ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN: ASMA BRONKHIAL
DI RUANG PALM RSUD Dr. SOESELO SLAWI
Laporan ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas individu Praktek Belajar Klinik Keperawatan Medical Bedah II ( PBK KMB III )
Dosen Pengampu:
Arisnawati, S.Kep
Ahmad Zakiudin, S.KM
AKADEMI KEPERAWATAN AL – HIKMAH 02 BREBES
BENDA – SIRAMPOG – BREBES
2011
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Asma adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spasme otot polos bronktirolus. Hal ini menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan ventilasi arveuolus.
Asma brochial adalah suatu penyakit dengan cirri meningkatnya respon bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manivestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah – ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan.
B. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronchial :
1. Faktor predisposisi
- Genetic
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunan yang jelas, penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat, juga menderita penyakit alergi, karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronchial jika terpapar dengan faktor pencetus, selain itu hipersensitivitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
- Allergen
Dimana allergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Inhalan yang masuk melalui saluran pernafasan, ex : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b. Ingestan yang masuk melalui mulut, ex : makanan dan obat – obatan
c. Kontakan yang masuk melalui kontak dengan kulit, ex : perhiasan, logam dan jam tangan
3. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma, kadang – kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: Musim hujan, musim kemarau, hal ini berhubungan dengan arah angin dan debu.
4. Stress
5. Lingkungan kerja
6. Olahraga, aktifitas jasmani yang berat
Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
C. Klasifikasi
1. Ekstrinsik ( allergic )
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor – faktor pencetus yang spesifik seperti debu, bulu binatang, obat – obatan ( antibiotic, aspirin dan spura jamur).
Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetic terhadap alergi, maka akan terjadi serangan asma.
2. Intrinsic ( non allergic )
Ditandai dengan adanya reaksi non alergik yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi.
Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi brankitis kronik dan enfisema, beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum, asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non alergik.
D. Pathofisiologi
Obstruksi saluran nafas pada asma merupakan kombinasi spasme otot bronkus, sumbat muku, edema dan inflamasi dinding bronkus bertambah berat selama ekspirasi karena saluran nafas menyempit pada fase tersebut.
Hal ini mengakibatkan udara disertai tempat terjadinya obstruksi terjebak tidak bisa diekspirasi, selanjutnya terjadi peningkatan volume residu, kapasitas residu fungsional ( KRF ) dan pasien akan bernafas pada volume yang mendekati pada kapasitas paru total ( KPT ) keadaan hiperinflasi ini bertujuan agar saluran nafas tetap terbuka dan pertukaran gas berjalan lancar, untuk mempertahankan hiperinflasi ini diperlukan otot – otot bantu nafas.
Gangguan yang berupa obstruksi saluran nafas dapat dinilai secara objektif denganYep1 ( volume ekspirasi paksa detik pertama ) atau APE ( arus puncak ekspirasi ), sedangkan penurunan KVP ( kapasitas vital paksa ) menggambarkan derajat hiperinflasi paru.
Penyempitan saluran nafas dapat terjadi baik pada saluran nafas yang besar, sedang maupun kecil gejala mengi menandakan adanya penyempitan disaluran nafas besar sedangkan pada saluran nafas kecil gejala batuk dan sesak lebih dominan dibandingkan mengi.
Hipoksia yang berlangsung lama menyebabkan andosis metabolic dan kontriksi pembuluh darah paru yang kemudian menyebabkan skuntina yaitu peredaran darah tanpa melalui unti pertukaran gas yang baik, yang akibatnya memperburuk hiperkapia dengan demikian penyempitan saluran nafas pada asma akan menimbulkan hal – hal sebagai berikut :
a. Gangguan ventilasi berupa hipoventilasi
b. Ketidakseimbangan ventilasi perfusi dimana distribusi ventilasi tidak setara dengan sirkulasi darah paru.
c. Gangguan difusi gas ditingkat arveoli
E. Parthway
Faktor pencetus (infesi virus, debu, asap rokok, dll)
Hiperaktivitas Brontus
Spasme otot brontus Peningkatan produksi Inflamasi dinding
mukus brontus
Mengi Ketidak efektifan
jalan nafas
Ketidak efektifan Gangguan pola tidur Nafsu makan
pola nafas menurun
Kurang pengetahuan Jalan nafas sempit Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
Resiko tinggi ketidak Menurunnya aliran O2
efektifan pola nafas ke paru
panjang
Penurunan difusi paru Edema
Kerusakan pertukaran gas
F. Manifestasi Klinik
1. Dispneu berat
2. Retraksi dada
3. Nafas cuping hidung
4. Peningkatan jalan usaha bernafas
5. Wheezing
6. Pernafasan yang dangkal dan cepat
7. Selama serangan asma, udara terperangkap karena spasme dan mucus memperlambat ekspirasi. Hal ini menyebabkan waktu menghembuskan udara menjadi lebih lama.
G. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang muncul adalah :
1. Status asmatikus, adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi berat dan tidak memberikan respon ( refrakter ) adrenalin dan aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus, penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif.
2. Atelektosis adalah pengeratan sebagian atau seluruh paru – paru akibat penyumbatan seluruh udara ( bronkus maupun bronkiolus ) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
3. Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen
4. Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan kolapsnya paru.
5. Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan ( obstruksi ) saluran nafas kalena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan sputum
2. Pemeriksaan darah
3. Pemeriksaan radiologi
4. Scanning paru
I. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas segera
2. Mengenal dan menghindari faktor – faktor yang dapat mencetuskan serangan asma.
3. Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakit asma. Meliputi pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengenal tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawat.
J. Pengobatan
Pengobatan pada asma bonkhial terbagi 2 yaitu :
1. Pengobatan non farmatologik
a. Memberikan penyuluhan
b. Menghindari faktor pencetus
c. Pemberian cairan
d. Fisioterapi
e. Beri O2 bila perlu
2. Pengobatan farmakologik
a. Bronkodilator, obat yang meleburkan saluran nafas, terbagi dalam 3 golongan
- Simpatomimetik, adrenergic ( adrenalin dan efedrin ) tertutalin
( bricasma )
- Santin ( teofilin )
Nama obat : aminofilin ( amicam supp ) aminufilin ( euphilin retard ) teofilin ( amilex ) penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati – hati bisa minum obat ini.
b. Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma, kromalin biasanya diberikan bersama – sama obat anti asma yang lain dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.
c. Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti tromalin biasanya diberikan dosis 2 kali 1 mg/ hari, keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.
K. Pengkajian
Hal – hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut :
1. Riwayat kesehatan masa lalu
- Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya
- Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitivitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
- Kaji riwayat pekerjaan pasien.
2. Aktifitas
- Ketidakmampuan melakukan aktifitas karena sulit bernafas
- Adanya penurunan kemampuan/ peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktifitas sehari – hari.
- Tidur dalam posisi duduk tinggi.
3. Pernafasan
- Dirpnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau latihan.
- Nafas memburuk ketika pasien berbaring terlentang di tempat tidur.
- Menggunakan alat bantu pernafasan misalnya : meninggikan bahu, melebarkan hidung.
- Adanya bunyi nafas tinggi.
- Adanya batuk berulang.
4. Sirkulasi
- Adanya peningkatan tekanan
- Adanya peningkatan frekuensi jantung.
- Warna kulit atau membrane mukosa normal/ abu – abu/ sianosis
- Kemerahan atau berkeringat.
5. Integritas Ego
- Ansietas - Ketakutan
- Peka rangsangan - Gelisah
6. Asupan nutrisi
- Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan
- Penurunan berat badan karena anoreksia.
7. Hubungan sosial
- Keterbatasan mobilitas fisik
- Susah bicara atau bicara terbata – bata.
- Adanya ketergantungan kepada orang lain.
L. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan.
1. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkospasme
Kriteria hasil : Mempertahankan jalan nafas pasien dengan bunyi bersih
dan jelas.
Intervensi Rasional
Mandiri
- Auskutasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas misalnya mengi
- Kaji/ pantau frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi atau ekspirasi
- Catat adanya derajat dispnea, ansietas distress pernafasan, penggunaan obat
- Tempatkan posisi yang nyaman pada pasien, contoh: Meninggikan kepala tempa tidur, duduk pada sandaran tempat tidur
- Pertahankan polusi lingkungan minimum. Contoh: debu, asap dll.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai dengan indikasi bronkodilator.
- Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/ tidak dimanivestasikan adanya nafas advertisius
- Takipnoa biasanya ada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan/ selama stress/ adanya proses infeksi akut.
- Disfungsi pernafasan adalah variable yang tergantung pada tahap proses akut yang menimbulkan perawatan dirumah sakit.
- Peninggian kepala tempat tidur, memudahkan fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi
- Pencetus tipe alergi pernafasan dapat mentrigor episode akut.
- Merelaksasikan otot halus dan menurunkan sposme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Intervensi Rasional
Mandiri :
- Kaji kebiasaan diet, masukkan makanan saat ini, catat derajat kerusakan makanan.
- Sering lakukan perawatan oral, tuang secret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai
- Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi.
- Pasien distress pernafasan akut kering anoreksia karena dispnea.
- Rasa tidak enak, bau menurunkan nafsu makan dan dapat menyebabkan mual, muntah dengan peningkatan kesulitan nafas.
- Menurunkan dispnea dan meninggikan energy untuk makan, meningkatkan masukan
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
( spasme bronkus )
Kriteria hasil : Perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat
Intervensi Rasional
Mandiri :
- Kaji atau awasi secara rutin kulit dan memoran mukosa.
- Palpasi fremitur
- Awasi tanda – tanda vital dan irama jantung.
Kolaborasi :
- Berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil AGDA dan toleransi pasien.
- Sianosis mungkin parifer atau sentral keabu – abuan dan sianosis sentral mengidentifikasi beratnya hipoksemia
- Penurunan getaran vibrasi diduga adanya pengumpulan cairan/ udara.
- Taki kardia, disritmia dan perubahan TD dapat menunjukkan efek hipoksemio sistemik pada fungsi jantung.
- Dapat memperbaiki atau mencegah memburuknya hipoksia
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, salah
mengerti
Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman kondisi/ proses penyakit dan
tindakan.
Intervensi Rasional
Mandiri :
- Jelaskan tentang penyakit individu
- Diskusikan obat pernafasan, efek samping dan reaksi yang tidak diinginkan.
- Tunjukan teknik penggunaan
in haler
- Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.
- Penting bagi pasien memahami perbedaan antara efek samping menggannggu dan merugikan.
