MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN
TULI
Di Susun
Untuk Memenuhi
Tugas Mata
Kuliah Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Pengampu : Arisnawati, S.Kep
Disusun Oleh :
Kelompok I
AKADEMI KEPERAWATAN AL-HIKMAH 02
BENDA
SIRAMPOG BREBES
2012
KATA PENGANTAR
Puji
dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun tugas ini yang
berjudul " Askep Pada Gangguan Tuli " tepat pada waktunya.
Penulis
menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan
Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Akhir
kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Benda, Agustus 2012
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Ketidaksempurnaan
kadang membuat seseorang minder dalam
pergaulannya sehari-hari. Kehilangan pendengaran, termasuk salah satu
kekurangan yang membuat anak-anak sulit tumbuh normal dikalangan masyarakat.
Ketulian disebabkan karena virus Toxoplasma Rubella atau campak, Herpes, dan Sipilis. Terkadang kedua orang tua tidak menyadari bahwa dirinya telah mengidap virus tersebut sehingga menyebabkan ketulian pada anaknya kelak.
.
Ketulian juga bisa dialami ketika anak pada masa pertumbuhan, misalnya pada saat lahir, anak lahir normal hanya saja menjelang usia 10 tahun ia mengalami sakit sehingga diberikan obat dengan dosis tinggi sehingga menyerang telinganya. Jadi ada gangguan pendengaran karena obat-obatan yang memiliki efek samping menyebabkan ketulian. Seperti pil kina juga mempunyai pengaruh yang besar pada telinga, maupun aspirin juga terbilang rawan, oleh karena
Ketulian juga bisa dialami ketika anak pada masa pertumbuhan, misalnya pada saat lahir, anak lahir normal hanya saja menjelang usia 10 tahun ia mengalami sakit sehingga diberikan obat dengan dosis tinggi sehingga menyerang telinganya. Jadi ada gangguan pendengaran karena obat-obatan yang memiliki efek samping menyebabkan ketulian. Seperti pil kina juga mempunyai pengaruh yang besar pada telinga, maupun aspirin juga terbilang rawan, oleh karena
Itu harus hati-hati bila digunakan.
Faktor
genetik juga bisa mempengaruhi, misalnya kedua orang tuanya normal, namun kakek
dan neneknya memiliki riwayat pernah mengalami ketulian. Hal ini bisa berdampak
pada anak. Anak terlahir dengan disedot, vakum, Caesar juga bisa merusak
saraf pendengaran. Jika anak mengalami tuli saraf, tentu tidak bisa
disembuhkan, hanya bisa di bantu dengan alat bantu dengar semata.
Terapi yang bisa membuat kembali mendengar itu tidak ada kecuali untuk para tuli konduktif yang disebabkan karena infeksi. Infeksi ini dapat disembuhkan tetapi ketuliannya belum tentu sembuh.
B.
Tujuan
1.Tujuan Umum
2.Tujuan Khusus
a.
Memenuhi tugas
pembuatan Askep mata ajar
keperawatan Medical Bedah 1
b.
Dapat
membuat rencana tindakan keperawatan
c.
Dapat
melekukan intervensi yang telah dibuat
d.
Mengetahui asuhan keperawatan kehilangan
pendengaran(Tuli)
C.
Ruang Lingkup
Penulisan
Penulis hanya membahas mata pelajaran
keperawatan Medical Bedah 1 tentang Asuhan keperawatan kehilangan pendengaran:TULI
D.
Metode
Penulisan
Dalam penulisan
makalah ini penulis menggunakan metode studi kepustakaan yaitu dengan
mempelajari dan membawa buku-buku ilmiah sebagai sumber makalah khususnya yang
berhubungan dengan Asuhan Keperawatan Gangguan Pendengaran.
BAB II
KONSEP
DASAR
A.
Pengertian
Tuli ialah keadaan dimana orang
tidak dapat mendengar sama sekali (total deafness), suatu bentuk yang
ekstrim dari kekurangan pendengaran. Istilah yang sekarang lebih sering
digunakan ialah kekurangan pendengaran (hearing-loss)
(Louis,1993).
Kekurangan pendengaran ialah keadaan dimana orang kurang
dapat mendengar dan mengerti perkataan yang didengarnya.Pendengaran normal ialah
keadaan dimana orang tidak hanya dapat mendengar, tetapi juga dapat mengerti
apa yang didengarnya.(Anderson,1874)
B.
