MAKALAH
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
Diajukan Untuk Memenuhi
Tugas
Mata Kulia Keperawatan Jiwa
Dosen Pengampu :
Ahmad Zakiudin, S.KM
Disusun Oleh :
Ahmad Sofa Mubarok
AKADEMI KEPERAWATAN AL HIKMAH 2 BREBES
Jl. PONPES AL HIKMAH BENDA SIRAMPOG – BREBES
2012
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadiran Allah S.W.T
atas berkat rahmat dan karunia-Nya kami sudah dapat menyelesaikan Makalah ini
dengan judul “ TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK” , Selawat dan salam kepangkuan Nabi
Muhammad S.A.W beserta keluarga dan sahabatnya sekalian.
Disini kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah in
memang masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi
bahasa, penulisan dan pengolahan, untuk itu penulis sangat mengharapkan
kritikan, saran dan masukan yang sifatnya membangun demi tercapainya
kesempurnaan dalam mencapai target makalah ini. Terima kasih.
PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien
ditemui dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan
tertentu fokus terapi adalah membuat sadar diri (self-awareness). Peningkatan
hubungan interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya.
Kelompok adalah suatu system social yang khas yang dapat
didefinisikan dan dipelajari. Sebuah kelompok terdiri dari individu yang saling
berinteraksi, interelasi, interdependensi dan saling membagikan norma social
yang sama (Stuart & Sundeen, 1998).
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan
satu dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama
(Kelliat, 2005).
BAB II
PENJELASAN
A. Pengertian
Terapi
aktivitas kelompok adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi psikoterapis
terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan
antar anggota(Depkes RI, 1997).
Terapi
aktivitas kelompok adalah aktivitas membantu anggotanya untuk identitas
hubungan yang kurang efektif dan mengubah tingkah laku yang maladaptive (Stuart
& Sundeen, 1998). Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi
modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagi terapi, dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan (Kelliat, 2005)
B. Tujuan terapi aktifitas kelompok
(TAK)
Depkes RI
(1997) mengemukakan tujuan terapi aktivitas kelompok secara rinci sebagai
berikut:
1. Tujuan umum
a) Meningkatkan kemampuan menguji
kenyataan yaitu mrmperoleh pemahaman dan cara membedakan sesuatu yang nyata dan
khayalan.
b) Meningkatkan sosialisasi dengan
memberikan kesempatan untuk berkumpul, berkomunikasi dengan orang lain, saling
memperhatikan memberikan tanggapan terhadap pandapat maupun perasaan ortang
lain.
c) Meningkatkan kesadaran hubungan
antar reaksi emosional diri sendiri dengan prilaku defensif yaitu suatu cara
untuk menghindarkan diri dari rasa tidak enak karena merasa diri tidak berharga
atau ditolak.
d) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan
fungsi-fungsi psikologis seperti fungsi kognitif dan afektif.
2. Tujuan khusus
a) Meningkatkan identifikasi diri,
dimana setiap orang mempunyai identifikasi diri tentang mengenal dirinya di
dalam lingkungan nya.
b) Penyaluran emosi, merupakan suatu
kesempatan yang sangat dibutuhkan oleh seseorang untuk menjaga kesehatan
mentalnya. Di dalam kelompok akan ada waktu bagi anggotanya untuk menyalurkan
emosinya untuk didengar dan dimengerti oleh anggota kelompok lainnya.
c) Meningkatkan keterampilan hubungan
sosial untuk kehidupan sehari-hari, terdapat kesempatan bagi anggota kelompok
untuk saling berkominikasi yang memungkinkan peningkatan hubungan sosial dalam
kesehariannya.
C. Dampak Terapiutik dari KelompoK
Terjadinya
interaksi yang diharapkan dalam aktivitas kelompok dapat memberikan dampak yang
bermanfaat bagi komponen yang terlibat. Yalom (1985) dalam tulisannya mengenai
terapi kelompok telah melaporkan 11 kasus yang terlibat dalam efek terapeutik
dari kelompok. Faktor-faktor tersebut adalah :
1) Universalitas, klien mulai menyadari
bahwa bukan ia sendiri yang mempunyai masalah dan bahwa perjuangannya adalah
dengan membagi atau setidaknya dapat dimengerti oleh orang lain.
2) Menanamkan harapan, sebagian
diperantarai dengan menemukan yang lain yang telah dapat maju dengan
masalahnya, dan dengan dukungan emosional yang diberikan oleh kelompok lainnya.