- Pemberian obat yang tepat meningkatkan keefektifan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN : ASMA BRONKHIAL
DI RUANG PALM RSUD DR. SOESELO SLAWI
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 23 – 10 – 2011 Dx Medis : Asma Bronkhial
Tanggal Pengkajian : 25 – 10 – 2011
Ruang : Palm
A. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama : Tn.S
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 55 Tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku/ bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SD
Alamat : Tambunan
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.L
Umur : 35 Tahun
Alamat : Tambunan
Pekerjaan : Wiraswasta
Hub dengan klien : Anak
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Klien mengatakan dadanya terasa sesak.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Klien datang ke IGD RSUD Dr. Soeselo Slawi tanggal 22 oktober 2011 dengan keluhan sesak nafas ± 2 hari, sesak sering kambuh, untuk bernafas sulit, klien mengatakkan saat batuk sekretnya susah untuk dikeluarkan.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan sebelumnya pernah sakit dengan gejala serupa, sudah 3 tahun yang lalu dan sembuh setelah berobat ke dokter didaerahnya. Bila nafasnya sesak selalu minum obat dari dokter yang ada didaerahnya.
4. Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Hubungan menikah
: Hubungan anak
: Tinggal serumah
: Klien
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : lemah
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda – tanda vital
1. TD : 140/ 80 mm Hg
2. S : 36˚C
3. H : 80x/ m
4. RR : 28/ m
2. Pemeriksaan Head to Toe
a. Kepala
1) Wajah dan kepala
Kulit kepala bersih, rambut hitam sedikit beruban, wajah pucat, tidak ada nyeri tekan.
2) Mata
Mata kanan dan kiri simetris palpebrae tidak oedema, sclera on ikterik, konjungtiva on anemis, tidak ada nyeri tekan, fungsi penglihatan masih normal, mata kemerahan.
3) Hidung
Tidak ada polip, keadaan sputum bersih, tidak ada secret, tidak ada radang, tidak ada benjolan, fungsi penghidu baik.
4) Telinga
Canalis bersih, pendengaran baik, tidak memakai alat bantu pendengaran
5) Mulut
Gigi bersih, tidak ada karies gigi, tidak memakai gigi palsu, gusi tidak ada peradangan, lidah bersih.
b. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid maupun viena jugularis.
c. Thorax dan paru
Bentuk dada simetris, paru bergerak cepat, dan bunyi paru ronchi, iramaan regular, frekuensi 28x/ menit.
d. Jantung
Normal, tidak ada keluhan.
e. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan, peristartik 20x/ menit.
f. Ginjal
Normal, tidak ada keluhan.
g. Genitalia
Klien mengatakan tidak ada keluhan.
h. Muskuluskelotal
Ekstremitas atas simetris tidak ada odema, tangan kiri terpasang infuse RL 20 TDM. Ekstremitas bawah normal, tidak ada nyeri tekan.
i. Integument
Turgor kulit baik tidak ada nyeri tekan, warna sawo matang.
D. POLA KEGIATAN SEHARI - HARI
1. Management terhadap kesehatan dan persepsi terhadap kesehatan, klien mengatakan kesehatan itu penting dan jika ada keluarga yang sakit selalu membawanya ke pelayanan kesehatan.
2. Pola nutrisi dan metabolism
Sebelum sakit : klien makan 3x sehari dengan nasi, sayur, lauk da minum 5 – 6 gelas sehari, tanpa ada pantangan makanan.
Selama sakit : makan 3x sehari habis ½ porsi yang disediakan dengan sayur dan lauk, minum 5 – 6 gelas sehari, klien mengatakan mual.
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit : klien mengatakan BAB 1 – 2x/ hari dengan konsistensi lembek, BAK 3 – 4 kali sehari.
Selama sakit : klien mengatakan BAB 1 kali dengan konsistensi lembek, BAK 4 – 5 kali sehari dan dibantu keluarganya untuk ke toilet.
4. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : klien tidur malam 7 – 8 jam sehari dari jam 21.00 – 05.00 WIB. Dan tidur siang dari jam 13.00 – 14.00 WIB tanpa ada gangguan.
Selama sakit : tidur malam 4 – 5 jam dengan waktu yang tidak tentu, klien mengatakan sulit tidur karena kalau malam nafas terasa lebih sesak.
5. Pola aktifitas
Sebelum sakit : klien adalah ayah yang rajin bekerja, dan dalam melaukan aktivitasnya secara mandiri.
Selama sakit : klien merasa lemah dan terasa sesak dadanya untuk bernafas saat beraktivitas seperti berjalan klien dibantu keluarga atau orang lain.
6. Pola kognitif
Klien tidak mengalami gangguan fungsi panca indra dan tidak mengalami gangguan pola fikir serta orientasi.
7. Konsep diri
Klien adalah seorang ayah dengan 4 orang anak, bekerja sebagai petani dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
8. Peran hubungan
Klien dalam berhubungan dengan orang lain dan keluarganya baik selama sakit, klien diberi perhatian yang lebih oleh istri dan anaknya.
9. Produksi dan seksualitas
Klien adalah seorang laki – laki berusia 50 tahun, klien sudah mempunyai 4 orang anak.
10. Toleransi stress dan koping
Klien selalu memecahkan masalahnya dalam keluarga dengan bermusyawarah.
11. Nilai dan kepercayaan
Klien beragama islam yang taat beribadah dan selama dirawat klien hanya bisa berdo’a untuk kesembuhannya.
