LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
GANGGUAN MUSKULOSKELETAL
DI RUANG BEDAH F RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
DR. SOETOMO SURABAYA
PERIODE TANGGAL : 8 APRIL 2002 S/D 12 APRIL 2002
________________________________________
ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL
________________________________________
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Sistem muskuloskeletal meliputi tulang, sendi, otot dan jaringan konektif yang berhubungan (kartilago, tendon dan ligamen).
SISTEM RANGKA
Dipelihara oleh “Sistem Haversian” yaitu sistem yang berupa rongga yang di tengahnya terdapat pembuluh darah.
Terjadi proses pembentukan jaringan tulang baru dan reabsorpsi jaringan tulang yang telah rusak.
FUNGSI TULANG
1. Menyokong memberikan bentuk
2. Melindungi organ vital.
3. Membantu pergerakan.
4. Memproduksi sel darah merah pada sumsum.
5. Penyimpanan garam mineral.
PEMBAGIAN TULANG
1. Tulang axial ( tulang pada kepala dan badan)
Seperti : tl. tengkorak, tl. vertebrae, tl. rusuk dan sternum.
2. Tulang appendicular (tulang tangan dan kaki)
Seperti : extremitas atas (scapula, klavikula, humerus, ulna, radius, telapak tangan), extremitas bawah (pelvis, femur, patela, tibia, fibula, telapak kaki)
HISTOLOGI TULANG
Ada 2 tipe tulang : a. Kompaktum → kuat, tebal, padat.
b. Kankellous → lebih kopong, renggang
Di antara lapisan tersebut terdapat ruang kecil → “lacuna”
Cairan yang mengisi “Osteocyte”
Osteocyte adalah sel pembentuk tulang.
Osteoblast (sel pembentuk) dan osteoclast (reabsorbsi tulang).
Suplai darah pada tulang didapat dari arteriole sepanjang kanal Haversin.
Tulang juga dipersyarafi oleh syaraf-syaraf.
KLASIFIKASI TULANG BERDASARKAN BENTUKNYA
1. Tulang panjang (tl. humerus, radius), mengandung epifisis, kartilago artikular, diafisis, periosteum dan rongga medular.
Epifisis : Terletak di pangkal tulang panjang. Pada bagian ini otot berhubungan dengan tulang dan membuat sendi menjadi stabil.
Kartilage artikular : Membungkus pangkal tulang panjang dan membuat permukaan tulang panjang menjadi halus.
Diafisis : Bagian tulang panjang yang utama memberikan struktural pada tubuh.
Metafisis : Bagian tulang yang mengembang di antara epifisis dan diafisis.
Periosteum : Jaringan konektif fibrosa yang membungkus tulang.
R. medular : Terletak di tengah-tengah diafisis.
2. Tulang pendek seperti karpal, tarsal
3. Tulang pipih, melindungi organ tubuh dan sebagai tempat melekatnya otot.
4. Tulang sesamoid, bentuknya kecil, melingkar, berhubungan dengan sendi dan melindungi tendon, seperti patela.
SISTEM ARTIKULAR
Artikulasi/persendian : hubungan antara dua tulang atau lebih.
Namun tidak semua persendian dapat melakukan pergerakan :
1) Synarthrosis :
- Sendi yang tidak dapat melakukan pergerakan sama sekali
2) Amphiarthrosis :
- Sendi dengan pergerakan sedikit/terbatas, seperti tl. simphisis pubis
3) Diarthrosis ( Sendi Sinovial )
- Sendi dapat bergerak bebas.
- Sendi ini mengandung :
a. Rongga artikular (ruang dengan membran sinovial, memproduksi cairan sinovial untuk melicinkan sendi)
b. Ligamen
c. Kartilago
- Sendi ini dapat melakukan gerakan :
a. Protraksi (gerakan bagian tubuh ke arah depan/maju seperti pergerakan mandibula)
b. Fleksi/ekstensi dll.
SISTEM MUSKULAR
40-50 % BB manusia.
Pergerakan terjadi karena adanya kontraksi.
Tipe-tipe otot :
1) Otot jantung
2) Otot polos
3) Otot lurik atau rangka.
KARTILAGE
Kartilage adalah jaringan konektif yang tebal yang dapat menahan tekanan.
Kartilage umum terdapat pada tulang embrio
Umumnya kartilage ini berubah secara bertahap menjadi tulang dengan proses ossifikasi tetapi beberapa kartilage tidak berubah setelah dewasa..
LIGAMEN DAN TENDON
Ligamen dan tendon tersusun dari jaringan konektif fibrosa yang tebal, mengandung serabut kolagen dalam jumlah yang sangat besar. Tendon menghubungkan otot ke tulang.
Tendon merupakan perpanjangan dari pembungkus otot yang berhubungan langsung dengan periosteum.
Ligamen menghubungkan tulang dan sendi dan memberikan kestabilan pada saat pergerakan.
________________________________________
FRAKTUR
________________________________________
DEFINISI :
Hilangnya kesinambungan substansi tulang dengan atau tanpa pergeseran fragmen-fragmen fraktur.
Terputusnya hubungan/kontinuitas jaringan tulang.
SEBAB :
a. Trauma :
• Langsung (kecelakaan lalulintas)
• Tidak langsung (jatuh dari ketinggian dengan posisi berdiri/duduk sehingga terjadi fraktur tulang belakang )
b. Patologis : Metastase dari tulang
c. Degenerasi
d. Spontan : Terjadi tarikan otot yang sangat kuat.