3) Menanamkan harapan, dapat dialami
karena anggota memberikan dukungan satu sama lain dan menyumbangkan ide mereka,
bukan hanya menerima ide dari yang lainnya.
4) Mungkin terdapat rekapitulasi
korektif dari keluarga primer yang untuk kebanyakan klien merupakan
problematic. Baik terapis maupun anggota lainnya dapat jadi resepien reaksi
tranferensi yang kemudian dapat dilakukan.
5) Pengembangan keterampilan sosial
lebih jauh dan kemampuan untuk menghubungkan dengan yang lainnya merupakan
kemungkinan. Klien dapat memperoleh umpan balik dan mempunyai kesempatan untuk
belajar dan melatih cara baru berinteraksi.
6) Pemasukan informasi, dapat dapat
berkisar dari memberikan informasi tentang ganguan seseorang terhadap umpan
balik langsung tentang perilaku orang dan pengaruhnya terhadap anggota kelompok
lainnya.
7) Identifikasi,
prilaku imitative dan modeling dapat dihasilkan dari terapis atau anggota
lainnya memberikan model peran yang baik.
8) Kekohesifan kelompok dan pemilikan
dapat menjadi kekuatan dalam kehidupan seseorang. Bila terapi kelompok
menimbulkan berkembangnya rasa kesatuan dan persatuan memberi pengaruh kuat dan
memberi perasaan memiliki dan menerima yang dapat menjadi kekuatan dalam
kehidupan seseorang.
9) pengalaman antar pribadi mencakup
pentingnya belajar berhubungan antar pribadi, bagaimana memperoleh hubungan
yang lebih baik, dan mempunyai pengalaman memperbaiki hubungan menjadi lebih
baik.
10) Atarsis dan pembagian emosi yang
kuat tidak hanya membantu mengurangi ketegangan emosi tetapi juga menguatkan
perasaan kedekatan dalam kelompok.
11) Pembagian eksisitensial memberikan
masukan untuk mengakui keterbatasan seseorang, keterbatasan lainnya, tanggung
jawab terhadap diri seseorang.
D. Indikasi Dan Kontra Indikasi Terapi
Aktifitas Kelompok (TAK)
Adapun
indikasi dan kontra indikasi terapi aktivitas kelompok (Depkes RI (1997) adalah
:
1) Semua klien terutama klien
rehabilitasi perlu memperoleh terapi aktifitas kelompok kecuali mereka yang :
psikopat dan sosiopat, selalu diam dan autistic, delusi tak terkontrol, mudah
bosan.
2) Ada berbagai persyaratan bagi klien
untuk bisa mengikuti terapi aktifitas kelompok antara lain : sudah ada
observasi dan diagnosis yang jelas, sudah tidak terlalu gelisah, agresif dan
inkoheren dan wahamnya tidak terlalu berat, sehingga bisa kooperatif dan tidak
mengganggu terapi aktifitas kelompok.
3) Untuk pelaksanaan terapi aktifitas
kelompok di rumah sakit jiwa di upayakan pertimbangan tertentu seperti : tidak
terlalu ketat dalam tehnik terapi, diagnosis klien dapat bersifat heterogen,
tingkat kemampuan berpikir dan pemahaman relatif setara, sebisa mungkin
pengelompokan berdasarkan problem yang sama.
E. Komponen Kelompok
Kelompok terdiri dari delapan aspek,
sebagai berikut (Kelliat, 2005) :
1) Struktur kelompok
Struktur kelompok menjelaskan
batasan, komunikasi, proses pengambilan keputusan dan hubungan otoritas dalam
kelompok. Struktur kelompok menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pola
perilaku dan interaksi. Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya pemimpin
dan anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan diambil
secara bersama.
2) Besar kelompok
Jumlah anggota kelompok yang nyaman
adalah kelompok kecil yang anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jika angota
kelompok terlalu besar akibbatnya tidak semua anggota mendapat kesempatan
mengungkapkan perasaan, pendapat, dan pengalamannya. Jika terlalu kecil, tidak
cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi (Kelliat, 2005).
3) Lamanya sesi
Waktu optimal untuk satu sesi adalah
20-40 menit bagi fungsi kelompok yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi
kelompok yang tinggi. Banyaknya sesi bergantung pada tujuan kelompok, dapat
satu kali/dua kali perminggu, atau dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan
(Kelliat, 2005).
