpartisipasi dalam aktifitas fisik tanpa disertai peningkatan TD, N, RR dan perubahan ECG
- Klien mengungkapkan secara verbal, pemahaman tentang kebutuhan oksigen, pengobatan dan atau alat yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktifitas.
- Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri tanpa bantuan atau dengan bantuan minimal tanpa menunjukkan kelelahan Managemen Energi
- Tentukan penyebab keletihan: :nyeri, aktifitas, perawatan , pengobatan
- Kaji respon emosi, sosial dan spiritual terhadap aktifitas.
- Evaluasi motivasi dan keinginan klien untuk meningkatkan aktifitas.
- Monitor respon kardiorespirasi terhadap aktifitas : takikardi, disritmia, dispnea, diaforesis, pucat.
- Monitor asupan nutrisi untuk memastikan ke adekuatan sumber energi.
- Monitor respon terhadap pemberian oksigen : nadi, irama jantung, frekuensi Respirasi terhadap aktifitas perawatan diri.
- Letakkan benda-benda yang sering digunakan pada tempat yang mudah dijangkau
- Kelola energi pada klien dengan pemenuhan kebutuhan makanan, cairan, kenyamanan / digendong untuk mencegah tangisan yang menurunkan energi.
- Kaji pola istirahat klien dan adanya faktor yang menyebabkan kelelahan.
Terapi Aktivitas
- Bantu klien melakukan ambulasi yang dapat ditoleransi.
- Rencanakan jadwal antara aktifitas dan istirahat.
- Bantu dengan aktifitas fisik teratur : misal: ambulasi, berubah posisi, perawatan personal, sesuai kebutuhan.
- Minimalkan anxietas dan stress, dan berikan istirahat yang adekuat
- Kolaborasi dengan medis untuk pemberian terapi, sesuai indikasi
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan : Kerusakan sensori persepsi.
No Diagnosa Keperawatan
(NANDA) Tujuan Keperawatan
( NOC ) Rencana Tindakan
(NIC )
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan : Kerusakan sensori persepsi. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x 24 jam klien menunjukkan:
- Mampu mandiri total
- Membutuhkan alat bantu
- Membutuhkan bantuan orang lain
- Membutuhkan bantuan orang lain dan alat
- Tergantung total
Dalam hal :
- Penampilan posisi tubuh yang benar
- Pergerakan sendi dan otot
- Melakukan perpindahan/ ambulasi : miring kanan-kiri, berjalan, kursi roda Latihan Kekuatan
- Ajarkan dan berikan dorongan pada klien untuk melakukan program latihan secara rutin
Latihan untuk ambulasi
- Ajarkan teknik Ambulasi & perpindahan yang aman kepada klien dan keluarga.
- Sediakan alat bantu untuk klien seperti kruk, kursi roda, dan walker
- Beri penguatan positif untuk berlatih mandiri dalam batasan yang aman.
Latihan mobilisasi dengan kursi roda
- Ajarkan pada klien & keluarga tentang cara pemakaian kursi roda & cara berpindah dari kursi roda ke tempat tidur atau sebaliknya.
- Dorong klien melakukan latihan untuk memperkuat anggota tubuh
- Ajarkan pada klien/ keluarga tentang cara penggunaan kursi roda
Latihan Keseimbangan
- Ajarkan pada klien & keluarga untuk dapat mengatur posisi secara mandiri dan menjaga keseimbangan selama latihan ataupun dalam aktivitas sehari hari.
Perbaikan Posisi Tubuh yang Benar
- Ajarkan pada klien/ keluarga untuk mem perhatikan postur tubuh yg benar untuk menghindari kelelahan, keram & cedera.
- Kolaborasi ke ahli terapi fisik untuk program latihan.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan :Kerusakan neurovaskuler
No Diagnosa Keperawatan
(NANDA) Tujuan Keperawatan
( NOC ) Rencana Tindakan
(NIC )
Defisit perawatan diri berhubungan dengan :Kerusakan neurovaskuler Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama... x24 jm
Klien mampu :
- Melakukan ADL mandiri : mandi, hygiene mulut ,kuku, penis/vulva, rambut, berpakaian, toileting, makan-minum, ambulasi
- Mandi sendiri atau dengan bantuan tanpa kecemasan
- Terbebas dari bau badan dan mempertahankan kulit utuh
- Mempertahankan kebersihan area perineal dan anus
- Berpakaian dan melepaskan pakaian sendiri
- Melakukan keramas, bersisir, bercukur, membersihkan kuku, berdandan
- Makan dan minum sendiri, meminta bantuan bila perlu
- Mengosongkan kandung kemih dan bowel Bantuan Perawatan Diri: Mandi, higiene mulut, penil/vulva, rambut, kulit
- Kaji kebersihan kulit, kuku, rambut, gigi, mulut, perineal, anus
- Bantu klien untuk mandi, tawarkan pemakaian lotion, perawatan kuku, rambut, gigi dan mulut, perineal dan anus, sesuai kondisi
- Anjurkan klien dan keluarga untuk melakukan oral hygiene sesudah makan dan bila perlu
- Kolaborasi dgn Tim Medis / dokter gigi bila ada lesi, iritasi, kekeringan mukosa mulut, dan gangguan integritas kulit.
Bantuan perawatan diri : berpakaian
- Kaji dan dukung kemampuan klien untuk berpakaian sendiri
- Ganti pakaian klien setelah personal hygiene, dan pakaikan pada ektremitas yang sakit/ terbatas terlebih dahulu, Gunakan pakaian yang longgar
- Berikan terapi untuk mengurangi nyeri sebelum melakukan aktivitas berpakaian sesuai indikasi
Bantuan perawatan diri : Makan-minum
- Kaji kemampuan klien untuk makan : mengunyah dan menelan makanan
- Fasilitasi alat bantu yg mudah digunakan klien
- Dampingi dan dorong keluarga untuk membantu klien saat makan
Bantuan Perawatan Diri: Toileting
- Kaji kemampuan toileting: defisit sensorik (inkontinensia),kognitif(menahan untuk toileting), fisik (kelemahan fungsi/ aktivitas)
- Ciptakan lingkungan yang aman(tersedia pegangan dinding/ bel), nyaman dan jaga privasi selama toileting
- Sediakan alat bantu (pispot, urinal) di tempat yang mudah dijangkau
- Ajarkan pada klien dan keluarga untuk melakukan toileting secara teratur
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba Medika.
Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku saku diagnosa keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC.
Diposkan oleh AGUNG SANTOSO S,Kep, Ns di 22:03
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Link ke posting ini
Buat sebuah Link
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
masagung
Hari ini tidak boleh ada yang mati
KATA - KATA BIJAK MASAGUNG
“Kritikan bukanlah hal untuk merendahkan ia adalah guru-guru hati yang akan dapat meninggikan apa yang telah merendahkannya"
"Ada hal yang tidak mudah untuk dilakukan yaitu menerima ketidaksenangan dan melepaskan kesenangan"
"Dunia sering mengajarkan banyak hal, namun hanya kita yang belum dapat megartikan sepenuhnya"
"Banyak keberhasilan tidak didapatkan dengan berbisnis, namun dari lebih banyaknya ia memberi"
Pengikut
Facebook
Profil
Buat Lencana Anda
Total Tayangan Laman
51090
Cari Blog Ini
masagung
AGUNG SANTOSO S,Kep, Ns
Lihat profil lengkapku
Avril Girl
Daily Calendar
Amazon MP3 Clips
Entri Populer
• LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN MOBILISASI
A. Pengertian Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebut...
• LAPORAN PENDAHULUAN OKSIGENASI
A. Pengertian Oksigenasi adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidu...
• ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN STRUMA
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Struma koloid , difus, nontoksik dan nodular koloid merupakan gangguan yang sangat sering di...
• LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN KENYAMANAN DAN NYERI
I. KONSEP KEBUTUHAN A. PENGERTIAN Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari keru...
• PEMERIKSAAN ANTE NATAL CARE
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1990 WHO meluncurkan strategi MPS (Making Pregnancy Safer) di dukung oleh badan-...
• LAPORAN PENDAHULUAN PENURUNAN KESADARAN
A. PENGERTIAN Kesadaran adalah pengetahuan penuh atas diri, lokasi dan waktu. ...
• LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUS FISIOLOGIS
A. Pengertian Post Partum Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan kembali sampai alat-alat kandungan kemba...
• LAPORAN PENDAHULUAN TYPUS ABDOMINALIS
A. Konsep Dasar 1. Definisi Thypus Abdominalis adalah suatu penyakit infeksi pada usus halus dengan gejala demam satu minggu...
• ASUHAN KEPERAWATAN STRUMA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Struma koloid , difus, nontoksik dan nodular koloid merupakan gangguan yang sangat sering...
• RADANG DAN INFEKSI
Radang merupakan mekanisme pertahanan tubuh disebabkan adanya respons jaringan terhadap pengaruh-pengaruh merusak baik bersifat lokal maup...
Arsip Blog
• Mei (6)
• Februari (2)
• Desember (2)
• Januari (1)
• Februari (14)
• Maret (6)
• Mei (1)
• Juni (2)
• September (2)
• November (2)
• Januari (1)
• April (1)
AKHIR SEBUAH KALIMAT
KAMI MOHON MAAF BILA ADA KESAMAAN DALAM PENULISAN BUKAN KAMI BERMAKSUD UNTUK YANG LAIN TETAPI ITU SEMUA ADALAH BAHAN REFERENSI KAMI, DEMIKIAN JUGA SILAHKAN ANDA GUNAKAN TULISAN INI SEBAGAI REFERENSI ANDA DENGAN MENCANTUMKAN BLOG INI SEBAGAI SUMBER REFERENSI ......... TERIMA KASIH Tampilan slide
Saya sadar, sebesar apapun pengorbanan yang saya lakukan tak akan bisa mengubah takdir Tuhan. Karena Takdir manusia telah ditulis di langit jauh saat manusia dilahirkan.
kasatyaning prajurit tan keno mundur sajengkal tak belani kanti tohing pati...........
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan aman dan tentram (Potter& Perry, 2006)
Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dan berespons terhadap suatu rangsangan yang berbahaya (Carpenito, Linda Jual, 2000)
Keamanan
Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen, kelembaban yang optimum, nutrisi, dan suhu yang optimum akan mempengauhi kemampuan seseorang.
1. Oksigen
Bahaya umum yang ditemukan dirumah adalah sistem pemanasan yang tidak berfungsi dengan baik dan pembakaran yang tidak mempunyai sistem pembuangan akan menyebabkan penumpukan karbondioksida.
2. Kelembaban
Kelembaban akan mempengaruhi kesehatan dan keamanan klien, jika kelembaban relatifnya tinggi maka kelembaban kulit akan terevaporasi dengan lambat
3. Nutrisi
Makanan yang tidak disimpan atau disiapkan dengan tepat atau benda yang dapat menyebabkan kondisi kondisi yang tidak bersih akan meningkatkan resiko infeksi dan keracunan makanan.
Kenyamanan
1. Nyeri
Nyeri adalah kondisi suatu mekanisme prolektif tubuh ayng timbul bilamana jaringan mengalami kerusakan dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan tersebut. (Guyton Hall, 1997)
a. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah suatu keadaan dimana seseorang melaporkan adanya ketidaknyamanan yang hebat. Awitan nyeri akut biasanya mendadak, durasinya singkat kurang dari 6 bulan.
b. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah keadaan dimana seorang individu mengalami nyeri yang berlangsung terus menerus, akibat kausa keganasan dan non keganasan atau intermiten selama 6 bulan atau lebih
c. Mual
Mual adalah keadaan dimana individu mengalami sesuatu ketidaknyamanan, sensasi seperti gelombang dibelakang tenggorokan epigastrium, atau seluruh abdomen yang mungkin atau mungkin tidak menimbulkan muntah.
B. FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI KEAMANAN DAN KENYAMANAN
1. Emosi
Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi keamanan dan kenyamanan
2. Status Mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun memudahkan terjadinya resiko injury
3. Gangguan Persepsi Sensory
Mempengaruhi adaptasi terhadaprangsangan yang berbahayaseperti gangguan penciuman dan penglihatan
4. Keadaan Imunits
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah terserang penyakit
5. Tingkat Kesadaran
Pada pasien koma, respon akan enurun terhadap rangsangan, paralisis, disorientasi, dan kurang tidur.
6. Informasi atau Komunikasi
Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat menimbulkan kecelakaan.
7. Gangguan Tingkat Pengetahuan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi sebelumnya.
8. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilaktik syok
9. Status nutrisi
Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap penyakit tertentu.
10. Usia
Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anak-anak dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri
11. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam merespon nyeri dan tingkat kenyamanannya.
12. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri dan tingkat kenyaman yang mereka punyai
C. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB NYERI
1. Stimulasi Mekanik
Disebut trauma mekanik adanya suatu penegangan akan penekana jarinagan
2. Stimulus Kimiawi
Disebabkan oleh bahan kimia
3. Stimulus Thermal
Adanya kontak atau terjadinya suhu yang ekstrim panas yang dipersepsikan sebagai nyeri 44°C-46°C
4. Stimulus Neurologik
Disebabkan karena kerusakan jaringan saraf
5. Stimulus Psikologik
Nyeri tanpa diketahui kelainan fisik yang bersifat psikologis
6. Stimulus Elektrik
Disebabkan oleh aliran listrik
D. FISIOLOGI NYERI
Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subyektif nyeri terhadap empat proses tersendiri: Transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi. Transduksi nyeri adalah proses rangsangan yang mengganggu sehingga menimbulkan aktivitas listrik di reseptor nyeri. Trasmisi nyeri melibatkan proses penyaluran impuls nyeri dari tempat terinduksi melewati saraf perifer sampai termal di medula spinalis dan jaringan neoron-neuron pemancar yang naik dan medula spinalis ke otak. Medulasi nyeri melibatkan aktivitas saraf melalui jalur-jalur saraf desendens dari otak yang dapat mempengaruhi transmisi nyeri yang setinggi medula spinalis. Medulasi juga melibatkan faktor-faktor kimiawi yang menimbulkan atau meningkatkan aktivitas direseptor nyeri aferen primer. Akhirnya, persepsi nyeri adalah pengalaman subyektif nyeri yang bagaimanapun juga dihasilkan oleh aktivitas transmisi nyeri oleh saraf.
MUAL
Mual dapat dijelaskan sebagai perasaan yang sangat tidak enak dibelakang tenggorokan dan epigastrium, sering menyebabkan muntah. Terdapat berbagai perubahan aktivitas saluran cerna yangberkaitan dengan mual seperti meningkatnya salivasi, menurunnya tonus lambung dan peristaltik. Peningkatan tonus duodenum dan jejenum menyebabkan terjadinya refluks isi dodenum kedalam lambung. Namun demikian, tidak terdapat bukti yang mengesankan bahwa inimenyebabkan mual. Tanda dan gejala mual sering kali adalah pucat, meningkatnya salivasi, hendak muntah, hendak pingsan, berkeringat, da takikardia.
E. KLASIFIKASI NYERI
1. nyeri berdasarkan kualitasnya
• nyeri yang menyayat
• nyeri yang menusuk
2. nyeri berdasarkan tempatnya
• nyeri superfisial/nyeri permukaan tubuh
• nyeri dalam/nyeri tusuk bagian dalam
• nyeri ulseral/nyeri dari tusuk jaringan ulseral
• nyeri neurologis/nyeri dari kerusakan saraf perifer
• nyeri menjalar/nyeri akibat kerusakan jaringan ditempat lain
• nyeri sindrom/nyeri akibat kehilangan sesuatu bagian tubuh karena pengalaman masa lalu
• nyeri patogenik/nyeri tanpa adanya stimulus
3. nyeri berdasarkan serangannya
• nyeri akut: nyeri yang timbul tiba-tiba, waktu kurang dari 6 bulan
• nyeri kronis: nyeri yang timbul terus-menerus, waktu lebih atau sama 6 bulan
4. nyeri menurut sifatnya
• nyeri timbul sewaktu-waktu
• nyeri yang menetap
• nyeri yang kumat-kumatan
5. nyeri menurut rasa
• nyeri yang cepat: nyeri yang menusuk
• nyeri difus: nyeri normal yang bisa dirasakan
6. nyeri menurut kegawatan
• nyeri ringan
• nyeri sedang
• nyeri berat
F. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN RASA AMAN DAN NYAMAN
1. PENGAKAJIAN
a. Keamanan
Memastikan lingkungan yang aman, perawat perlu memahami hal-hal yang memberi kontribusi keadaan rumah, komunitas, atau lingkungan pelayanan kesehatan dan kemudian mengkaji berbagai ancaman terhadap keamanan klien dan lingkungan
1) Komunitas
Ancaman keamanan dalam komunitas dipengaruhi oleh terhadap perkembangan, gaya hidup, status mobilisasi, perubahan sensorik, dan kesadaran klien terhadap keamanan.
2) Lembaga pelayanan kesehatan
Jenis dasar resiko terhadap keamanan klien di dalam lingkungan pelayanan kesehatan adalah terjadi kecelakaan yang disebabkan klien, kecelakaan yang disebabkan prosedur, dan kecelakaan yang menyebabkan penggunaan alat.
b. Kenyaman
Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang bersifat subyektif dan hanya yang menerimanya yang dapat menjelaskannya.