Anatomi
Fisiologi Telinga
Secara anatomi telinga dibagi menjadi
tiga bagian yaitu :
1. Telinga Luar,
terdiri dari :
a. Pinna/Aurikel/Daun
Telinga
Pinna merupakan gabungan tulang rawan yang diliputi
kulit, melekat pada sisi kepala. Pinna membantu mengumpulkan gelombang suara
dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus.
b. Liang
Telinga/Kanalis Autikus Externus (KAE)
Memiliki tulang rawan pada bagian lateral dan bertulang
pada bagian medial, seringkali ada penyempitan liang telinga pada perbatasan
tulang rawan ini.
c. Kanalis
Auditorius Exsternus
Panjangnya sekitar 2,5 cm, kulit pada kanalis mengandung
kelenjar glandula seruminosa yang mensekresi substansi seperti lilin yang
disebut juga serumen. Serumen mempunyai sifat antibakteri dan memberikan
perlindungan kulit. Kanalis Auditorius Eksternus akan berakhir pada membran
timpani.
2. Telinga Tengah,
terdiri dari :
a. Membran
Timpani/Gendang Telinga membatasi telinga luar dan tengah.
Merupakan suatu bangunan berbentuk kerucut dengan
puncak-nya umbo mengarah ke medial. Membrane timpani tersusun oleh suatu
lapisan epidermis, lapisan fibrosa, tempat melekatnya tangkai malleus dan
lapisan mukosa di bagian dalamnya.
b. Kavum Timpani
Dimana terdapat rongga di dalam tulang temporal dan
ditemu-kan 3 buah tulang pendengaran yang meliputi :
1) Malleus,
bentuknya seperti palu, melekat pada gendang telinga.
2) Inkus,
menghubungkan maleus dan stapes.
3) Stapes, melekat
pda jendela oval di pintu masuk telinga dalam.
c. Antrum Timpani
Merupakan rongga tidak teratur yang agak luas terletak
dibagian bawah samping kavum timpani, antrum dilapisi oleh mukosa yang
merupakan lanjutan dari lapisan mukosa kavum timpani, rongga ini berhubungan
dengan beberapa rongga kecil yang disebut sellula mastoid yang terdapat
dibelakang bawah antrum di dalam tulang temporalis.
d. Tuba Auditiva
Eustakhius
Dimana terdapat saluran tulang rawan yang panjangnya ±
3,7 cm berjalan miring kebawah agak ke depan dilapisi oleh lapisan mukosa. Tuba
Eustakhius adalah saluran kecil yang memungkinkan masuknya udara luar ke dalam
telinga.
3. Telinga
Dalam, terdiri dari :
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang
temporal. Organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis
semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus
koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan
kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi
posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama
lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan keseimbangan.
C. Etiologi
Penurunan fungsi pendengaran bisa disebabkan oleh : Suatu masalah mekanis di dalam saluran telinga atau di dalam telinga tengah yang menghalangi penghantaran suara (penurunan fungsi pendengaran konduktif) yaitu :
Penurunan fungsi pendengaran bisa disebabkan oleh : Suatu masalah mekanis di dalam saluran telinga atau di dalam telinga tengah yang menghalangi penghantaran suara (penurunan fungsi pendengaran konduktif) yaitu :
1. Kerusakan pada
telinga dalam, saraf pendengaran atau jalur saraf
Pendengaran
di otak (penurunan fungsi pendengaran sensorineural).
2. Penurunan
fungsi pendengaran sensorineural dikelompokkan menjadi :
a. Penurunan fungsi pendengaran sensorik (jika kelainannya
terletak pada telinga dalam.
b.
Penurunan
fungsi pendengaraan neural (jika kelainannnya terletak pada saraf pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak).
3. Penurunan fungsi pendengaran sensorik bisa
merupakan penyakit keturunan
Tetapi mungkin
juga disebabkan oleh :
a. Trauma akustik (suara yang sangat keras)
b. Infeksi virus pada telinga dalam
c. Obat-obatan tertentu
d. Penyakit meniere.
4. Penurunan
fungsi pendengaran neural bisa disebabkan oleh :
a. Tumor oatak yang juga menyebabkan kerusakan pada
saraf-saraf disekitarnya dan batang otak
b. Infeksi
c. Berbagai penyakit
otak dan saraf (misalnya stroke)
d. Dan beberapa penyakit keturunan (misalnya penyakit
Refsum).