F. Proses Terapi Aktifitas Kelompok
Proses
terapi aktifitas kelompok pada dasarnya lebih kompleks dari pada terapi
individual, oleh karena itu untuk memimpinnya memerlukan pengalaman dalam
psikoterapi individual. Dalam kelompok terapis akan kehilangan sebagian
otoritasnya dan menyerahkan kepada kelompok.
Terapis
sebaiknya mengawali dengan mengusahakan terciptanya suasana yang tingkat
kecemasannya sesuai, sehingga klien terdorong untuik membuka diri dan tidak
menimbulkan atau mengembalikan mekanisme pertahanan diri. Setiap permulaan dari
suatu terapi aktifitas kelompok yang baru merupakan saat yang kritis karena
prosedurnya merupakan sesuatu yang belum pernah dialami oleh anggota kelompok
dan mereka dihadapkan dengan orang lain.
Setelah
klien berkumpul, mereka duduk melingkar, terapis memulai dengan memperkenalkan
diri terlebih dahulu dan juga memperkenalkan co-terapis dan kemudian
mempersilakan anggota untuk memperkenalkan diri secara bergilir, bila ada
anggota yang tidak mampu maka terapis memperkenalkannya. Terapis kemudian
menjelaskan maksud dan tujuan serta prosedur terapi kelompok dan juga masalah
yang akan dibicarakan dalam kelompok. Topik atau masalah dapat ditentukan oleh
terapis atau usul klien. Ditetapkan bahwa anggota bebas membicarakan apa saja,
bebas mengkritik siapa saja termasuk terapis. Terapis sebaiknya bersifat
moderat dan menghindarkan kata-kata yang dapat diartikan sebagai perintah.
Dalam
prosesnya kalau terjadi bloking, terapis dapat membiarkan sementara. Bloking
yang terlalu lama dapat menimbulkan kecemasan yang meningkatoleh karenanya
terapis perlu mencarikan jalan keluar. Dari keadaan ini mungkin ada indikasi
bahwa ada beberapa klien masih perlu mengikuti terapi individual. Bisa juga
terapis merangsang anggota yang banyak bicara agar mengajak temannya yang
kurang banyak bicara. Dapat juga co-terapis membantu mengatasi kemacetan.
Kalau
terjadi kekacauan, anggota yang menimbulkan terjadinya kekacauan dikeluarkan
dan terapi aktifitas kelompok berjalan terus dengan memberikan penjelasan
kepada semua anggota kelompok. Setiap komentar atau permintaan yang datang dari
anggota diperhatikan dengan sungguh-sungguh dan di tanggapi dengan
sungguh-sungguh. Terapis bukanlah guru, penasehat atau bukan pula wasit.
Terapis lebih banyak pasif atau katalisator. Terapis hendaknya menyadari bahwa
tidak menghadapi individu dalam suatu kelompok tetapi menghadapi kelompok yang
terdiri dari individu-individu.
Di akhir
terapi aktifitas kelompok, terapis menyimpulkan secara singkat pembicaraan yang
telah berlangsung / permasalahan dan solusi yang mungkin dilakukan. Dilanjutkan
kemudian dengan membuat perjanjian pada anggota untuk pertemuan berikutnya.
(Kelliat, 2005).
G. Perkembangan Kelompok
Kelompok
sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan kembang. Pemimpin
akan mengembangkan kelompok melalui empat fase (Kelliat, 2005) yaitu :
1) Fase prakelompok
Hal penting yang harus diperhatikan
ketika memulai kelompok adalah tujuan dari kelompok. Ketercapaian tujuan sangat
dipengaruhi oleh perilaku pemimpin dan pelaksana kegiatan kelompok untuk
mencapai tujuan tersebut. Untuk itu perlu disusun panduan pelaksanaan kegiatan
kelompok.
2) Fase awal kelompok
Fase ini ditandai dengan ansietas
karena masuknya kelompok baru. Dan peran yang baru. Fase ini terbagi dalam tiga
fase (Kelliat, 2005) yaitu:
a) Tahap orientasi
Pada tahap ini pemimpin kelompok
lebih aktif dalam memberi pengarahan. Pemimpin kelompok mengorientasikan
anggota pada tugas utama dan melakukan kontrak yang terdiri dari tujuan,
kerahasian, waktu pertemuan, struktur, kejujuran dan aturan komunikasi,
misalnya hanya satu orang yang berbicara pada satu waktu, norma perilaku, rasa
memiliki, atau kohesif antara anggota kelompok diupayakan terbentuk pada fase
orientasi.