Tanda-tanda yang menunjukan seseorang mengalami sensasi nyeri:
1) Posisi yang memperlihatkan pasien
Pasien tampak takut bergerak, dan berusaha merusak posisi yang memberikan rasa nyaman
2) Ekspresi umum
• Tampak meringis, merintih
• Cemas, wajah pucat
• Ketakutan bila nyeri timbul mendadak
• Keluar keringat dingin
• Kedua rahang dikatupkan erat-erat dan kedua tangan tampak dalam posisi menggenggam
• Pasien tampak mengeliat karena kesakitan
3) Pasien dengan nyeri perlu diperhatikan saat pengkajian adalah
• Lokasi nyeri
• Waktu timbulnya nyeri
• Reaksi fisik/psikologis pasien terhadap nyeri
• Karakteristik nyeri
• Faktor pencetus timbulnya nyeri
• Cara-cara yang pernah dilakukan untuk mengatasi nyeri
2. DIAGNOSA KEBUTUHAN RASA NYAMAN DAN AMAN
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik atau trauma
b) Nyeri kronis berhubungan dengan kontrol nyeri yang tidak adekuat
c) Nausea berhubungan dengan terapi, biofisik dan situasional
d) Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
e) Resiko Infeksi berhubungan dengan faktor resiko prosedur infvasif, tidak cukup pengetahuan dalam menghindari paparan patogen.
f) Resiko Trauma berhubungan dengan faktor resiko eksternal yang berasal dari lingkungan sekitar dan internal yang berasal dari diri sendiri
g) Resiko Injury berhubungan dengan imobilisasi, penekanan sensorik patologi intracranial dan ketidaksadaran
PERENCANAAN KEPERAWATAN
No. Dx Nama Diagnosa Tujuan /NOC Intervensi / NIC
1 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik atau trauma Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .......x24 jam, diharapakan nyeri berkurang dengan kriteria:
Kontrol Nyeri (1605)
- Mengenal faktor penyebab (160501)
- Mengenal reaksi serangan nyeri (160502)
- Mengenali gejala nyeri (1605009)
- Melaporkan nyeri terkontrol (1605011)
Tingkat Nyeri (2021)
- Frekuensi nyeri (210203)
- Ekspresi akibat nyeri (210206)
Keterangan Penilaian NOC
1. tidak dilakukan samasekali
2. jarang dilakukan
3. kadang dilakukan
4. sering dilakukan
5. selalu dilakukan Pain Management (140)
- Kaji tingkat nyeri,meliputi : lokasi,karakteristik,dan onset,durasi,frekuensi,kualitas, intensitas/beratnya nyeri, faktor-faktor presipitasi
- Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan
- Berikan informasi tentang nyeri
- Ajarkan teknik relaksasi
- Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
- Turunkan dan hilangkan faktor yang dapat meningkatkan nyeri
- Lakukan teknik variasi untuk mengurangi nyeri
Analgetik Administration (2210)
- Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik
- Berikan analgetik yang tepat sesuai dengan resep
- Catat reaksi analgetik dan efek buruk yang ditimbulkan
- Cek instruksi dokter tentang jenis obat,dosis,dan frekuensi
2 Nyeri kronis berhubungan dengan kontrol nyeri yang tidak adekuat Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .......x24 jam, diharapakan nyeri berkurang dengan kriteria:
Kontrol Nyeri (1605)
- Mengenal faktor penyebab (160501)
- Mengenal reaksi serangan nyeri (160502)
- Mengenali gejala nyeri (1605009)
- Melaporkan nyeri terkontrol (1605011)
Tingkat Nyeri (2021)
- Frekuensi nyeri (210203)
- Ekspresi akibat nyeri (210206)
Keterangan Penilaian NOC
1. tidak dilakukan samasekali
2. jarang dilakukan
3. kadang dilakukan
4. sering dilakukan
5. selalu dilakukan Pain Management (140)
- Kaji tingkat nyeri,meliputi : lokasi,karakteristik,dan onset,durasi,frekuensi,kualitas, intensitas/beratnya nyeri, faktor-faktor presipitasi
- Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan
- Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk menguragi nyeri (relaksasi, distraksi)
- Perhatikan tipe dan sumber nyeri
- Turunkan dan hilangkan faktor yang dapat meningkatkan nyeri
- Lakukan teknik variasi untuk mengurangi nyeri
- Tingkatkan istirahat atau tidur untuk memfasilitasi manajemen nyeri
Analgetik Administration (2210)
- Cek obat, dosis, frekuensi, pemberian analgesik
- Cek riwayat alergi obat
- Pilih analgetik atau kombinasi yang tepat apabila lebih satu analgetik yang diresepkan
- Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik
3 Nausea berhubungan dengan terapi, biofisik dan situasional Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .....x24 jam diharapkan tidak mual dengan kriteria :
Status Nutrisi (1004)
- Tenaga (100403)
- Stamina(100401)
- Daya tahan tubuh
( 100404)
Keseimbangan Cairan (0601)
- Berat badan stabil (160109)
- Tidak ada kebingungan (160111)
- Tidak haus berlebihan (160112)
- Kelembabkan kulit
Membran mukosa lembab (160113)
Keterangan Penilaian NOC
1. tidak dilakukan samasekali
2. jarang dilakukan
3. kadang dilakukan
4. sering dilakukan
5. selalu dilakukan Nutrition Management (1100)
- Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Berikan kalori tentang kebutuhan nutisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Manajemen Cairan (4120)
- Pertahankan intake dan output cairan yang akurat
- Monitor status hidrasi
- Monitor hasil laboratorium berhubungan dengan retensi cairan
- Monitor vital sign
- Monitor intake dan output
- Monitor status hemodinamik
4 Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .....x24 jam diharapakan kecemasan menurun atau pasien dapat tenang dengan kriteria :
Control Cemas (1402)
-Menyingkirkan tanda kecemasaan (140202)
-Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas (140203)
-Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas (140207)
-Melaporkan penurunan kebutuhan tidur adekuat (140214)
-Tidak ada manifestasi perilaku kecemasan (140216)
Koping (1302)
-Memanajemen masalah (130205)
-Mengekspresikan persaan dan kebebasan emosinal (130206)
-Memelihara kestabilan financial (130214)
-Menggunakan suport sosial (130218)
Keterangan Penilaian NOC
1. tidak dilakukan samasekali
2. jarang dilakukan
3. kadang dilakukan
4. sering dilakukan
5. selalu dilakukan Penurunan Kecemasan (5820)
- Tenangkan klien
- Berusaha memahami keadaan klien
- Berikan informasi tentang diagnosa,prognosis dan tindakan
- Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan
- Gunakan pendekatan dengan sentuhan (permisi) verbalisasi
- Temani klien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa takut
- Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi
- Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat
Peningkatan Koping (5230)
- Hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit
- Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan
- Sediakan informasi actual tentang diagnosa,penanganan dan prognosis
- Dukung keterlibatan keluarga dengan cara yang tepat
- Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi positif untuk mengatasi keterbatasan dan mengelola gaya hidup atau perubahan peran
5. Resiko Infeksi berhubungan dengan faktor resiko prosedur infvasif, tidak cukup pengetahuan dalam menghindari paparan patogen. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .....x24 jam diharapkan tidak ada infeksi dengan kriteria :
Risk Control (1902)
- mengetahui resiko (190201)
- memonitor faktor resiko lingkungan (190202)
- memonitor faktor resiko dari tingkah laku (190203)
- mengembagkan strategi kontrol resiko secara efektif (190204)
- memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi resiko (190208)
Keterangan Penilaian NOC
1. tidak dilakukan samasekali
2. jarang dilakukan
3. kadang dilakukan
4. sering dilakukan
5. selalu dilakukan Kontrol Infeksi (6540)
- observasi dan laporkan tanda dan gejala infeksi seperti kemerahan, panas, nyeri, tumor, dan fungsiolesa
- kaji temperatur klien tiap 4 jam
- gunakan strategi untuk mencegah infeksi nosokomial
- cuci tangan sebelun dan setelah tindakan keperawatan.
- Gunakan standar precaution dan gunakan sarung tangan selama kontak dengan darah, membran mukosa yang tidak utuh.
- Kaji kelembaban, tekstur dan turgor kulit dengan hati-hati.
- Pastikan teknik perawatan luka secara tepat
- Dorong pasien untuk istirahat
6. Resiko Trauma berhubungan dengan faktor resiko eksternal yang berasal dari lingkungan sekitar dan internal yang berasal dari diri sendiri Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .....x24 jam diharapkan tidak ada trauma, dengan kriteria:
- knowledge : personal safety (1809)
- safety behavior :faal prevention (1909)
- safety status : physical injury (1913)
Keterangan Penilaian NOC
1. tidak dilakukan samasekali
2. jarang dilakukan
3. kadang dilakukan
4. sering dilakukan
5. selalu dilakukan Enviromental Manajement Safety (6286)
- sediakan lingkungan yang aman bagi klien
- identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fngsi kognisi pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
- menghindarkan lingkungan yang berbahaya
- memasang side rail tempat tidur
- menyediakan tempat tidur yang aman dan bersih
- membatasi pengunjung
- memberikan penerangan yang cukup
- menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
- mengontrol lingkungan dari kebisingan
- berikan penjelasan pada pasien dan keluarga pasien atau pengunjung tentang adanya perubahan status kesehatan dan penyememasang side rail tempat tidur
- menyediakan tempat tidur yang aman dan bersih
- membatasi pengunjung
- memberikan penerangan yang cukup
- menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
- mengontrol lingkungan dari kebisingan
- berikan penjelasan pada pasien dan keluarga pasien atau pengunjung tentang adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit
7. Resiko Injury berhubungan dengan imobilisasi, penekanan sensorik patologi intracranial dan ketidaksadaran Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .....x24 jam diharapkan tidak ada cedera dengan kriteria:
Risk Control (1902)
- klien terbebas dari cedera (190201)
- klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah cedera (190206)
- klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan/prilaku personal (190208)
- mampu memodifikasi untuk mencegah injury (190211)
- mampu mengenali perubahan status kesehatan (190218)
Keterangan Penilaian NOC
1. tidak dilakukan samasekali
2. jarang dilakukan
3. kadang dilakukan
4. sering dilakukan
5. selalu dilakukan Enviromental Manajement (Manajemen Lingkungan) (6286)
- sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
- identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fngsi kognisi pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
- menghindarkan lingkungan yang berbahaya
- memasang side rail tempat tidur
- menyediakan tempat tidur yang aman dan bersih
- membatasi pengunjung
- memberikan penerangan yang cukup
- menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
- mengontrol lingkungan dari kebisingan
- berikan penjelasan pada pasien dan keluarga pasien atau pengunjung tentang adanya perubahan status kesehatan dan penyememasang side rail tempat tidur
- menyediakan tempat tidur yang aman dan bersih
- membatasi pengunjung
- memberikan penerangan yang cukup
- menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
- mengontrol lingkungan dari kebisingan
- berikan penjelasan pada pasien dan keluarga pasien atau pengunjung tentang adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit
Referensi
Ali mulhidayat, Aziz. 1997. Kebutuhan Dasar Manusia. EGC: Jakarta
Brunner&Suddarth, Suzanne C. Smeltzer, Brenola G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Docterman dan Bullechek. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 4, United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.
Ganong. 2003. Fisiologi Kedokteran. EGC: Jakarta
Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.
Nanda International (2009). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2009-2011. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta
Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. EGC: Jakarta
Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Volume I dan II. EGC: Jakarta
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN MOBILISASI
A. Pengertian
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi (Mubarak, 2008).
Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam.
Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak, 2008).
B. Penyebab
Faktor-faktor yang mempngaruhi mobilisasi
1. Gaya hidup
Mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai-nilai yang dianut, serta lingkungan tempat ia tinggal (masyarakat).
2. Ketidakmampuan
Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Secara umum ketidakmampuan dibagi menjadi dua yaitu :
a. Ketidakmampuan primer yaitu disebabkan oleh penyakit atau trauma (misalnya : paralisis akibat gangguan atau cedera pada medula spinalis).
b. Ketidakmampuan sekunder yaitu terjadi akibat dampak dari ketidakmampuan primer (misalnya : kelemahan otot dan tirah baring). Penyakit-penyakit tertentu dan kondisi cedera akan berpengaruh terhadap mobilitas.
3. Tingkat energi
Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi. Dalam hal ini cadangan energi yang dimiliki masing-masing individu bervariasi.
4. Usia
Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan mobilisasi. Pada individu lansia, kemampuan untuk melakukan aktifitas dan mobilisasi menurun sejalan dengan penuaan (Mubarak, 2008)
C. Klasifikasi
Menurut Mubarak (2008) secara umum ada beberapa macam keadaan imobilitas antara lain :
1. Imobilitas fisik : kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.
2. Imobilitas intelektual : kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya pada kasus kerusakan otak
3. Imobilitas emosional : kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan atau kehilangan seseorang yang dicintai
4. Imobilitas sosial : kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial yang sering terjadi akibat penyakit.(Mubarak, 2008).
Rentang Gerak dalam mobilisasi
Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :
a. Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
b. Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.
c. Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang diperlukan (Carpenito, 2000).
D. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang.
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung.
Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.
Sendi adalah hubungan di antara tulang, diklasifikasikan menjadi:
- Sendi sinostotik mengikat tulang dengan tulang mendukung kekuatan dan stabilitas. Tidak ada pergerakan pada tipe sendi ini. Contoh: sakrum, pada sendi vertebra.
- Sendi kartilaginous/sinkondrodial, memiliki sedikit pergerakan, tetapi elastis dan menggunakan kartilago untuk menyatukan permukaannya. Sendi kartilago terdapat pada tulang yang mengalami penekanan yang konstan, seperti sendi, kostosternal antara sternum dan iga.
- Sendi fribrosa/sindesmodial, adalah sendi di mana kedua permukaan tulang disatukan dengan ligamen atau membran. Serat atau ligamennya fleksibel dan dapat diregangkan, dapat bergerak dengan jumlah yang terbatas. Contoh: sepasang tulang pada kaki bawah (tibia dan fibula) .
- Sendi sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang dapat digerakkan secara bebas dimana permukaan tulang yang berdekatan dilapisi oleh kartilago artikular dan dihubungkan oleh ligamen oleh membran sinovial. Contoh: sendi putar seperti sendi pangkal paha (hip) dan sendi engsel seperti sendi interfalang pada jari.
- Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat, fleksibel mengikat sendi menjadi satu sama lain dan menghubungkan tulang dan kartilago. Ligamen itu elastis dan membantu fleksibilitas sendi dan memiliki fungsi protektif. Misalnya, ligamen antara vertebra, ligamen non elastis, dan ligamentum flavum mencegah kerusakan spinal kord (tulang belakang) saat punggung bergerak.
- Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang menghubungkan otot dengan tulang. Tendon itu kuat, fleksibel, dan tidak elastis, serta mempunyai panjang dan ketebalan yang bervariasi, misalnya tendon akhiles/kalkaneus.
- Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung yang tidak mempunyai vaskuler, terutama berada disendi dan toraks, trakhea, laring, hidung, dan telinga. Bayi mempunyai sejumlah besar kartilago temporer. Kartilago permanen tidak mengalami osifikasi kecuali pada usia lanjut dan penyakit, seperti osteoarthritis.
- Sistem saraf mengatur pergerakan dan postur tubuh. Area motorik volunteer utama, berada di konteks serebral, yaitu di girus prasentral atau jalur motorik.
- Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai melalui stimulasi dari bagian tubuh tertentu dan aktifitas otot. Proprioseptor memonitor aktifitas otot dan posisi tubuh secara berkesinambungan. Misalnya proprioseptor pada telapak kaki berkontribusi untuk memberi postur yang benar ketika berdiri atau berjalan. Saat berdiri, ada penekanan pada telapak kaki secara terus menerus. Proprioseptor memonitor tekanan, melanjutkan informasi ini sampai memutuskan untuk mengubah posisi.
E. Pathway
Perdarahan
Oklusi
Penurunan perfusi jaringan
Hipoksia
Iskemia
Metabolisme anaerob aktivitas elektrolit terganggu
Penurunan asam laktat pompa Na dan K gagal
Asidosis lokal, H meningkat, PCO meningkat, PCO2 menurun
edema serebral TIK meningkat
Gangguan perfusi jaringan
perfusi otak menurun herniasi otak
nekrosis jaringan otak kematian
defisit neurologis
lobus frontalis lobus temporalis lobus parietalis lobus oksipitalis
Intoleransi aktivitas
Defisit perawatan diri
Gangguan mobilisasi
F. Pengkajian Keperawatan
1. Aspek biologis
a. Usia. Faktor usia berpengaruh terhadap kemampuan melakukan aktifitas, terkait dengan kekuatan muskuloskeletal. Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah postur tubuh yang sesuai dengan tahap pekembangan individu.
b. Riwayat keperawatan. Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah riwayat adanya gangguan pada sistem muskuloskeletal, ketergantungan terhadap orang lain dalam melakukan aktivitas, jenis latihan atau olahraga yang sering dilakukan klien dan lain-lain.
c. Pemeriksaan fisik, meliputi rentang gerak, kekuatan otot, sikap tubuh, dan dampak imobilisasi terhadap sistem tubuh.