E. THERAPI MEDIK
Jenis therapi Resep Cara pemberian
Infuse RL
Therapy O2
Ranihdin
Diazepam
dexametason 20 tetes/ m
2 liter/ m
1 ampul
1 ampul
Iv
Oral
Iv
F. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal Jenis pemeriksaan Nilai normal Hasil
24/10/2011 Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Eosinofi
Netrofit
Limfosit
LED 1 jam
LED 2 jam
Colestera total
Belerudin indiret 3.6 – 11.00
3.80 – 5. 20
11.7 – 15.5
2.00 – 4.00
50 – 70
25 – 400
0 – 20
0 – 20
150 – 200
0, - 0,75 10
5
12, 49/ dl
0,20
87,00
18,30
0,7
2,1
211
0,84
G. ANALISA DATA
No Tanggal Data Etiologi Problem
I
24/10/2011
DS : - Klien mengatakan dada-
nya sesak saat bernafas.
- Klien mengatakan saat
batuk sekretnya susah
untuk dikeluarkan.
DO : - Paru-paru bergerak cepat
- Respirasi 28x/ menit. - Akumulasi secret pada bronkus
Bersihan jalan nafas tidak efektif.
II
24/10/2011
DS : - Klien mengatakan mual
DO : - Makan habis ½ porsi
- Klien tampak lemah
- HB 12.0 - Faktorbiologi(ketidakmampuan mencerna,
mengabsorbsi makanan). Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
III 24/10/2011
DS : - Klien mengatakan sulit
tidur
- Klien mengatakan kalau
malam lebih sesak.
DO : - Mata tampak kemerahan
- Wajah pucat - Sesak nafas Gangguan pola istirahat dan tidur
H. DAFTAR MASALAH
No Diagnose Keperawatan Tanggal timbul Tanggal teratasi Paraf
1.
2.
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret pada brontus.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologi (ketidakmampuan dalam mencerna,mengabsorbsi makanan)
Gangguan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan sesak nafas. 24/10/2011
24/10/2011
24/10/2011
27/10/2011
27/10/2011
27/10/2011
I. RENCANA KEPERAWATAN
Tgl/ jam Dx Tujuan dan K’ H Intervensi Paraf
25/10/2011
I
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, diharapkan sesak nafas klien tidak sesak lagi dengan K.H :
- Klien mengatakan tidak sesak lagi
- Klien mampu mengeluarkan secret. RR : 24x/ m 1. Kaji fungsi pernafasan
(frekuensi, bunyi, jumlah)
2. Ajarkan cara batuk efektif.
3. Kaji TTV
4. Atur posisi klien.
5. Koleborasi pemberian bronkodilator.
26/10/2011
II Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan nutrisi klien terpenuhi dengan criteria hasil :
- Klien menghabiskan porsi makanan
- Klien merasa tidak lemas lagi.
- Klien tidak mual lagi. 1. Kaji pola makan
2. Anjuran klien makan sedikit tapi sering.
3. Anjuran makan makanan yang hangat.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi.
27/10/2011 III Setelah dilakukan tindakan 3x 24 jam diharapkan klien mampu memenuhi pola istirahat dan tidur dengan criteria hasil :
- Istirahat klien terpenuhi
- Klien tampak segar. 1. Kaji pola istirahat dan tidur.
2. Berikan O2.
3. Kolaborasi pemberian obat tidur.
J. TINDAKAN KEPERAWATAN
Tanggal No.Dx Implementasi Respon Paraf
25/10/2011
I 1. Mengkaji fungsi pernafasan
( frekuensi, bunyi, jumlah )
2. Mengajarkan cara batuk efektif.
3. Mengkaji TTV
4. Mengatur posisi klien.
5. Berkolaborasi pemberian bronkodilator.
- Nafas klien teratur, RR : 20x/m
- Klien mau mengikuti instruksi dari perawat
- TD: 120/ 80 mmHg, S: 36˚C. N:80x/ m, RR: 28/m
- Posisi klien semi fowler
- Obat masuk tidak ada alergi
26/10/2011 II 1. Mengkaji pola makan
2. Menganjuran klien makan sedikit tapi sering.
3. Menganjuran makan makanan yang hangat.
4. Berkolaborasi dgn ahli gizi. - Klien mau menghabiskan ½ porsi
- Klien makan sedikit tapi sering klien ngemil roti
27/10/2011 III 1. Kaji pola istirahat dan tidur.
2. Berikan O2.
3. Kolaborasi pemberian obat tidur. - Klien tidur 6-8 jam dalam sehari
- Klien merasa nyaman
- Obat masuk klien tidak alergi
K. CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal/Jam DX Catatan perkembangan Paraf
27/10/ 2011
09.00 WIB I S : - Klien mengatakan sudah tidak sesak
O : - Paru – paru bergerak normal
- Respirasi 20x/ menit.
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
27/11/2011
10.00 WIB II S : - Klien mengatakan sudah tidak mual
O : - Klien mau menghabiskan ½ porsi
- Klien makan sedikit tapi sering
- Klien ngemil roti
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji pola makan
2. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
27/11/2011
11.00 WIB
III S : - Klien mengatakan sudah bisa tidur
- Klien mengatakan kalau malam tidak sesak lagi.