b) Tahap konflik
Peran dependen dan independent
terjadi pada tahap ini, sebagian ingin pemimpin yang memutuskan dan sebagian
ingin pemimpin lebih mengarahkan, atau sebaliknya anggota ingin berperan
sebagai pemimpin. Adapula anggota yang netral dan dapat membantu menyelesaikan
konflik peran yang terjadi. Perasaan bermusuhan yang ditampilkan, baik antara
kelompok maupun anggota dengan pemimpin dapat terjadi pada tahap ini. Pemimpin
perlu memfasilitasi ungkapan perasaan, baik positif maupun negative dan
membantu kelompok mengenali penyebab konflik. Serta mencegah perilaku yang
tidak produktif, seperti menuduh anggota tertentu sebagai penyebab konflik.
c) Tahap kohesif
Setalah tahap konflik, anggota
kelompok merasakan ikatan yang kuat satu sama lain. Perasaan positif akan
semakin sering diungkapkan. Pada tahap ini, anggota kelompok merasa bebas
membuka diri tentang informasi dan lebih intim satu sama lain. Pemimpin tetap
berupaya memberdayakan kemampuan anggota kelompok dalam melakukan penyelesaian
masalah. Pada tahap akhir fase ini, tiap anggota kelompok belajar bahwa
perbedaan tidak perlu ditakutkan, mereka belajar persamaan dan perbedaan,
anggota kelompok akan membantu pencapaian tujuan yang menjadi suatui realitas.
3) Fase kerja kelompok
Pada fase ini, kelompok sudah
menjadi tim, walaupun mereka bekerja keras, tetapi menyenangkan bagi anggota
dan pemimpin kelompok. Kelompok menjadi stabil dan realistis. Tugas utama
pemimpin adalah membantu kelompok mencapai tujuan dan tetap menjaga kelompok
kea rah pencapaian tujuan, serta mengurangi dampak dari factor apa saja yang
dapat mengurangi produktivitas kelompok. Selain itu pemimpin juga bertindak
sebagai konsultan. Beberapa problem yang mungkin muncul adalah subgroup,
conflict, self-desclosure,dan resistance. Beberapa anggota kelompok menjadi
sangat akrab, berlomba mendapatkan perhatian pemimpin, tidak ada lagi
kerahasian karena keterbukaan sangat tinggi dan keengganan berubah perlu
didefinisikan pemimpin kelompok agar segera melakukan strukturisasi. Pada akhir
fase ini, anggota kelompok menyadari produktivitas dan kemampuan yang bertambah
disertai percaya diri dan kemandirian. Pada fase ini kelompok segera masuk ke
fase berikutnya yaitu perpisahan.
4) Fase terminasi
Terminasi dapat sementara atau
akhir. Terminasi dapat pula terjadi karena anggota kelompok atau pemimpin
kelompok keluar dari kelompok. Evaluasi umumnya difokuskan pada jumlah
pencapaian, baik kelompok maupun individu. Pada tiap sesi dapat pula
dikembangkan instrument evaluasi kemampuan individual dari anggota kelompok.
Terminasi dapat dilakukan pada akhir tiap sesi atau beberapa sesi yang
merupakan paket dengan memperhatikan pencapaian tertentu. Terminasi yang sukses
ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman kelompok akan digunakan secara
individual pada kehidupan sehari-hari.
H. Jenis Terapi Kelompok
Kegiatan
kelompok dibedakan berdasarkan kegiatan kelompok sebagai tindakan keperawatan
pada kelompok dan terapi kelompok. Menurut kelliat, 2005 membagi kelompok
menjadi tiga yaitu :
1) Terapi kelompok
Terapi kelompok adalah metode
pengobatan ketika klien ditemui dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga
yang memenuhi persyaratan tertentu. Focus terapi kelompok adalah membuat sadar
diri, peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan atau ketiganya.
2) Kelompok terapeutik
Kelompok terapeutik membantu
mengatasi stress emosi, penyakit fisik krisis, tumbuh kembang, atau penyesuaian
social, misalnya kelompok ibu hamil yang akan menjadi ibu, individu yang
kehilangan, dan penyakit terminal. Banyak kelompok terapeutik dikembangkan
menjadi self-help-group. Tujuan dari kelompok ini adalah sebagai berikut :
mencegah masalah kesehatan, mendidik dan mengembangkan potensi anggota
kelompok, meningkatkan kualitas kelompok. antara anggota kelompok saling
membantu dalam menyelesaiakan masalah.