JENIS FRAKTUR
a. Menurut jumlah garis fraktur :
• Simple fraktur (terdapat satu garis fraktur)
• Multiple fraktur (terdapat lebih dari satu garis fraktur)
• Comminutive fraktur (banyak garis fraktur/fragmen kecil yang lepas)
b. Menurut luas garis fraktur :
• Fraktur inkomplit (tulang tidak terpotong secara langsung)
• Fraktur komplit (tulang terpotong secara total)
• Hair line fraktur (garis fraktur hampir tidak tampak sehingga tidak ada perubahan bentuk tulang)
c. Menurut bentuk fragmen :
• Fraktur transversal (bentuk fragmen melintang)
• Fraktur obligue (bentuk fragmen miring)
• Fraktur spiral (bentuk fragmen melingkar)
d. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar :
• Fraktur terbuka (fragmen tulang menembus kulit), terbagi 3 :
I. Pecahan tulang menembus kulit, kerusakan jaringan sedikit, kontaminasi ringan, luka <1 cm.
II. Kerusakan jaringan sedang, resiko infeksi lebih besar, luka >1 cm.
III. Luka besar sampai ± 8 cm, kehancuran otot, kerusakan neurovaskuler, kontaminasi besar.
• Fraktur tertutup (fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar)
TANDA KLASIK FRAKTUR
1. Nyeri
2. Deformitas
3. Krepitasi
4. Bengkak
5. Peningkatan temperatur lokal
6. Pergerakan abnormal
7. Ecchymosis
8. Kehilangan fungsi
9. Kemungkinan lain.
PATOFISIOLOGI
Fraktur
↓
Periosteum, pembuluh darah di kortek
dan jaringan sekitarnya rusak
↓
• Perdarahan
• Kerusakan jaringan di ujung tulang
↓
Terbentuk hematom di canal medula
↓
Jaringan mengalami nekrosis
↓
Nekrosis merangsang terjadinya peradangan, ditandai :
1. Vasodilatasi
2. Pengeluaran plasma
3. Infiltrasi sel darah putih
TAHAP PENYEMBUHAN TULANG
1. Haematom :
Dalam 24 jam mulai pembekuan darah dan haematom
Setelah 24 jam suplay darah ke ujung fraktur meningkat
Haematom ini mengelilingi fraktur dan tidak diabsorbsi selama penyembuhan tapi berubah dan berkembang menjadi granulasi.
2. Proliferasi sel :
Sel-sel dari lapisan dalam periosteum berproliferasi pada sekitar fraktur
Sel ini menjadi prekusor dari osteoblast, osteogenesis berlangsung terus, lapisan fibrosa periosteum melebihi tulang.
Beberapa hari di periosteum meningkat dengan fase granulasi membentuk collar di ujung fraktur.
3. Pembentukan callus :
Dalam 6-10 hari setelah fraktur, jaringan granulasi berubah dan terbentuk callus.
Terbentuk kartilago dan matrik tulang berasal dari pembentukan callus.
Callus menganyam massa tulang dan kartilago sehingga diameter tulang melebihi normal.
Hal ini melindungi fragmen tulang tapi tidak memberikan kekuatan, sementara itu terus meluas melebihi garis fraktur.
4. Ossification
Callus yang menetap menjadi tulang kaku karena adanya penumpukan garam kalsium dan bersatu di ujung tulang.
Proses ossifikasi dimulai dari callus bagian luar, kemudian bagian dalam dan berakhir pada bagian tengah
Proses ini terjadi selama 3-10 minggu.
5. Consolidasi dan Remodelling
Terbentuk tulang yang berasal dari callus dibentuk dari aktivitas osteoblast dan osteoklast.
KOMPLIKASI
1. Umum :
Shock
Kerusakan organ
Kerusakan saraf
Emboli lemak
2. D i n i :
Cedera arteri
Cedera kulit dan jaringan
Cedera partement syndrom.
3. Lanjut :
Stffnes (kaku sendi)
Degenerasi sendi
Penyembuhan tulang terganggu :
o Mal union
o Non union
o Delayed union
o Cross union
TATA LAKSANA
1. Reduksi untuk memperbaiki kesegarisan tulang (menarik).
2. Immobilisasi untuk mempertahankan posisi reduksi, memfasilitasi union :
Eksternal → gips, traksi
Internal → nail dan plate
3. Rehabilitasi, mengembalikan ke fungsi semula.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Riwayat perjalanan penyakit.
2. Riwayat pengobatan sebelumnya.
3. Pertolongan pertama yang dilakukan
4. Pemeriksaan fisik :
Identifikasi fraktur
Inspeksi
Palpasi (bengkak, krepitasi, nadi, dingin)
Observasi spasme otot.
5. Pemeriksaan diagnostik :
Laboratorium (HCt, Hb, Leukosit, LED)
RĂ–
CT-Scan
6. Obat-obatan : golongan antibiotika gram (+) dan gram (-)
Penyakit yang dapat memperberat dan mempermudah terjadinya fraktur :
a. Osteomyelitis acut
b. Osteomyelitis kronik
c. Osteomalacia
d. Osteoporosis
e. Gout
f. Rhematoid arthritis
PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
DATA SUBYEKTIF
Data biografi
Adanya nyeri, kekakuan, kram, sakit pinggang, kemerahan, pembengkakan, deformitas, ROM, gangguan sensasi.