O : - Mata tidak kemerahan
- Wajah segar
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN: ASMA BRONKHIAL
DI RUANG PALM RSUD Dr. SOESELO SLAWI
Laporan ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas individu Praktek Belajar Klinik Keperawatan Medical Bedah II ( PBK KMB III )
Dosen Pengampu:
Arisnawati, S.Kep
Ahmad Zakiudin, S.KM
AKADEMI KEPERAWATAN AL – HIKMAH 02 BREBES
BENDA – SIRAMPOG – BREBES
2011
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Asma adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spasme otot polos bronktirolus. Hal ini menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan ventilasi arveuolus.
Asma brochial adalah suatu penyakit dengan cirri meningkatnya respon bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manivestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah – ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan.
B. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronchial :
1. Faktor predisposisi
- Genetic
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunan yang jelas, penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat, juga menderita penyakit alergi, karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronchial jika terpapar dengan faktor pencetus, selain itu hipersensitivitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
- Allergen
Dimana allergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Inhalan yang masuk melalui saluran pernafasan, ex : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b. Ingestan yang masuk melalui mulut, ex : makanan dan obat – obatan
c. Kontakan yang masuk melalui kontak dengan kulit, ex : perhiasan, logam dan jam tangan
3. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma, kadang – kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: Musim hujan, musim kemarau, hal ini berhubungan dengan arah angin dan debu.
4. Stress
5. Lingkungan kerja
6. Olahraga, aktifitas jasmani yang berat
Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
C. Klasifikasi
1. Ekstrinsik ( allergic )
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor – faktor pencetus yang spesifik seperti debu, bulu binatang, obat – obatan ( antibiotic, aspirin dan spura jamur).
Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetic terhadap alergi, maka akan terjadi serangan asma.
2. Intrinsic ( non allergic )
Ditandai dengan adanya reaksi non alergik yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi.
Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi brankitis kronik dan enfisema, beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum, asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non alergik.
D. Pathofisiologi
Obstruksi saluran nafas pada asma merupakan kombinasi spasme otot bronkus, sumbat muku, edema dan inflamasi dinding bronkus bertambah berat selama ekspirasi karena saluran nafas menyempit pada fase tersebut.
Hal ini mengakibatkan udara disertai tempat terjadinya obstruksi terjebak tidak bisa diekspirasi, selanjutnya terjadi peningkatan volume residu, kapasitas residu fungsional ( KRF ) dan pasien akan bernafas pada volume yang mendekati pada kapasitas paru total ( KPT ) keadaan hiperinflasi ini bertujuan agar saluran nafas tetap terbuka dan pertukaran gas berjalan lancar, untuk mempertahankan hiperinflasi ini diperlukan otot – otot bantu nafas.
Gangguan yang berupa obstruksi saluran nafas dapat dinilai secara objektif denganYep1 ( volume ekspirasi paksa detik pertama ) atau APE ( arus puncak ekspirasi ), sedangkan penurunan KVP ( kapasitas vital paksa ) menggambarkan derajat hiperinflasi paru.
Penyempitan saluran nafas dapat terjadi baik pada saluran nafas yang besar, sedang maupun kecil gejala mengi menandakan adanya penyempitan disaluran nafas besar sedangkan pada saluran nafas kecil gejala batuk dan sesak lebih dominan dibandingkan mengi.
Hipoksia yang berlangsung lama menyebabkan andosis metabolic dan kontriksi pembuluh darah paru yang kemudian menyebabkan skuntina yaitu peredaran darah tanpa melalui unti pertukaran gas yang baik, yang akibatnya memperburuk hiperkapia dengan demikian penyempitan saluran nafas pada asma akan menimbulkan hal – hal sebagai berikut :
a. Gangguan ventilasi berupa hipoventilasi
b. Ketidakseimbangan ventilasi perfusi dimana distribusi ventilasi tidak setara dengan sirkulasi darah paru.
c. Gangguan difusi gas ditingkat arveoli
E. Parthway
Faktor pencetus (infesi virus, debu, asap rokok, dll)
Hiperaktivitas Brontus
Spasme otot brontus Peningkatan produksi Inflamasi dinding
mukus brontus
Mengi Ketidak efektifan
jalan nafas
Ketidak efektifan Gangguan pola tidur Nafsu makan
pola nafas menurun
Kurang pengetahuan Jalan nafas sempit Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
Resiko tinggi ketidak Menurunnya aliran O2
efektifan pola nafas ke paru
panjang
Penurunan difusi paru Edema
Kerusakan pertukaran gas
F. Manifestasi Klinik
1. Dispneu berat
2. Retraksi dada
3. Nafas cuping hidung
4. Peningkatan jalan usaha bernafas
5. Wheezing
6. Pernafasan yang dangkal dan cepat
7. Selama serangan asma, udara terperangkap karena spasme dan mucus memperlambat ekspirasi. Hal ini menyebabkan waktu menghembuskan udara menjadi lebih lama.
G. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang muncul adalah :
1. Status asmatikus, adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi berat dan tidak memberikan respon ( refrakter ) adrenalin dan aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus, penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif.
2. Atelektosis adalah pengeratan sebagian atau seluruh paru – paru akibat penyumbatan seluruh udara ( bronkus maupun bronkiolus ) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
3. Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen
4. Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan kolapsnya paru.
5. Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan ( obstruksi ) saluran nafas kalena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan sputum
2. Pemeriksaan darah
3. Pemeriksaan radiologi
4. Scanning paru
I. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas segera
2. Mengenal dan menghindari faktor – faktor yang dapat mencetuskan serangan asma.
3. Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakit asma. Meliputi pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengenal tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawat.
J. Pengobatan
Pengobatan pada asma bonkhial terbagi 2 yaitu :
1. Pengobatan non farmatologik
a. Memberikan penyuluhan
b. Menghindari faktor pencetus
c. Pemberian cairan
d. Fisioterapi
e. Beri O2 bila perlu
2. Pengobatan farmakologik
a. Bronkodilator, obat yang meleburkan saluran nafas, terbagi dalam 3 golongan
- Simpatomimetik, adrenergic ( adrenalin dan efedrin ) tertutalin
( bricasma )
- Santin ( teofilin )
Nama obat : aminofilin ( amicam supp ) aminufilin ( euphilin retard ) teofilin ( amilex ) penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati – hati bisa minum obat ini.
b. Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma, kromalin biasanya diberikan bersama – sama obat anti asma yang lain dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.
c. Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti tromalin biasanya diberikan dosis 2 kali 1 mg/ hari, keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.
K. Pengkajian
Hal – hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut :
1. Riwayat kesehatan masa lalu
- Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya
- Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitivitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
- Kaji riwayat pekerjaan pasien.
2. Aktifitas
- Ketidakmampuan melakukan aktifitas karena sulit bernafas
- Adanya penurunan kemampuan/ peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktifitas sehari – hari.
- Tidur dalam posisi duduk tinggi.
3. Pernafasan
- Dirpnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau latihan.
- Nafas memburuk ketika pasien berbaring terlentang di tempat tidur.
- Menggunakan alat bantu pernafasan misalnya : meninggikan bahu, melebarkan hidung.
- Adanya bunyi nafas tinggi.
- Adanya batuk berulang.
4. Sirkulasi
- Adanya peningkatan tekanan
- Adanya peningkatan frekuensi jantung.
- Warna kulit atau membrane mukosa normal/ abu – abu/ sianosis
- Kemerahan atau berkeringat.
5. Integritas Ego
- Ansietas - Ketakutan
- Peka rangsangan - Gelisah
6. Asupan nutrisi
- Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan
- Penurunan berat badan karena anoreksia.
7. Hubungan sosial
- Keterbatasan mobilitas fisik
- Susah bicara atau bicara terbata – bata.
- Adanya ketergantungan kepada orang lain.
L. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan.
1. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkospasme
Kriteria hasil : Mempertahankan jalan nafas pasien dengan bunyi bersih
dan jelas.
Intervensi Rasional
Mandiri
- Auskutasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas misalnya mengi
- Kaji/ pantau frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi atau ekspirasi
- Catat adanya derajat dispnea, ansietas distress pernafasan, penggunaan obat
- Tempatkan posisi yang nyaman pada pasien, contoh: Meninggikan kepala tempa tidur, duduk pada sandaran tempat tidur
- Pertahankan polusi lingkungan minimum. Contoh: debu, asap dll.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai dengan indikasi bronkodilator.
- Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/ tidak dimanivestasikan adanya nafas advertisius
- Takipnoa biasanya ada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan/ selama stress/ adanya proses infeksi akut.
- Disfungsi pernafasan adalah variable yang tergantung pada tahap proses akut yang menimbulkan perawatan dirumah sakit.
- Peninggian kepala tempat tidur, memudahkan fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi
- Pencetus tipe alergi pernafasan dapat mentrigor episode akut.
- Merelaksasikan otot halus dan menurunkan sposme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Intervensi Rasional
Mandiri :
- Kaji kebiasaan diet, masukkan makanan saat ini, catat derajat kerusakan makanan.
- Sering lakukan perawatan oral, tuang secret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai
- Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi.
- Pasien distress pernafasan akut kering anoreksia karena dispnea.
- Rasa tidak enak, bau menurunkan nafsu makan dan dapat menyebabkan mual, muntah dengan peningkatan kesulitan nafas.
- Menurunkan dispnea dan meninggikan energy untuk makan, meningkatkan masukan
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
( spasme bronkus )
Kriteria hasil : Perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat
Intervensi Rasional
Mandiri :
- Kaji atau awasi secara rutin kulit dan memoran mukosa.
- Palpasi fremitur
- Awasi tanda – tanda vital dan irama jantung.
Kolaborasi :
- Berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil AGDA dan toleransi pasien.
- Sianosis mungkin parifer atau sentral keabu – abuan dan sianosis sentral mengidentifikasi beratnya hipoksemia
- Penurunan getaran vibrasi diduga adanya pengumpulan cairan/ udara.
- Taki kardia, disritmia dan perubahan TD dapat menunjukkan efek hipoksemio sistemik pada fungsi jantung.
- Dapat memperbaiki atau mencegah memburuknya hipoksia
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, salah
mengerti
Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman kondisi/ proses penyakit dan
tindakan.
Intervensi Rasional
Mandiri :
- Jelaskan tentang penyakit individu
- Diskusikan obat pernafasan, efek samping dan reaksi yang tidak diinginkan.
- Tunjukan teknik penggunaan
in haler
- Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.
- Penting bagi pasien memahami perbedaan antara efek samping menggannggu dan merugikan.