3) Terapi aktivitas kelompok (TAK)
Terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait
dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil
diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternative
penyelesaian masalah. Tujuan umum terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
adalah klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan
oleh paparan stimulus kepadanya. Sedangkan tujuan khususnya adalah klien dapat
mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat, klien dapat
menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami. Aktivitas terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi dibagi dalam empat bagian yaitu :
1. Aktivitas mempersepsikan stimulus
nyata sehari-hari
Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien dengan perubahan perubahan persepsi sensori dan klien menarik diri yang telah mengikuti terapi aktivitas kelompok sosialisasi. Aktivitas dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu aktivitas menonton televisi, aktivitas membaca majalah/Koran/artikel dan aktivitas melihat gambar.
Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien dengan perubahan perubahan persepsi sensori dan klien menarik diri yang telah mengikuti terapi aktivitas kelompok sosialisasi. Aktivitas dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu aktivitas menonton televisi, aktivitas membaca majalah/Koran/artikel dan aktivitas melihat gambar.
2. Aktivitas mempersepsikan stimulus
nyata dan respon yang dialami dalam kehidupan
Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien dengan perilaku kekerasan yang telah kooperatif. Aktivitas dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu : aktivitas mengenal kekerasan yang biasa dilakukan, aktivitas mencegah kekerasan melalui kegiatan fisik, aktivitas mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi social asertif, aktivitas mencegah perilaku kekerasan melalui kepatuhan minum obat, aktivitas mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan ibadah.
Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien dengan perilaku kekerasan yang telah kooperatif. Aktivitas dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu : aktivitas mengenal kekerasan yang biasa dilakukan, aktivitas mencegah kekerasan melalui kegiatan fisik, aktivitas mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi social asertif, aktivitas mencegah perilaku kekerasan melalui kepatuhan minum obat, aktivitas mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan ibadah.
3. Aktivitas mempersepsikan stimulus
nyata yang menyebabkan harga diri rendah
Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien gangguan konsep diri : harga diri rendah. Aktivitas ini dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu : aktivitas mengidentifikasikan aspek yang membuat harga diri rendah dan aspek positif kemempuan yang dimiliki selama hidup (di rumah dan di rumah sakit), aktivitas melatih kemampuan yang dapat digunakan di rumah sakit dan di rumah
Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien gangguan konsep diri : harga diri rendah. Aktivitas ini dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu : aktivitas mengidentifikasikan aspek yang membuat harga diri rendah dan aspek positif kemempuan yang dimiliki selama hidup (di rumah dan di rumah sakit), aktivitas melatih kemampuan yang dapat digunakan di rumah sakit dan di rumah
4. Aktivitas mempersepsikan stimulus
tidak nyata dan respon yang dialami dalam kehidupan Klien yang mempunyai
indikasi aktivitas ini adalah klien yang mengalami perubahan persepsi sensori :
halusinasi. Aktivitas ini dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat
dipisahkan, yaitu : aktivitas mengenal halusinasi, aktivitas
mengusir/menghardik halusinasi, aktivitas mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan, aktivitas mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap,
aktivitas mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu upaya untuk
memfasilitasi psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk
memantau dan meningkatkan hubungan antar anggota(Depkes RI, 1997). Terapi
aktivitas kelompok adalah aktivitas membantu anggotanya untuk identitas
hubungan yang kurang efektif dan mengubah tingkah laku yang maladaptive (Stuart
& Sundeen, 1998).
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi
modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagi terapi, dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan (Kelliat, 2005)
Depkes RI (1997) mengemukakan tujuan terapi aktivitas
kelompok secara rinci sebagai berikut:
1. Tujuan umum
a) Meningkatkan kemampuan menguji.
b) Meningkatkan sosialisasi dengan
memberikan kesempatan untuk berkumpul, berkomunikasi dengan orang lain, saling
memperhatikan memberikan tanggapan terhadap pandapat maupun perasaan ortang
lain.
c) Meningkatkan kesadaran hubungan
antar reaksi emosional diri sendiri dengan prilaku defensif .
d) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan
fungsi-fungsi psikologis seperti fungsi kognitif dan afektif.
2. Tujuan khusus
a) Meningkatkan identifikasi diri
b) Penyaluran emosi
c) Meningkatkan keterampilan hubungan
sosial untuk kehidupan sehari-hari
DAFTAR PUSTAKA
http://httpyasirblogspotcom.blogspot.com/2009/05/terapi-kelompok.html
http://deby-erisaputro.blogspot.com/2009/04/terapi-aktivitas-kelompok-tak.html
Keliat,
Budi Ana. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta. EGC: 2004
No comments:
Post a Comment