2. Aspek psikologis
Aspek psikologis yang perlu dikaji di antaranya adalah bagaimana respons psikologis klien terhadap masalah gangguan aktivitas yang dialaminya, mekanisme koping yang digunakan klien dalam menghadapi gangguan aktivitas dan lain-lain.
3. Aspek sosial kultural
Pengkajian pada aspek sosial kultural ini dilakukan untuk mengidentifikasi dampak yang terjadi akibat gangguan aktifitas yang dialami klien terhadap kehidupan sosialnya, misalnya bagaimana pengaruhnya terhadap pekerjaan, peran diri baik dirumah, kantor maupun sosial dan lain-lain
4. Aspek spiritual
Hal yang perlu dikaji pada aspek ini adalah bagaimana keyakinan dan nilai yang dianut klien dengan kondisi kesehatan yang dialaminya sekarang, seperti apakah klien menunjukan keputusasaannya? Bagaimana pelaksanaan ibadah klien dengan keterbatasan kemampuan fisiknya? Dan lain-lain (Asmadi, 2008).
G. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas
2. Gangguan mobilitas fisik
3. Defisit perawatan diri (Tarwoto & Wartonah, 2003)
H. Intervensi Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum
No Diagnosa Keperawatan
(NANDA) Tujuan Keperawatan
( NOC ) Rencana Tindakan
(NIC )
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama …. x 24 jam :
- Klien mampu mengidentifikasi aktifitas dan situasi yang menimbulkan kecemasan yang berkonstribusi pada intoleransi aktifitas.
- Klien mampu berpartisipasi dalam aktifitas fisik tanpa disertai peningkatan TD, N, RR dan perubahan ECG
- Klien mengungkapkan secara verbal, pemahaman tentang kebutuhan oksigen, pengobatan dan atau alat yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktifitas.
- Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri tanpa bantuan atau dengan bantuan minimal tanpa menunjukkan kelelahan Managemen Energi
- Tentukan penyebab keletihan: :nyeri, aktifitas, perawatan , pengobatan
- Kaji respon emosi, sosial dan spiritual terhadap aktifitas.
- Evaluasi motivasi dan keinginan klien untuk meningkatkan aktifitas.
- Monitor respon kardiorespirasi terhadap aktifitas : takikardi, disritmia, dispnea, diaforesis, pucat.
- Monitor asupan nutrisi untuk memastikan ke adekuatan sumber energi.
- Monitor respon terhadap pemberian oksigen : nadi, irama jantung, frekuensi Respirasi terhadap aktifitas perawatan diri.
- Letakkan benda-benda yang sering digunakan pada tempat yang mudah dijangkau
- Kelola energi pada klien dengan pemenuhan kebutuhan makanan, cairan, kenyamanan / digendong untuk mencegah tangisan yang menurunkan energi.
- Kaji pola istirahat klien dan adanya faktor yang menyebabkan kelelahan.
Terapi Aktivitas
- Bantu klien melakukan ambulasi yang dapat ditoleransi.
- Rencanakan jadwal antara aktifitas dan istirahat.
- Bantu dengan aktifitas fisik teratur : misal: ambulasi, berubah posisi, perawatan personal, sesuai kebutuhan.
- Minimalkan anxietas dan stress, dan berikan istirahat yang adekuat
- Kolaborasi dengan medis untuk pemberian terapi, sesuai indikasi
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan : Kerusakan sensori persepsi.
No Diagnosa Keperawatan
(NANDA) Tujuan Keperawatan
( NOC ) Rencana Tindakan
(NIC )
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan : Kerusakan sensori persepsi. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x 24 jam klien menunjukkan:
- Mampu mandiri total
- Membutuhkan alat bantu
- Membutuhkan bantuan orang lain
- Membutuhkan bantuan orang lain dan alat
- Tergantung total
Dalam hal :
- Penampilan posisi tubuh yang benar
- Pergerakan sendi dan otot
- Melakukan perpindahan/ ambulasi : miring kanan-kiri, berjalan, kursi roda Latihan Kekuatan
- Ajarkan dan berikan dorongan pada klien untuk melakukan program latihan secara rutin
Latihan untuk ambulasi
- Ajarkan teknik Ambulasi & perpindahan yang aman kepada klien dan keluarga.
- Sediakan alat bantu untuk klien seperti kruk, kursi roda, dan walker
- Beri penguatan positif untuk berlatih mandiri dalam batasan yang aman.
Latihan mobilisasi dengan kursi roda
- Ajarkan pada klien & keluarga tentang cara pemakaian kursi roda & cara berpindah dari kursi roda ke tempat tidur atau sebaliknya.
- Dorong klien melakukan latihan untuk memperkuat anggota tubuh
- Ajarkan pada klien/ keluarga tentang cara penggunaan kursi roda
Latihan Keseimbangan
- Ajarkan pada klien & keluarga untuk dapat mengatur posisi secara mandiri dan menjaga keseimbangan selama latihan ataupun dalam aktivitas sehari hari.
Perbaikan Posisi Tubuh yang Benar
- Ajarkan pada klien/ keluarga untuk mem perhatikan postur tubuh yg benar untuk menghindari kelelahan, keram & cedera.