Cara PQRST :
o Provikatif (penyebab)
o Quality (bagaimana rasanya, kelihatannya)
o Region/radiation (dimana dan apakah menyebar)
o Severity (apakah mengganggu aktivitas sehari-hari)
o Timing (kapan mulainya)
Pengkajian pada sistem lain
o Riwayat sistem muskuloskeletal, tanyakan juga tentang riwayat kesehatan masa lalu.
o Riwayat dirawat di RS
o Riwayat keluarga, diet.
o Aktivitas sehari-hari, jenis pekerjaan, jenis alas kaki yang digunakan
o Permasalahan dapat saja baru diketahui setelah klien ganti baju, membuka kran dll.
DATA OBYEKTIF
Inspeksi dan palpasi ROM dan kekuatan otot
Bandingakan dengan sisi lainnya.
Pengukuran kekuatan otot (0-5)
Duduk, berdiri dan berjalan kecuali ada kontra indikasi.
Kyposis, scoliosis, lordosis.
PROSEDUR DIAGNOSTIK
1. X-ray dan radiography
2. Arthrogram (mendiagnosa trauma pada kapsul di persendian atau ligamen). Anestesi lokal sebelum dimasukkan cairan kontras/udara ke daerah yang akan diperiksa.
3. Lamnograph (untuk mengetahui lokasi yang mengalami destruksi atau mengevaluasi bone graf).
4. Scanograph (mengetahui panjang dari tulang panjang, sering dilakukan pada anak-anak sebelum operasi epifisis).
5. Bone scanning (cairan radioisotop dimasukkan melalui vena, sering dilakukan pada tumor ganas, osteomyelitis dan fraktur).
6. MRI
7. Arthroscopy (tindakan peneropongan di daerah sendi)
8. Arthrocentesis (metode pengambilan cairan sinovial)
MASALAH-MASALAH YANG UMUM TERJADI
1. Gangguan dalam melakukan ambulasi.
• Berdampak luas pada aspek psikososial klien.
• Klien membutuhkan imobilisasi → menyebabkan spasme otot dan kekakuan sendi
• Perlu dilakukan ROM untuk menguragi komplikasi :
- Kaki (fleksi, inverse, eversi, rotasi)
- Pinggul (abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, rotasi)
- Lutut (ekstensi)
- Jari-jari kaki (ektensi, fleksi)
2. Nyeri; tindakan keperawatan :
• Merubah posisi pasien
• Kompres hangat, dingin
• Pemijatan
• Menguragi penekanan dan support social
• Apabila nyeri di sendi, perlu dikaji :
- Kejadian sebelum terjadinya nyeri
- Derajat nyeri pada saat nyeri pertama timbul
- Penyebaran nyeri
- Lamanya nyeri
- Intensitas nyeri, apakah menyertai pergerakan
- Sumber nyeri
- Hal-hal yang dapat mengurangi nyeri.
3. Spasme otot
• Spasme otot (kram/kontraksi otot involunter)
• Spasme otot dapat disebabkan iskemi jaringan dan hipoksia.
• Tindakan keperawatan :
a. Rubah posisi
b. Letakkan guling kecil di bawah pergelangan kaki dan lutut
c. Berikan ruangan yang cukup hangat
d. Hindari pemberian obat sedasi berat → dapat menurunkan aktivitas pergerakan selama tidur
e. Beri latihan aktif dan pasif sesuai program
INTERVENSI
1. Istirahat
• Istirahat adalah intervensi utama
• Membantu proses penyembuhan dan meminimalkan inflamasi, pembengkakan dan nyeri.
• Pemasangan bidai/gips.
2. Kompres hangat
• Rendam air hangat/kantung karet hangat
• Diikuti dengan latihan pergerakan/pemijatan
• Dampak fisiologis dari kompres hangat adalah :
o Perlunakan jaringan fibrosa
o Membuat relaks otot dan tubuh
o Menurunkan atau menghilangkan nyeri
o Meningkatkan suplai darah/melancarkan aliran darah.
3. Kompres dingin
• Metoda tidak langsung seperti cold pack
• Dampak fisiologis adalah vasokonstriksi dan penerunan metabolic
• Membantu mengontrol perdarahan dan pembengkakan karena trauma
• Nyeri dapat berkurang, dapat menurunkan aktivitas ujung saraf pada otot
• Harus hati-hati, dapat menyebabkan jaringan kulit nekrosis
• Tidak sampai > 30 menit.
TRAKSI
________________________________________
PRINSIP PEMASANGAN TRAKSI
1. Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik.
2. Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat agar reduksi dapat dipertahankan.
3. Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus.
4. Traksi dapat bergerak bebas melalui katrol.
5. Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai.
6. Traksi yang dipasang harus baik dan terasa nyaman.
KEUNTUNGAN PEMAKAIAN TRAKSI
1. Menurunkan nyeri spasme
2. Mengoreksi dan mencegah deformitas
3. Mengimobilisasi sendi yang sakit
KERUGIAN PEMAKAIAN TRAKSI
1. Perawatan RS lebih lama
2. Mobilisasi terbatas
3. Penggunaan alat-alat lebih banyak.
BEBAN TRAKSI
1. Dewasa = 5 - 7 Kg
2. Anak = 1/13 x BB
MACAM-MACAM PEMAKAIAN TRAKSI
1. Traksi kulit/skin traksi
• Penarikan tulang yang patah melalui kulit dengan menggunakan skin traksi, plester
• Ex. : traksi Buck, traksi Bryant.
2. Traksi tulang/traksi skeletal
• Penarikan tulang yang mengalami fraktur melalui tulang
• Ex. : traksi Russel
JENIS TRAKSI
1. Traksi kulit Buck’s
• Traksi yang paling sederhana dan dipasang untuk jangka waktu yang pendek.