- Pemberian obat yang tepat meningkatkan keefektifan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN : ASMA BRONKHIAL
DI RUANG PALM RSUD DR. SOESELO SLAWI
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 23 – 10 – 2011 Dx Medis : Asma Bronkhial
Tanggal Pengkajian : 25 – 10 – 2011
Ruang : Palm
A. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama : Tn.S
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 55 Tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku/ bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SD
Alamat : Tambunan
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.L
Umur : 35 Tahun
Alamat : Tambunan
Pekerjaan : Wiraswasta
Hub dengan klien : Anak
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Klien mengatakan dadanya terasa sesak.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Klien datang ke IGD RSUD Dr. Soeselo Slawi tanggal 22 oktober 2011 dengan keluhan sesak nafas ± 2 hari, sesak sering kambuh, untuk bernafas sulit, klien mengatakkan saat batuk sekretnya susah untuk dikeluarkan.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan sebelumnya pernah sakit dengan gejala serupa, sudah 3 tahun yang lalu dan sembuh setelah berobat ke dokter didaerahnya. Bila nafasnya sesak selalu minum obat dari dokter yang ada didaerahnya.
4. Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Hubungan menikah
: Hubungan anak
: Tinggal serumah
: Klien
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : lemah
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda – tanda vital
1. TD : 140/ 80 mm Hg
2. S : 36˚C
3. H : 80x/ m
4. RR : 28/ m
2. Pemeriksaan Head to Toe
a. Kepala
1) Wajah dan kepala
Kulit kepala bersih, rambut hitam sedikit beruban, wajah pucat, tidak ada nyeri tekan.
2) Mata
Mata kanan dan kiri simetris palpebrae tidak oedema, sclera on ikterik, konjungtiva on anemis, tidak ada nyeri tekan, fungsi penglihatan masih normal, mata kemerahan.
3) Hidung
Tidak ada polip, keadaan sputum bersih, tidak ada secret, tidak ada radang, tidak ada benjolan, fungsi penghidu baik.
4) Telinga
Canalis bersih, pendengaran baik, tidak memakai alat bantu pendengaran
5) Mulut
Gigi bersih, tidak ada karies gigi, tidak memakai gigi palsu, gusi tidak ada peradangan, lidah bersih.
b. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid maupun viena jugularis.
c. Thorax dan paru
Bentuk dada simetris, paru bergerak cepat, dan bunyi paru ronchi, iramaan regular, frekuensi 28x/ menit.
d. Jantung
Normal, tidak ada keluhan.
e. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan, peristartik 20x/ menit.
f. Ginjal
Normal, tidak ada keluhan.
g. Genitalia
Klien mengatakan tidak ada keluhan.
h. Muskuluskelotal
Ekstremitas atas simetris tidak ada odema, tangan kiri terpasang infuse RL 20 TDM. Ekstremitas bawah normal, tidak ada nyeri tekan.
i. Integument
Turgor kulit baik tidak ada nyeri tekan, warna sawo matang.
D. POLA KEGIATAN SEHARI - HARI
1. Management terhadap kesehatan dan persepsi terhadap kesehatan, klien mengatakan kesehatan itu penting dan jika ada keluarga yang sakit selalu membawanya ke pelayanan kesehatan.
2. Pola nutrisi dan metabolism
Sebelum sakit : klien makan 3x sehari dengan nasi, sayur, lauk da minum 5 – 6 gelas sehari, tanpa ada pantangan makanan.
Selama sakit : makan 3x sehari habis ½ porsi yang disediakan dengan sayur dan lauk, minum 5 – 6 gelas sehari, klien mengatakan mual.
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit : klien mengatakan BAB 1 – 2x/ hari dengan konsistensi lembek, BAK 3 – 4 kali sehari.
Selama sakit : klien mengatakan BAB 1 kali dengan konsistensi lembek, BAK 4 – 5 kali sehari dan dibantu keluarganya untuk ke toilet.
4. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : klien tidur malam 7 – 8 jam sehari dari jam 21.00 – 05.00 WIB. Dan tidur siang dari jam 13.00 – 14.00 WIB tanpa ada gangguan.
Selama sakit : tidur malam 4 – 5 jam dengan waktu yang tidak tentu, klien mengatakan sulit tidur karena kalau malam nafas terasa lebih sesak.
5. Pola aktifitas
Sebelum sakit : klien adalah ayah yang rajin bekerja, dan dalam melaukan aktivitasnya secara mandiri.
Selama sakit : klien merasa lemah dan terasa sesak dadanya untuk bernafas saat beraktivitas seperti berjalan klien dibantu keluarga atau orang lain.
6. Pola kognitif
Klien tidak mengalami gangguan fungsi panca indra dan tidak mengalami gangguan pola fikir serta orientasi.
7. Konsep diri
Klien adalah seorang ayah dengan 4 orang anak, bekerja sebagai petani dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
8. Peran hubungan
Klien dalam berhubungan dengan orang lain dan keluarganya baik selama sakit, klien diberi perhatian yang lebih oleh istri dan anaknya.
9. Produksi dan seksualitas
Klien adalah seorang laki – laki berusia 50 tahun, klien sudah mempunyai 4 orang anak.
10. Toleransi stress dan koping
Klien selalu memecahkan masalahnya dalam keluarga dengan bermusyawarah.
11. Nilai dan kepercayaan
Klien beragama islam yang taat beribadah dan selama dirawat klien hanya bisa berdo’a untuk kesembuhannya.