5. Pada
anak-anak,kerusakan saraf pendengaran bisa terjadi akibat :
a. Gondongan
b. Campak jerman (rubella)
c. Meningitis
d. Infeksi telinga dalam.
Kerusakan jalur saraf pendengaran di otak bisa terjadi
akibat penyakit demielinasi (penyakit yang menyebabkan kerusakan pda selubung
saraf).
D.
Gejala kehilangan pendengaran
1) Deterlorisasi wicara
Individu yang bicara dengan bagian akhir kata tidak jelas atau dihilangkan, atau mengeluarkan kata-kata bernada datar, mungkin karena tidak mendengar dengan baik, Telinga memandu suara, baik kekerasan maupun ucapannya.
1) Deterlorisasi wicara
Individu yang bicara dengan bagian akhir kata tidak jelas atau dihilangkan, atau mengeluarkan kata-kata bernada datar, mungkin karena tidak mendengar dengan baik, Telinga memandu suara, baik kekerasan maupun ucapannya.
2) Keletihan
Bila Individu merasa mudah lelah ketika mendengarkan percakapan atau pidato, keletihan bisa disebabkan oleh usaha keras untuk mendengarkan. Pada keadaan ini, Individu tersebut menjadl mudah tersinggung.
Bila Individu merasa mudah lelah ketika mendengarkan percakapan atau pidato, keletihan bisa disebabkan oleh usaha keras untuk mendengarkan. Pada keadaan ini, Individu tersebut menjadl mudah tersinggung.
3) Acuh
Individu yang tak bisa mendengar perkataan orang lain mudah mengalami depresi dan ketidaktertarikan terhadap kehidupan secara umum. Menarik dlri dari sosial Karena tak mampu rnendengar apa yang terjadi di sekitarnya.
Individu yang tak bisa mendengar perkataan orang lain mudah mengalami depresi dan ketidaktertarikan terhadap kehidupan secara umum. Menarik dlri dari sosial Karena tak mampu rnendengar apa yang terjadi di sekitarnya.
4) Rasa tak nyaman
Kehilangan rasa percaya diri
dan takut berbuat salah menciptakan suatu
perasaan tak aman pada kebanyakan orang dengan gangguan pendengaran. Tak ada
seorang pun yang menginglnkan untuk mengatakan atau melakukan hal yang salah
yang cenderung membuatnya nampak bodoh. Tak mampu membuat
keputusan-prokrastinal.Kehilangan kepercayaan diri membuat seseorang dengan
gangguan pendengaran sangat kesulitan untuk membuat keputusan.
5) Kecurigaan
Individu dengan kerusakan
pendengaran, yang sering hanya mendengar sebagian dari yang dikatakan, bisa
merasa curiga bahwa orang lain membicarakan dirinya atau bagian percakapan yang
berhubungan dengannya sengaja diucapkan dengan lirih sehingga la tak dapat
mendengarkan
6) Kebanggaan semu
Individu dengan kerusakan pendengaran berusaha menyembunyikan kehilangan pendengarannya. Konsekwensinya, ia sering berpura-pura mendengar padahal sebenarnya tidak.
Kesepian dan ketidak bahagiaan Meskipun setiap orang selalu menginginkan ketenangan, namun kesunyian yang dipaksakan dapat membosankan bahkan kadang menakutkan. Individu dengan kehilangan pendengaran sering merasa (terasing)
7) Kesulitan dalam mendengarkan percakapan, terutama jika di sekelilingnya berisik
8) Terdengar gemuruh atau suara berdenging di telinga (tinnitus)
9) Tidak dapat mendengarkan suara televisi atau radio dengan volume yang normal
10) Kelelahan dan iritasi karena penderita berusaha keras untuk bisa mendengar
11) Pusing atau gangguan keseimbangan
Individu dengan kerusakan pendengaran berusaha menyembunyikan kehilangan pendengarannya. Konsekwensinya, ia sering berpura-pura mendengar padahal sebenarnya tidak.