- Kolaborasi ke ahli terapi fisik untuk program latihan.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan :Kerusakan neurovaskuler
No Diagnosa Keperawatan
(NANDA) Tujuan Keperawatan
( NOC ) Rencana Tindakan
(NIC )
Defisit perawatan diri berhubungan dengan :Kerusakan neurovaskuler Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama... x24 jm
Klien mampu :
- Melakukan ADL mandiri : mandi, hygiene mulut ,kuku, penis/vulva, rambut, berpakaian, toileting, makan-minum, ambulasi
- Mandi sendiri atau dengan bantuan tanpa kecemasan
- Terbebas dari bau badan dan mempertahankan kulit utuh
- Mempertahankan kebersihan area perineal dan anus
- Berpakaian dan melepaskan pakaian sendiri
- Melakukan keramas, bersisir, bercukur, membersihkan kuku, berdandan
- Makan dan minum sendiri, meminta bantuan bila perlu
- Mengosongkan kandung kemih dan bowel Bantuan Perawatan Diri: Mandi, higiene mulut, penil/vulva, rambut, kulit
- Kaji kebersihan kulit, kuku, rambut, gigi, mulut, perineal, anus
- Bantu klien untuk mandi, tawarkan pemakaian lotion, perawatan kuku, rambut, gigi dan mulut, perineal dan anus, sesuai kondisi
- Anjurkan klien dan keluarga untuk melakukan oral hygiene sesudah makan dan bila perlu
- Kolaborasi dgn Tim Medis / dokter gigi bila ada lesi, iritasi, kekeringan mukosa mulut, dan gangguan integritas kulit.
Bantuan perawatan diri : berpakaian
- Kaji dan dukung kemampuan klien untuk berpakaian sendiri
- Ganti pakaian klien setelah personal hygiene, dan pakaikan pada ektremitas yang sakit/ terbatas terlebih dahulu, Gunakan pakaian yang longgar
- Berikan terapi untuk mengurangi nyeri sebelum melakukan aktivitas berpakaian sesuai indikasi
Bantuan perawatan diri : Makan-minum
- Kaji kemampuan klien untuk makan : mengunyah dan menelan makanan
- Fasilitasi alat bantu yg mudah digunakan klien
- Dampingi dan dorong keluarga untuk membantu klien saat makan
Bantuan Perawatan Diri: Toileting
- Kaji kemampuan toileting: defisit sensorik (inkontinensia),kognitif(menahan untuk toileting), fisik (kelemahan fungsi/ aktivitas)
- Ciptakan lingkungan yang aman(tersedia pegangan dinding/ bel), nyaman dan jaga privasi selama toileting
- Sediakan alat bantu (pispot, urinal) di tempat yang mudah dijangkau
- Ajarkan pada klien dan keluarga untuk melakukan toileting secara teratur
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba Medika.
Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku saku diagnosa keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC.
Diposkan oleh AGUNG SANTOSO S,Kep, Ns di 22:03
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Link ke posting ini
Buat sebuah Link
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
masagung
Hari ini tidak boleh ada yang mati
KATA - KATA BIJAK MASAGUNG
“Kritikan bukanlah hal untuk merendahkan ia adalah guru-guru hati yang akan dapat meninggikan apa yang telah merendahkannya"
"Ada hal yang tidak mudah untuk dilakukan yaitu menerima ketidaksenangan dan melepaskan kesenangan"
"Dunia sering mengajarkan banyak hal, namun hanya kita yang belum dapat megartikan sepenuhnya"
"Banyak keberhasilan tidak didapatkan dengan berbisnis, namun dari lebih banyaknya ia memberi"
Pengikut
Profil
Buat Lencana Anda
Total Tayangan Laman
51090
Cari Blog Ini
masagung
AGUNG SANTOSO S,Kep, Ns
Lihat profil lengkapku
Avril Girl
Daily Calendar
Amazon MP3 Clips
Entri Populer
• LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN MOBILISASI
A. Pengertian Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebut...
• LAPORAN PENDAHULUAN OKSIGENASI
A. Pengertian Oksigenasi adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidu...
• ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN STRUMA
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Struma koloid , difus, nontoksik dan nodular koloid merupakan gangguan yang sangat sering di...
• LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN KENYAMANAN DAN NYERI
I. KONSEP KEBUTUHAN A. PENGERTIAN Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari keru...
• PEMERIKSAAN ANTE NATAL CARE
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1990 WHO meluncurkan strategi MPS (Making Pregnancy Safer) di dukung oleh badan-...
• LAPORAN PENDAHULUAN PENURUNAN KESADARAN
A. PENGERTIAN Kesadaran adalah pengetahuan penuh atas diri, lokasi dan waktu. ...
• LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUS FISIOLOGIS
A. Pengertian Post Partum Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan kembali sampai alat-alat kandungan kemba...
• LAPORAN PENDAHULUAN TYPUS ABDOMINALIS
A. Konsep Dasar 1. Definisi Thypus Abdominalis adalah suatu penyakit infeksi pada usus halus dengan gejala demam satu minggu...
• ASUHAN KEPERAWATAN STRUMA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Struma koloid , difus, nontoksik dan nodular koloid merupakan gangguan yang sangat sering...
• RADANG DAN INFEKSI
Radang merupakan mekanisme pertahanan tubuh disebabkan adanya respons jaringan terhadap pengaruh-pengaruh merusak baik bersifat lokal maup...
Arsip Blog
• Mei (6)
• Februari (2)
• Desember (2)
• Januari (1)
• Februari (14)
• Maret (6)
• Mei (1)
• Juni (2)
• September (2)
• November (2)
• Januari (1)
• April (1)
AKHIR SEBUAH KALIMAT
KAMI MOHON MAAF BILA ADA KESAMAAN DALAM PENULISAN BUKAN KAMI BERMAKSUD UNTUK YANG LAIN TETAPI ITU SEMUA ADALAH BAHAN REFERENSI KAMI, DEMIKIAN JUGA SILAHKAN ANDA GUNAKAN TULISAN INI SEBAGAI REFERENSI ANDA DENGAN MENCANTUMKAN BLOG INI SEBAGAI SUMBER REFERENSI ......... TERIMA KASIH Tampilan slide
Saya sadar, sebesar apapun pengorbanan yang saya lakukan tak akan bisa mengubah takdir Tuhan. Karena Takdir manusia telah ditulis di langit jauh saat manusia dilahirkan.
kasatyaning prajurit tan keno mundur sajengkal tak belani kanti tohing pati...........
No comments:
Post a Comment