E. THERAPI MEDIK
Jenis therapi Resep Cara pemberian
Infuse RL
Therapy O2
Ranihdin
Diazepam
dexametason 20 tetes/ m
2 liter/ m
1 ampul
1 ampul
Iv
Oral
Iv
F. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal Jenis pemeriksaan Nilai normal Hasil
24/10/2011 Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Eosinofi
Netrofit
Limfosit
LED 1 jam
LED 2 jam
Colestera total
Belerudin indiret 3.6 – 11.00
3.80 – 5. 20
11.7 – 15.5
2.00 – 4.00
50 – 70
25 – 400
0 – 20
0 – 20
150 – 200
0, - 0,75 10
5
12, 49/ dl
0,20
87,00
18,30
0,7
2,1
211
0,84
G. ANALISA DATA
No Tanggal Data Etiologi Problem
I
24/10/2011
DS : - Klien mengatakan dada-
nya sesak saat bernafas.
- Klien mengatakan saat
batuk sekretnya susah
untuk dikeluarkan.
DO : - Paru-paru bergerak cepat
- Respirasi 28x/ menit. - Akumulasi secret pada bronkus
Bersihan jalan nafas tidak efektif.
II
24/10/2011
DS : - Klien mengatakan mual
DO : - Makan habis ½ porsi
- Klien tampak lemah
- HB 12.0 - Faktorbiologi(ketidakmampuan mencerna,
mengabsorbsi makanan). Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
III 24/10/2011
DS : - Klien mengatakan sulit
tidur
- Klien mengatakan kalau
malam lebih sesak.
DO : - Mata tampak kemerahan
- Wajah pucat - Sesak nafas Gangguan pola istirahat dan tidur
H. DAFTAR MASALAH
No Diagnose Keperawatan Tanggal timbul Tanggal teratasi Paraf
1.
2.
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret pada brontus.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologi (ketidakmampuan dalam mencerna,mengabsorbsi makanan)
Gangguan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan sesak nafas. 24/10/2011
24/10/2011
24/10/2011
27/10/2011
27/10/2011
27/10/2011
I. RENCANA KEPERAWATAN
Tgl/ jam Dx Tujuan dan K’ H Intervensi Paraf
25/10/2011
I
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, diharapkan sesak nafas klien tidak sesak lagi dengan K.H :
- Klien mengatakan tidak sesak lagi
- Klien mampu mengeluarkan secret. RR : 24x/ m 1. Kaji fungsi pernafasan
(frekuensi, bunyi, jumlah)
2. Ajarkan cara batuk efektif.
3. Kaji TTV
4. Atur posisi klien.
5. Koleborasi pemberian bronkodilator.
26/10/2011
II Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan nutrisi klien terpenuhi dengan criteria hasil :
- Klien menghabiskan porsi makanan
- Klien merasa tidak lemas lagi.
- Klien tidak mual lagi. 1. Kaji pola makan
2. Anjuran klien makan sedikit tapi sering.
3. Anjuran makan makanan yang hangat.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi.
27/10/2011 III Setelah dilakukan tindakan 3x 24 jam diharapkan klien mampu memenuhi pola istirahat dan tidur dengan criteria hasil :
- Istirahat klien terpenuhi
- Klien tampak segar. 1. Kaji pola istirahat dan tidur.
2. Berikan O2.
3. Kolaborasi pemberian obat tidur.
J. TINDAKAN KEPERAWATAN
Tanggal No.Dx Implementasi Respon Paraf
25/10/2011
I 1. Mengkaji fungsi pernafasan
( frekuensi, bunyi, jumlah )
2. Mengajarkan cara batuk efektif.
3. Mengkaji TTV
4. Mengatur posisi klien.
5. Berkolaborasi pemberian bronkodilator.
- Nafas klien teratur, RR : 20x/m
- Klien mau mengikuti instruksi dari perawat
- TD: 120/ 80 mmHg, S: 36˚C. N:80x/ m, RR: 28/m
- Posisi klien semi fowler
- Obat masuk tidak ada alergi
26/10/2011 II 1. Mengkaji pola makan
2. Menganjuran klien makan sedikit tapi sering.
3. Menganjuran makan makanan yang hangat.
4. Berkolaborasi dgn ahli gizi. - Klien mau menghabiskan ½ porsi
- Klien makan sedikit tapi sering klien ngemil roti
27/10/2011 III 1. Kaji pola istirahat dan tidur.
2. Berikan O2.
3. Kolaborasi pemberian obat tidur. - Klien tidur 6-8 jam dalam sehari
- Klien merasa nyaman
- Obat masuk klien tidak alergi
K. CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal/Jam DX Catatan perkembangan Paraf
27/10/ 2011
09.00 WIB I S : - Klien mengatakan sudah tidak sesak
O : - Paru – paru bergerak normal
- Respirasi 20x/ menit.
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
27/11/2011
10.00 WIB II S : - Klien mengatakan sudah tidak mual
O : - Klien mau menghabiskan ½ porsi
- Klien makan sedikit tapi sering
- Klien ngemil roti
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji pola makan
2. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
27/11/2011
11.00 WIB
III S : - Klien mengatakan sudah bisa tidur
- Klien mengatakan kalau malam tidak sesak lagi.
O : - Mata tidak kemerahan
- Wajah segar
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
No comments:
Post a Comment