Kesepian dan ketidak bahagiaan Meskipun setiap orang selalu menginginkan ketenangan, namun kesunyian yang dipaksakan dapat membosankan bahkan kadang menakutkan. Individu dengan kehilangan pendengaran sering merasa (terasing)
7) Kesulitan dalam mendengarkan percakapan, terutama jika di sekelilingnya berisik
8) Terdengar gemuruh atau suara berdenging di telinga (tinnitus)
9) Tidak dapat mendengarkan suara televisi atau radio dengan volume yang normal
10) Kelelahan dan iritasi karena penderita berusaha keras untuk bisa mendengar
11) Pusing atau gangguan keseimbangan
E. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Otoskopik
Menggunakan alat otoskop untuk
memeriksa meatus akustikus eksternus dan membrane timpani dengan cara inspeksi
:
Hasil:
a. serumen berwarna kuning, konsistensi kenta
b. dinding liang telinga berwarna merah muda
2. Tes Ketajaman PendengaraN
a. tes penyaringan sederhana
Hasil :
-klien tidak mendengar secara jelas
angka-angka yang disebutkan
-klien tidak mendengar secara jelas
detak jarum jam pada jarak 1-2 inchi
b. uji ritme
hasil : klien tidak mendengarkan
adnya getaran garpu tala dan tidak jelas mendengar adnya bunyi dan saat bunyi
menghilang.
F. Penatalaksanaan
1. Membersihkan
liang telinga dengan penghisap atau kapas dengan hati-hati. Penilaian terhadap secret,oedema dinding
kanalis dan membrane timpani bila memungkinkan.
2. Terapi antibiotika local, topical dan sistemik
3. Terapi
analgetik
G. Pemeriksaan
Diagnostik
a) Audiometri
Audiometri dapat mengukur penurunan fungsi pendengaran secara tepat, yaitu dengan menggunakan suatu alat elektronik (audiometer) yang menghasilkan suara dengan ketinggian dan volume tertentu. Ambang pendengaran untuk serangkaian nada ditentukan dengan mengurangi volume dari setiap nada sehingga penderita tidak lagi dapat mendengarnya.
Telinga kiri dan telinga kanan diperiksa secara terpisah. Untuk mengukur pendengaran melalui hantaran udara digunakan earphone, sedangkan untuk mengukur pendengaran melalui hantaran tulang digunakan sebuah alat yang digetarkan, yang kemudian diletakkan pada prosesus mastoideus.
Audiometri dapat mengukur penurunan fungsi pendengaran secara tepat, yaitu dengan menggunakan suatu alat elektronik (audiometer) yang menghasilkan suara dengan ketinggian dan volume tertentu. Ambang pendengaran untuk serangkaian nada ditentukan dengan mengurangi volume dari setiap nada sehingga penderita tidak lagi dapat mendengarnya.
Telinga kiri dan telinga kanan diperiksa secara terpisah. Untuk mengukur pendengaran melalui hantaran udara digunakan earphone, sedangkan untuk mengukur pendengaran melalui hantaran tulang digunakan sebuah alat yang digetarkan, yang kemudian diletakkan pada prosesus mastoideus.
b)
Audiometri Ambang bicara
Audiometri
ambang bicara mengukur seberapa keras suara harus diucapkan supaya bisa
dimengerti. Kepada penderita diperdengarkan kata-kata yang terdiri dari 2 suku
kata yang memiliki aksentuasi yang sama, pada volume tertentu.Dilakukan
perekaman terhadap volume dimana penderita dapat mengulang separuh kata-kata
yang diucapkan dengan benar.
c) Timpanometri
Timpanometri merupakan sejenis audiometri, yang mengukur impedansi (tahanan terhadap tekanan). Timpanometri digunakan untuk membantu menentukan penyebab dari tuli konduktif.
Prosedur in tidak memerlukan partisipasi aktif dari penderita dan biasanya digunakan pada anak-anak.Timpanometer terdiri dari sebuah mikrofon dan sebuah sumber suara yang terus menerus menghasilkan suara dan dipasang di saluran telinga.Dengan alat ini bisa diketahui berapa banyak suara yang melalui telinga tengah dan berapa banyak suara yang dipantulkan kembali sebagai perubahan. .
Timpanometri merupakan sejenis audiometri, yang mengukur impedansi (tahanan terhadap tekanan). Timpanometri digunakan untuk membantu menentukan penyebab dari tuli konduktif.
Prosedur in tidak memerlukan partisipasi aktif dari penderita dan biasanya digunakan pada anak-anak.Timpanometer terdiri dari sebuah mikrofon dan sebuah sumber suara yang terus menerus menghasilkan suara dan dipasang di saluran telinga.Dengan alat ini bisa diketahui berapa banyak suara yang melalui telinga tengah dan berapa banyak suara yang dipantulkan kembali sebagai perubahan. .
d) Elektrokokleografi
Elektrokokleografi digunakan untuk mengukur aktivitas koklea dan saraf pendengaran.
Kadang pemeriksaan ini bisa membantu menentukan penyebab dari penurunan fungsi pendengaran.