• Indikasi :
o Untuk mengistirahatkan sendi lutut pasca trauma sebelum dioperasi
o Digunakan pada anak.
• Komplikasi :
o Perban elastis dapat mengganggu sirkulasi
o Timbul alergi kulit
o Dapat timbul ulserasi akibat tekanan pada maleolus
o Pada lansia, traksi yang berlebihan dapat merusak kulit yang rapuh.
2. Traksi Russell’s
• Modifikasi dari traksi Buck’s
• Digunakan untuk fraktur lutut
• Digunakan pada orang dewasa
• Komplikasi :
o Perlu bedrest → decubitus, pneumoni
o Penderita bergerak, beban turun → traksi tidak adekuat
o Infeksi
3. Cervical traksi
• Digunakan pada fraktur cervical, maxillaries, clavicula
• Beban 4-6 pounds
• Komplikasi :
o Dapat terjadi gangguan integritas kulit
o Alergi
o Klien tidak nyaman dan melelahkan
4. Pelvic traksi
• Digunakan pada dislokasi dan fraktur pelvis, fraktur tulang belakang
DETEKSI DINI KOMPLIKASI
• Yang mungkin terjadi pada fraktur
1. Emboli paru, gejala :
o Nyeri dada
o Dispnea
o Nadi cepat dan lemah
2. Emboli lemak → ss. Tulang dan kerusakan jaringan
↓
system pernapasan
↓
- perubahan status mental
- tacycardi
3. Ganggren → infeksi anaerob → bakteri Clostridium welchii
Gejala : gg. mental, demam, TD↓, RR ↑
________________________________________
G I P S
________________________________________
INDIKASI
1. Immobilisasi dan penyangga fraktur
2. Stabilisasi dan istirahatkan
3. Koreksi deformitas
4. Mengurangi aktivitas pada pada daerah yang terinfeksi
5. Membuat cetakan tubuh orthotik
• Gips yang ideal adalah dapat membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh.
• Penggunaan gips sesudah operasi lebih memungkinkan klien untuk mobilisasi dari pada pasien ditraksi.
YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA PEMASANGAN GIPS
1. Gips yang pas tidak akan menyebabkan perlukaan
2. Gips patah tidak bisa digunakan
3. Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien.
4. Sebelum pemasangan perlu dicatat apabila ada luka
5. Untuk mencegah masalah pada gips :
• Jangan merusak atau menekan gips
• Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips/menggaruk.
• Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama.
WINDOWS
Dilakukan untuk :
1. Memeriksa luka
2. Membuka jahitan
3. Memeriksa adanya penekanan
4. Membuang/mengangkat benda asing
5. mengurangi penekanan.
PEMBUKAAN
1. Dibuat garis terlebih dahulu
2. Mata gergaji hanya memotong benda yang keras
3. Pemotongan dihentikan bila pasien merasa kepanasan
4. Selama pemotongan, mata gergaji ditekan dengan lembut
5. Pada saat memotong, anggota ekstremitas harus disangga.
6. Cuci dan keringkan, beri pelembab
7. Ajarkan aktivitas bertahap.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Linda Jual. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan (terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume II (terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Waktu : 8 April 2002
Tempat : Ruang Bedah F Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo.
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Suparno
Umur : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SR
Alamat : Kertajaya 2 A/3 Surabaya.
Tanggal MRS : 4 April 2002 jam 10.30 WIB.
Cara Masuk : Lewat Instalasi Rawat Darurat RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Diagnosa Medis : Gangguan Otak Ringan + Clost Fraktur Collum Femur Sinistra + Hematome Frontal dan temporal kanan.
Alasan Dirawat : Untuk observasi dan akan dilakukan operasi.
Keluhan Utama : Patah tulang pada pangkal paha sebelah kiri
Upaya yang telah dilakukan : Setelah kejadian tanggal 4 April 2002 jam 10.00 WIB. Klien dibawa ke IRD Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya
Terapi/operasi yang pernah dilakukan : Dipasang skin traksi
2. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Kepala klien dipukul dengan benda tumpul. Luka robek pada pelipis kiri. Nyeri pada kepala sebelah kiri dan panggul kiri, Pingsan + 10 menit.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Klien tidak pernah menderita penyakit yang kronis.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa tidak ada keluarganya yang mengalami penderitaan seperti yang dideritanya sekarang ini.
4) Keadaan Kesehatan Lingkungan
Klien mengatakan bahwa Lingkungan rumah tempat tinggal cukup bersihdan nyama.
5) Riwayat Kesehatan Lainnya
Alat bantu yang dipakai (-).
3. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan Umum baik
2) Tanda-tanda vital
Suhu : 36,8 0C
Nadi : 120 X/menit. Kuat dan teratur
Tekanan darah : 140/80 mmHg.
Respirasi : 20 x/menit
3) Body Systems
(1) Pernafasan (B 1 : Breathing)
Frekuensi 20 x/menit, Irama teratur, tidak terlihat gerakan cuping hidung, tidak terlihat Cyanosis, tidak terlihat keringat pada dahi, Kesimpulan hasil thorax foto : normal
(2) Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Nadi 120 X/menit kuat dan teratur, tekanan darah 140/80 mmHg, Suhu 36,8 0C, perfusi hangat. Cor S1 S2 tunggal reguler, ekstra sistole/murmur tidak ada
Kesimpulan Hasil ECG : normal
(3) Persyarafan (B 3 : Brain)
Tingkat kesadaran (GCS) Membuka mata : Spontan (4)
Verbal : Orientasi baik (5)
Motorik : Menurut perintah (6)
Compos Mentis : Pasien sadar baik
(4) Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)
Jumlah urine 1200 cc/24 jam, warna urine kuning pekat,
Genital Hygiene cukup bersih.
(5) Perkemihan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Peristaltik normal, tidak kembung, tidak terdapat obstipasi maupun diare, klien buang air besar 1 X/hari
(6) Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus
Kesimpulan hasil foto femur sinistra : tampak clost fraktur collum femur sinistra.
Pola aktivitas sehari-hari
(1) Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup Sehatan
Klien jarang menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan, kecuali bila sangat terpaksa Klien terbiasa meminum jamu-jamuan dan obat-obat tradisional.
(2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Klien dirumah biasa makan 3 X/hari dengan lauk yang cukup.Klien tidak alergi makanan tertentu. Saat ini klien selalu menghabiskan porsi makanan yang diberikan dan minum air putih sekitar 2 – 3 liter perhari.
(3) Pola Eliminasi
Klien buang air besar 1 X/hari.
Klien buang air kecil sering, Jumlah urine 1200 cc/24 jam, warna urine kuning pekat.
(4) Pola Aktivitas dan latihan
Klien biasanya bekerja diluar rumah, tapi saat ini klien hanya beristirahat di Rumah Sakit sambil menunggu rencana operasi.
(5) Pola tidur.dan Istirahat
Klien kurang tidur baik pada waktu siang maupun malam hari. Klien tampak terganggu dengan kondisi ruang perawatan yang ramai.
(6) Pola Kognitif dan Perseptual
Klien mampu melihat dan mendengar dengan baik, klien tidak mengalami disorientasi.
(7) Pola Persepsi Dan Konsep Diri
Klien mengalami cemas karena Kurangnya pengetahuan tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.
(8) Pola Hubungan dan Peran
Hubungan dengan keluarga, teman kerja maupun masyarakat di sekitar tempat tinggalnya biasa sangat baik dan akrab.
(9) Pola Reproduksi Seksual
Selama terpasang skin traksi Klien tidak dapat melakukan hubungan seksual seperti biasanya.
(10) Pola Penanggulangan Stress
Klien merasa sedikit stress menghadapi tindakan operasi. karena kurangnya pengetahuan tentang Type pembedahan dan Jenis anesthesi.
(11) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Terpasangnya skin traksi memerlukan adaptasi klien dalam menjalankan ibadahnya.
(12) Personal Higiene
Kebiasaan di rumah klien mandi 2 X/hari, gosok gigi 2 X/hari, dan cuci rambut 1 X/minggu.
(13) Ketergantungan
Klien tidak perokok, tidak minum-minuman yang mengandung alkohol.
Aspek Psikologis
Klien terkesan takut akan penyakitnya, merasa terasing dan sedikit stress menghadapi tindakan operasi.
Aspek Sosial/Interaksi
Hubungan dengan keluarga, teman kerja maupun masyarakat di sekitar tempat tinggalnya biasa sangat baik dan akrab. Saat ini klien terputus dengan dunia luar, kehilangan pencari nafkah (bagi keluarganya), biaya mahal.
Aspek Spiritual
Klien dan keluarganya sejak kecil memeluk agama islam, ajaran agama dijalankan setiap saat. Klien sangat aktif menjalankan ibadah sholat 5 waktu sehari dan aktif mengikuti kegiatan agama yang diselenggarakan oleh masjid di sekitar rumah tempat tinggalnya maupun oleh masyarakat setempat.
Saat ini klien merasa tergangguan pemenuhan kebutuhan spiritualnya
4. DIAGNOSTIC TEST
Laboratoriun
DL
Leuko : 9.700 (L 4.700 – 10.300 P 4.500 – 11.300).
Ery : 4,5 (L 4,33 – 5,95 P 3,9 – 4,5).
Hb : 13,5 mg/dl (L 13,4 – 17,7 P 11,4 – 15,1).
PCV : 37,1 % (L 40 – 47 P 38 – 42).
MCV : 82 Fl (80 – 93).
MCH : 30,1 Pg (27 – 31).
MCHC : 36,4 g/dl (32 – 36).
Trombo : 203 (150 – 350).
Diff
Eos : 3 (1 – 2).
Baso : (0 – 1).
Stab : (3 – 5).
Seg : 70 (54 – 62).
Lym : 25 (25 – 33).
Mono : 2 (3 – 7).
LED : 18 mm/jam (L 15 P 20).
PPT : 12,9 C : 11,0 (+/- 2 detik dari C).
KPTT : 33,1 C : 31,2 (+/- 7 detik dari C).
Fungsi Ginjal :
BUN : 10 mg/dl (9 – 18).
Serum Creatinin : 1,1 mg/dl (L 1,52 P 1,19).
Fungsi Hati :
SGOT : 76 U/L (L 37 P 31).
SGPT : 23 U/L (L 40 P 31).
Bilirubin
Direk : 0,25 mg/dl ( 0,25 mg/dl).
Indirek : 0,61 mg/dl ( 0,75 mg/dl).
Total : 0,86 ( 1,00 mg/dl).
BSN : 98 mg/dl ( 140 mg/dl).
2 jam pp : 43 mg/dl ( 120 mg/dl).
Kalium : 4 mmol/l (3,5 – 5,2 mmol/l).
Natrium : 140 mmol/l (135 – 146 mmol/l).
Albumin : 3,4 gr/dl (3,2 – 3,5 gr/dl).