Elektrokokleografi digunakan untuk mengukur aktivitas koklea dan saraf pendengaran.
Kadang pemeriksaan ini bisa membantu menentukan penyebab dari penurunan fungsi pendengaran.
H. Pengobatan
Pengobatan untuk penurunan fungsi pendengaran tergantung
kepada penyebabnya.
Jika penurunan fungsi pendengaran konduktif disebabkan oleh adanya cairan di telinga tengah atau kotoran di saluran telinga, maka dilakukan pembuangan cairan dan kotoran tersebut.
Jika penyebabnya tidak dapat diatasi, maka digunakan alat bantu dengar atau kadang dilakukan pencangkokan koklea.
Jika penurunan fungsi pendengaran konduktif disebabkan oleh adanya cairan di telinga tengah atau kotoran di saluran telinga, maka dilakukan pembuangan cairan dan kotoran tersebut.
Jika penyebabnya tidak dapat diatasi, maka digunakan alat bantu dengar atau kadang dilakukan pencangkokan koklea.
a.
Alat
bantu
Alat
bantu dengar merupakan suatu alat elektronik yang dioperasikan dengan batere,
yang berfungsi memperkuat dan merubah suara sehingga komunikasi bisa berjalan
dengan lancar. Alat bantu dengar terdiri dari:
Ø Sebuah mikrofon untuk menangkap suara
Ø Sebuah amplifiar untuk meningkatkan volume suara
Ø Sebuah speaker untuk menghantarkan suara yang volumenya
telah dinaikan
Berdasarkan hasil tes fungsi pendengaran, seorang audiologisbisa
menentukan apakah penderita sudah memerlukan alat bantu dengar atau belum
(audiologis adalah seorang profesional kesehatan yang ahli dalam mengenali dan
menentukan beratnya gangguan fungsi pendengaran).
b.
Pencangkokan
koklea
Pencangkokan koklea (implan koklea) dilakukan pada penderita tuli berat yang tidak dapat mendengar meskipun telah menggunakan alat bantu dengar.
Alat ini dicangkokkan di bawah kulit di belakang telinga
dan terdiri dari 4 bagian:
1. Sebuah mikrofon untuk menangkap suara dari sekitar
2. Sebuah prosesor percakapan yang
berfungsi memilih dan mengubah suara yang tertangkap oleh mikrofon
3. Sebuah transmitter dan stimulator
atau penerima yang berfungsi menerima sinyal dari prosesor percakapan dan
merubahnya menjadi gelombang listrik
4. Elektroda berfungsi mengumpulkan
gelombang dari stimulator dan mengirimnya ke o
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN
- Pengkajian
Perawat perlu
melakukan anamnesa dari keluhan klien seperti :
Nyeri saat
pinna (aurikula) dan tragus bergerak
1. Nyeri
pada liang tengah
2).Telinga terasa
tersumbat
3). Perubahan
pendengaran
4). Keluar cairan
dari telinga yang berwarna kehijauan
Riwayat
kesehatan yang perlu ditanyakan kepada klien diantaranya :
1). Kapan keluhan nyeri terasa oleh klien
2). Apakah klien dalam waktu dekat lalu berenang
dilaut,kolam renang
Ataukah danau
3). Apakah klien
sering mengorek-ngorek telinga sehingga mengakibatkan nyeri setelah dibersihkan
4). Apakah klien
pernah mengalmi trauma terbuka pada liang telinga akibat terkena benturan
sebelumnya
- Diagnosa keperawatan
- Gangguan komunikasi verbal b.d degenerasi tulang-tulang pendengaran bagian dalam
- Harga Diri b.d Fungsi Pendengaran Menurun
- Kurang aktivitas b.d menarik diri lingkungan
C.
Intervensi
Diagnosa keperawatan 1
Gangguan komunikasi verbal b.d degenerasi tulang-tulang
pendengaran bagian dalam
1. Tujuan
Komunikasi
verbal klien berjalan baik
Kriteria hasil:
Dalam 1 hari klien dapat :
1.
Menerima pesan melalui metode alternative
2.
Mengerti apa yang diungkapkan
3.
Memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan untuk berkomunikasi
4.
Menggunakan alat bantu dengar dengan cara yang tepat
Diagnosa keperawatan II
Harga Diri b.d Fungsi Pendengaran Menurun
Tujuan:
Klien dapat menerima keadaan
dirinya
Kriteria hasil
Secara bertahap klien dapat :
1.