5. ANALISA DAN SINTESA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
S : Klien mengatakan Nyeri pada pangkal paha sebelah kiri pada saat digerakkan
O : Bengkak pada lokasi fraktur
Spasme otot
geseran/pergerakan fragmen tulang Gangguan rasa nyaman (nyeri)
O : Daerah perifer pucat/sianosis.
Pengisian kapiler daerah yang trauma > 5 detik.
Daerah perifer dingin.
berkurangnya aliran darah akibat adanya trauma jaringan/tulang Gangguan perfusi perifer
S : Klien mengatakan sedikit stress menghadapi tindakan operasi
Klien mengatakan kurang tidur baik pada waktu siang maupun malam hari.
Klien tampak terganggu tegang dan gelisah dengan kondisi ruang perawatan yang ramai
O : Tensi 140/80 mmHg
Nadi = 120 X/mt.
rencana pembedahan dan kehilangan status kesehatan. Kecemasan
S : Klien menyatakan belum memahami tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.
O : Klien bertanya-tanya tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan. kurangnya informasi yang akurat pada klien Kurangnya pengetahuan tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Berdasarkan Prioritas
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan geseran/pergerakan fragmen tulang ditandai dengan :
S : Klien mengatakan Nyeri pada pangkal paha sebelah kiri pada saat digerakkan
O : Bengkak pada lokasi fraktur
Spasme otot
2. Gangguan perfusi perifer berhubungan dengan berkurangnya aliran darah akibat adanya trauma jaringan/tulang ditandai dengan :
O : Daerah perifer pucat/sianosis.
Pengisian kapiler daerah yang trauma > 5 detik.
Daerah perifer dingin.
3. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan dan kehilangan status kesehatan ditandai dengan :
S : Klien mengatakan sedikit stress menghadapi tindakan operasi
Klien mengatakan kurang tidur baik pada waktu siang maupun malam hari.
Klien tampak terganggu tegang dan gelisah dengan kondisi ruang perawatan yang ramai
O : Tensi 140/80 mmHg
Nadi = 120 X/mt.
4. Kurangnya pengetahuan tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan berhubungan dengan kurangnya informasi yang akurat pada klien ditandai dengan :
S : Pasien menyatakan belum memahami tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.
O : Pasien bertanya-tanya tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.
III. PERENCANAAN TINDAKAN PERAWATAN
TGL. DIAGNOSA KEPERAWATAN/DATA PENUNJANG TUJUAN DAN HASIL YANG DIHARAPKAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL NAMA PERAWAT / MAHASISWA
8 April 2002 Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan geseran/pergerakan fragmen tulang
Data Penunjang :
- Nyeri pada pangkal paha sebelah kiri pada saat digerakkan.
- Bengkak pada lokasi fraktur.
- Spasme otot. Tujuan :
Gangguan rasa nyaman dapat diatasi/berkurang.
Kriteria :
- Klien tidak mengeluh nyeri.
- Pembengkakan hilang/berkurang.
- Otot rileksasi.. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : lokasi, intensitas, lama nyeri dll.
- Batasi pergerakan pada daerah fraktur, klien harus bed rest.
- Tinggikan dan sokong ekstrimitas yang mengalami fraktur.
- Observasi perubahan tanda vital.
- Berikan alternatif perubahan posisi secara periodik.
- Ajarkan klien teknik relaksasi nafas dalam dan teknik distraksi
- Kolaborasi dengan dokter Untuk pemberian obat analgetik.
- Nyeri dapat menyebabkan shock.
- Untuk mengistirahatkan sendi yang sakit pasca trauma sebelum dioperasi.
- Untuk meningkatkan aliran vena dan mengurangi edema..
- Untuk mendeteksi dini terhadap masalah.
- Untuk mengurangi rasa sakit.
- Untuk mengurangi rasa sakit.
- Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi nyeri/kolik yang berlebihan
S u b h a n
8 April 2002 Gangguan perfusi perifer berhubungan dengan berkurangnya aliran darah akibat adanya trauma jaringan/tulang.
Data Penunjang :
- Daerah perifer pucat/sianosis.
- Pengisian kapiler daerah yang trauma 5 detik.
- Daerah perifer dingin. Tujuan :
Perfusi perifer dapat dipertahankan.
Kriteria :
- HR 60 – 100 X/mt.
- Kulit hangat, sensori normal..
- Diastolik 60 – 90 mmHg.
- RR 16 – 24 X/mt.
- Urine output 30 – 50 cc perjam.
- Pengisian kapiler 3 - 5 detik. - Observasi ada tidaknya kualitas nadi periver dan bandingkan dengan pulses normal.
- Observasi pengisian kapiler, warna kulit dan kehangatannya pada bagian distal daerah yang fraktur.
- Kaji adanya gangguan perubahan motorik/sensorik anjurkan klien untuk mengatakan lokasi adanya rasa sakit/tidak nyaman.
- Observasi traksi jangan sampai terlalu menekan syaraf dan pembuluh darah.
- Pertahankan daerah yang fraktur lebih tinggi kecuali bila ada kontra indikasi.
- Kaji bila ada edema dan pembengkakan ekstrimitas yang fraktur.
- Observasi adanya tanda-tanda ischemik daerah tungkai seperti : penurunan suhu, dingin dan peningkatan rasa sakit.
- Dorong klien untuk melakukan mobilisasi secepatnya sesuai indikasi.
- Observasi tanda-tanda vital, catat dan laporkan bila ada gejala sianosis, dingin pada kulit dan gejala perubahan status mental.
- Berikan kompres es sekitar fraktur.
- Kolaborasi untuk pemeriksaan Laboratorium, foto rontgen, pemberian cairan parenteral atau transfusi darah bila perlu dan persiapan operasi jika perlu. - Untuk mendeteksi dini terhadap masalah perfusi perifer.
- Untuk mendeteksi dini terhadap masalah perfusi perifer.
- Untuk mengetahui terhadap masalah/ gangguan perubahan motorik/sensorik.
- Untuk mendeteksi dini terhadap masalah perfusi perifer.
- Untuk meningkatkan aliran vena dan mengurangi edema.
- Untuk mengetahui terhadap masalah aliran vena dan mengurangi edema.
- Untuk mendeteksi dini terhadap masalah ischemik daerah tungkai.
- Untuk meningkatkan sirkulasi, mengurangi terjadinya trombus terutama pada ekstrimitas bagian bawah.
- Untuk mendeteksi dini terhadap masalah perfusi perifer.
- Untuk mengurangi edema sesuai indikasi.
- Untuk mendeteksi dini terhadap masalahdan dan pemberian cairan Untuk memudahkan pemberian obat serta pemenuhan cairan bila mual, muntah dan keringat dingin terjadi.
S u b h a n
8 April 2002 Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan dan kehilangan status kesehatan.
Data Penunjang :
- Klien mengatakan sedikit stress menghadapi tindakan operasi. Klien mengatakan kurang tidur baik pada waktu siang maupun malam hari. Klien tampak terganggu tegang dan gelisah dengan kondisi ruang perawatan yang ramai.
- Tensi 140/80 mmHg.
- Nadi = 120 X/mt. Tujuan :
Rasa cemas dapat diatasi/berkurang.
Kriteria :
- Klien dapat menyatakan kecemasan yang dirasakan.
- Klien dapat beristirahat dengan tenang.
- Tensi dan Nadi dalam batas normal.
- Ekspresi wajah ceria/rileks. - Berikan dorongan terhadap tiap-tiap proses kehilangan status kesehatan yang timbul.
- Berikan privacy dan lingkungan yang nyaman.
- Batasi staf perawat/petugas kesehatan yang menangani pasien.
- Observasi bahasa non verbal dan bahasa verbal dari gejala-gejala kecemasan.
- Temani klien bila gejala-gejala kecemasan timbul.
- Berikan kesempatan bagi klien untuk mengekspresikan perasaannya .
- Hindari konfrontasi dengan klien.
- Berikan informasi tentang program pengobatan dan hal-hal lain yang mencemaskan klien.
- Lakukan intervensi keperawatan dengan hati-hati dan lakukan komunikasi terapeutik.
- Anjurkan klien istirahat sesuai dengan yang diprogramkan.
- Berikan dorongan pada klien bila sudah dapat merawat diri sendiri untuk meningkatkan harga dirinya sesuai dengan kondisi penyakit.
- Hargai setiap pendapat dan keputusan klien. - Untuk mengurangi rasa cemas
- privacy dan lingkungan yang nyaman dapat mengurangi rasa cemas.
- Untuk dapat lebih memberikan ketenangan.
- Untuk mendeteksi dini terhadap masalah
- Untuk mengurangi rasa cemas.
- Kemampuan pemecahan masalah pasien meningkat bila lingkungan nyaman dan mendukung diberikan.
- Untuk mengurangi ketegangan klien
- Informasi yang diberikan dapat membantu mengurangi kecemasan/ansietas.
- Untuk menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan.
- Untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan klien.
- Untuk mengurangi ketergantungan klien.
- Untuk meningkatkan harga diri klien.
S u b h a n
8 April 2002 Kurangnya pengetahuan tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan berhubungan dengan kurangnya informasi yang akurat pada klien.
Data Penunjang :
- Klien menyatakan belum memahami tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.
- Klien bertanya-tanya tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan. Tujuan :
Pengetahuan klien tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan meningkat
Kriteria
- Klien menyatakan telah memahami tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.
- Klien dapat menjelaskan kembali secara sederhana tentang hal-hal yang telah dijelaskan.
- Klien tidak bertanya lagi tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan. - Kaji tingkat pengetahuan Klien dan keluarga tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.
- Berikan penjelasan terhadap klien setiap prosedur yang akan dilakukan misalnya tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.
- Berikan kesempatan pasien dan keluarga untuk mengekspresikan perasaannya dan mengajukan pertanyaan terhadap hal-hal yang belum dipahami.
- Anjurkan klien untuk melakukan mobilisasi aktif dengan menggerakkan persendian pada bagian bawah dari daerah yang fraktur.
- Diskusikan pentingnya penarikan tulang yang patah melalui kulit dengan menggunakan skin traksi dengan beban 5 – 7 Kg serta gejala dan tanda abnormal yang timbul selama perawatan dan anjurkan klien segera melapor kepada perawat/dokter yang bertugas bila ada rasa sakit yang semakin bertambah, perasaan dingin atau perubahan sensasi.
- Pengetahuan membantu mengembangkan kepatuhan klien dan keluarga terhadap rencana terapeutik
- Untuk menambah pengetahuan klien.
- Meningkatkan kemampuan klien untuk memecahkan masalah
- Agar sirkulasi darah pada bagian bawah dari daerah yang fraktur tetap lancar dan otot tidak atrofi.
- Untuk menambah pengetahuan klien bahwa keuntungan pemakaian traksi yaitu untuk menurunkan nyeri spasme, mengoreksi dan mencegah deformitas dan mengimobilisasi sendi yang sakit.