Mengenai perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri
2.
Berhubungan sosial dengan orang lain
3.
Mendapat dukungan keluarga mengembangkan kemampuan klien untuk b.d orang lain
4.
Membina hubungan saling percaya dengan perawat
Intervensi:
1.
Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
2.
Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab klien tidak
mau bergaul / menarik diri
3.
Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang mungkin
4.
Beri pujian thd kemampuan klien mengungkapkan perasaan
5.
Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan dan kerugian dari perilaku
menarik diri
6.
Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain
7.
Bina hubungan saling percaya dengan klien
Diagnosa keperawatan III
Kurang aktivitas b.d menarik diri
lingkungan
Tujuan:
\ Klien dapat melakukan
aktivitas tanpa kesulitan
Kriteria hasil
Secara bertahap klien dapat :
1.
Menceritakan perasaan-perasaan bosan
2.
Melaporkan adanya peningkatan dalam aktivitas yang menyenangkan
3.
Menceritakan metoda koping thd perasaan marah atau depresi yang disebabkan koleh
kebosanan
2.
Intervensi / rencana tindakan
a.gangguan komunikasi verbal
tindakan / intervensi
1.
Kaji tingkat kemampuan klien dalam penerimaan pesan
2.
Periksa apakah ada serumen yang menganggu pendengaran
3.
Bicara dengan pelan dan jelas
4.
Gunakan alat tulis pada waktu menyampaikan pesan
5.
Beri dan ajarkan klien pada penggunaan alat bantu dengar
6.
Pastikan alat bantu dengar berfungsi dengan baik
7.
Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan telinga
Intervensi:
1.
Beri motivasi untuk dapat saling berbagi perasaan dan pengalaman
2.
Bantu klien untuk mengatasi perasaan marah dari berduka
3.
Variasikan rutinitas sehari-hari
4.
Libatkan individu dalam merencanakan rutinitas sehari-hari
5.
Rencanakan suatu aktivitas sehari-hari
6.
Berikan alat bantu dalam melakukan aktivitas
D.
Implementasi
Pelaksanaan intervensi
E.
Evaluasi
Tidak dapat dilakukan karena tidak ada pasien
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketulian
disebabkan karena virus Toxoplasma Rubella atau campak, Herpes, dan Sipilis.
Terkadang kedua orang tua tidak menyadari bahwa dirinya telah mengidap virus
tersebut sehingga
menyebabkan ketulian pada anaknya kelak.
Ketulian juga bisa dialami ketika anak pada masa pertumbuhan, misalnya pada saat lahir, anak lahir normal hanya saja menjelang usia 10 tahun ia mengalami sakit sehingga diberikan obat dengan dosis tinggi sehingga menyerang telinganya.
Ketulian juga bisa dialami ketika anak pada masa pertumbuhan, misalnya pada saat lahir, anak lahir normal hanya saja menjelang usia 10 tahun ia mengalami sakit sehingga diberikan obat dengan dosis tinggi sehingga menyerang telinganya.
Jadi ada gangguan pendengaran karena
obat-obatan yang memiliki efek samping menyebabkan ketulian. Seperti pil kina
juga mempunyai pengaruh yang besar pada telinga, maupun aspirin juga terbilang
rawan, oleh karena
Itu harus hati-hati bila digunakan.
Faktor
genetik juga bisa mempengaruhi, misalnya kedua orang tuanya normal, namun kakek
dan neneknya memiliki riwayat pernah mengalami ketulian. Hal ini bisa berdampak
pada anak. Anak terlahir dengan disedot, vakum, Caesar juga bisa merusak
saraf pendengaran. Jika anak mengalami tuli saraf, tentu tidak bisa
disembuhkan, hanya bisa di bantu dengan alat bantu dengar semata.
B. Saran
1.
Mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan program yang mengajarkan tentang Asuhan
Keperawatan tentang Gangguan pendengaran (TULI).
2.
Pembaca diharapkan bisa memahami pembahasan Asuhan Keperawatan tentang Gangguan pendengaran.
3. Para
pemimbing atau pengajar diharapkan mampu memberikan pendidikan kesehatan secara
lebih detail tentang Gangguan pendengaran.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth (2002),keperawatan medical
bedah.Edisi 8.EGC.Jakarta
Drs.H.Syaifuddin, AMK.Anatomi
Fisiologi.Edisi 3.EGC.Jakarta.
www.Akibat kehilangan
pendengaran.com
No comments:
Post a Comment