S u b h a n
IV. IMPLEMENTASI/TINDAKAN KEPERAWATAN
TGL. JAM TINDAKAN KEPERAWATAN NAMA PERAWAT / MAHASISWA
8 April 2002 10.00 WIB - Mengkaji keadaan nyeri yang meliputi : lokasi, intensitas, lama nyeri dll.
- Membatasi pergerakan pada daerah fraktur, klien harus bed rest.
- Meninggikan dan sokong ekstrimitas yang mengalami fraktur.
- Mengobservasi perubahan tanda vital.
- Memberikan alternatif perubahan posisi secara periodik.
- Mengajarkan klien teknik relaksasi nafas dalam dan teknik distraksi untuk mengurangi rasa sakit.
- Mengkolaborasikan dengan dokter untuk pemberian obat analgetik.
S u b h a n
8 April 2002 11.00 WIB - Mengobservasi ada tidaknya kualitas nadi periver dan bandingkan dengan pulses normal.
- Mengobservasi pengisian kapiler, warna kulit dan kehangatannya pada bagian distal daerah yang fraktur
- Mengkaji adanya gangguan perubahan motorik/sensorik anjurkan klien untuk mengatakan lokasi adanya rasa sakit/tidak nyaman
- Mengobservasi traksi jangan sampai terlalu menekan syaraf dan pembuluh darah.
- Mempertahankan daerah yang fraktur lebih tinggi kecuali bila ada kontra indikasi untuk meningkatkan aliran vena dan mengurangi edema.
- Mengkaji bila ada edema dan pembengkakan ekstrimitas yang fraktur.
- Mengobservasi adanya tanda-tanda ischemik daerah tungkai seperti : penurunan suhu, dingin dan peningkatan rasa sakit.
- Mendorong klien untuk melakukan mobilisasi secepatnya sesuai indikasi untuk meningkatkan sirkulasi, mengurangi terjadinya trombus terutama pada ekstrimitas bagian bawah.
- Mengobservasi tanda-tanda vital, catat dan laporkan bila ada gejala sianosis, dingin pada kulit dan gejala perubahan status mental.
- Memberikan kompres es sekitar fraktur untuk mengurangi edema sesuai indikasi.
- Mengkolaborasikan untuk pemeriksaan Laboratorium, foto rontgen, pemberiancairan parenteral atau transfusi darah bila perlu, pemberian obat-obatan anti emboli dan persiapan operasi jika perlu.
S u b h a n
8 April 2002 12.00 WIB - Memberikan dorongan terhadap tiap-tiap proses kehilangan status kesehatan yang timbul.
- Memberikan privacy dan lingkungan yang nyaman.
- Membatasi staf perawat/petugas kesehatan yang menangani klien.
- Mengobservasi bahasa non verbal dan bahasa verbal dari gejala-gejala kecemasan.
- Menemani klien bila gejala-gejala kecemasan timbul.
- Memberikan kesempatan bagi klien untuk mengekspresikan perasaannya .
- Menghindari konfrontasi dengan klien.
- Memberikan informasi tentang program pengobatan dan hal-hal lain yang mencemaskan klien.
- Melakukan intervensi keperawatan dengan hati-hati dan lakukan komunikasi terapeutik.
- Menganjurkan klien istirahat sesuai dengan yang diprogramkan.
- Memberikan dorongan pada klien bila sudah dapat merawat diri sendiri untuk meningkatkan harga dirinya sesuai dengan kondisi penyakit.
- Menghargai setiap pendapat dan keputusan klien.
S u b h a n
8 April 2002 13.00 WIB - Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.
- Memberikan penjelasan terhadap klien setiap prosedur yang akan dilakukan misalnya tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.
- Memberikan kesempatan klien dan keluarga untuk mengekspresikan perasaannya dan mengajukan pertanyaan terhadap hal-hal yang belum dipahami.
- Mendiskusikan pentingnya penarikan tulang yang patah melaluikulit dengan menggunakan skin traksi dengan beban 5 – 7 Kg.
S u b h a n
V. EVALUASI
TGL. DIAGNOSA KEPERAWATAN EVALUASI NAMA PERAWAT / MAHASISWA
8 April 2002 Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan geseran/pergerakan fragmen tulang Gangguan rasa nyaman dapat diatasi/berkurang.
Kriteria :
- Klien tidak mengeluh nyeri.
- Pembengkakan hilang/berkurang.
- Otot rileksasi.
S u b h a n
8 April 2002 Gangguan perfusi perifer berhubungan dengan berkurangnya aliran darah akibat adanya trauma jaringan/tulang. Perfusi perifer dapat dipertahankan.
Kriteria :
- HR 60 – 100 X/mt.
- Kulit hangat, sensori normal..
- Diastolik 60 – 90 mmHg.
- RR 16 – 24 X/mt.
- Urine output 30 – 50 cc perjam
- Pengisian kapiler 3 - 5 detik.
S u b h a n
8 April 2002 Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan dan kehilangan status kesehatan. Rasa cemas dapat diatasi/berkurang.
Kriteria :
- Klien dapat menyatakan kecemasan yang dirasakan.
- Klien dapat beristirahat dengan tenang.
- Tensi dan Nadi dalam batas normal.
- Ekspresi wajah ceria/rileks.
S u b h a n
8 April 2002 Kurangnya pengetahuan tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan berhubungan dengan kurangnya informasi yang akurat pada klien. Pengetahuan klien tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.meningkat
Kriteria
- Klien dapat menjelaskan kembali tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.
- Klien tidak bertanya lagi tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.
S u b h a n
No comments:
Post a Comment