BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
Prostat terdiri dari :
# Kelenjar 50 - 70 %
# Sroma
# Musculer 30 - 50 %
Bentuk : Bentuk : terbalik, terjepit
Basis : leher buli-buli, apex diafragma urogenetalia
Ukuran : P : 4 – 6 cm L : 3 – 4 cm T : 2 – 3 cm
Urethra : Poterior berjalan ditengahnya.
PATOFISIOLOGI
Sejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia, jika prostat membesar akan meluas keatas ( bladder ), didalam mempersempit saluran uretra prostatica dan menyumbat aliran urine.
Respon Bladder terhadap tahanan ini :
# Hiperiritable : urgency dan frekuensi
# Bladder mencoba kompensasi terhadap peningkatan beban kerja, otot dinding
buli-buli hypertropi
# Jika sumbatan aliran urine berlanjut dilatasi ureter dan ginjal ( hidro-
meter, hydronephrosis )
Pembesaran prostat dapat juga menyumbat leher buli-buli atau urethra prostatica
retensi urine UTI
ETIOLOGI
# Sebab yabg pasti belum diketahui
# Faktor yang berperan :
➢ Sifat Jaringan : Berasal dari sinus urogenital yang berpotensi proliferasi
➢ Hormonal ( pubertas BPH θ )
Kastrasi
➢ Usia ( balans hormonal berubah )
Beberapa hypothesa :
1. Dihidrotestosteron (DHT)
5 alpha reduktase meningkat DHT meningkat + androgen reseptor
proliferasi sel prostat
2. Imbalans estrogen - testosteron
Usia meningkat testosteron menurun destrogen tetap
Estrogen bebas
testosteron bebas meningkat proliferasi sel, kematian sel
menurun.
3. Berkurangnya sel yang mati
PENGKAJIAN
Riwayat Keperawatan
# Suspect BPH umur ??
# Pola urinari ; frekuensi, nocturia, disuria.
# Gejala obstruksi leher buli-buli : prostatisme (Hesitansi, pancaran, melemah,
intermitensi, terminal dribbling, terasa ada sisa)
Jika frekuensi dan noctoria tak disertai gejala pembatasan aliran non
Obstruktive seperti infeksi.
# BPH > 60 tahun hematuri
Pemeriksaan fisik
# Perhatian khusus pada abdomen ; Defisiensi nutrisi, edema, pruritus, echymosis
menunjukkan renal insufisiensi dari obstruksi yang lama.
# Distensi kandung kemih
Inspeksi : menonjol retensi urine
Palpasi : ballotement retensi urine
Perkusi : redup
# Pemeriksaan prostat posisi knee chest
COLOK DUBUR
Syarat : buli-buli kosong / dikosongkan
Tujuan : Menentukan konsistensi prostat
Menentukan besar prostat
Kreteria besarnya prostat
Derajat I : berat s.d. 20 gr datar
II : berat 20 – 40 gr
III : berat > 40 gr cembung
Pemeriksaan laborat
# Urinalisis ( test glukosa, protein, bekuan darah dan PH )
Jika infeksi : pH urine alkalin, spesimen terhadap sel darah putih, SDM atau
PUS.
# RFT evaluasi fungsi renal
# Serum acid phosphatase prostat malignancy
Pemeriksaan uroflowmetri
Berperan penting dalam diagnosa dan evaluasi klien dengan obstruksi leher buli-buli
Q max : > 15 ml / detik non obstruksi
10 - 15 ml / detik border line
< 10 ml / detik obstruktif
Pyelografi intra vena ( IVP )
# Indikasi : disertai hematuria, gejala iritatif menonjol disertai urolithiasis
# Tanda BPH : Impresi prostat, hockey stick ureter
DIAGNOSIS
1. Potensial injury dan potensial infeksi s.d obstruksi perkemihan
# Nyeri s.d obstruksi urinary
# Dysfungsi sexual s.d obstrusi perkemihan
# Kecemasan s.d obstruksi urinary
PERENCANAAN
Tujuan: klien tidak akan mengalami berbagai komplikasi dari pengobatan retensi
Urine.
Intervensi:
# Non Pembedahan
1. Memperkecil gejala obstruksi hal-hal yang menyebabkan pelepasan
cairan prostat.
➢ Prostatic massage
➢ Frekuensi coitus meningkat
➢ Masturbasi
2. Menghindari minum banyak dalam waktu singkat, menghindari alkohol dan
diuretic mencegah oven distensi kandung kemih akibat tonus otot
detrussor menurun.
3. Menghindari obat-obat penyebab retensi urine seperti : anticholinergic,
anti histamin, decongestan.
4. Terapi medikamentosa pada BPH
a. Fito Terapi
* Hypoxis rosperi ( rumput )
* Serenoa repens ( palem )
* Curcubita pepo ( waluh )
b. 1). GOLONGAN SUPRESSOR ANDROGEN
• Inhibitor 5 alfa reduktase
• Anti androgen
• Analog LHRH
2). GOLONGAN ALFA BLOKER
Prazosin, Alfulosin, Doxazonsin, Terazosin
# Pembedahan
Indikasi pembedahan BPH
• Retensi urine akut
• Retensi urine kronis
• Residual urine > 100 ml
• BPH dengan penyulit
• Terapi medikamentosa tak berhasil
• Flow metri obstruktif
# Kontra indikasi
• IMA
• CVA akut
# Tujuan :
• Mengurangi gejala yang disertai dengan obstruksi leher buli-buli
• Memperbaiki kualitas hidup
1). TUR – P 90 - 95 %
Dilakukan bila pembesaran pada lobus medial
Keuntungan :
• Lebih aman pada klien yang mengalami resiko tinggi pembedahan
• Tak perlu insisi pembedahan
• Hospitalisasi dan penyebuhan pendek
Kerugian :
• Jaringan prostat dapat tumbuh kembali
• Kemungkinan trauma urethra strictura urethra
2) Retropubic atau extravesical prostatectomy
Prostat terlalu besar tetapi tak ada masalah kandung kemih
3) Perianal prostatectomy
# Pembesaran prostat disertai batu buli-buli
# Mengobati abces prostat yang tak respon terhadap terapi conservatif
# Memperbaiki komplikasi : laserasi kapsul prostat
4) Suprapubic atau tranvesical prostatectomy
PRE OPERATIF CARE
Mengkaji kecemasan klien, mengoreksi miskonsepsi tentang pembedahan dan memberikan informasi yang akurat pada klien
• Type pembedahan
• Jenis anesthesi TUR – P, spina anesthesi
• Cateter : folly cateter, CBJ
POST OPERATIF CARE
a. TUR – P
• Setelah TUR – P klien dipasang tree way folley cateter dengan retensi balon 30 – 40 ml. Kateter di tarik untuk membantu hemostasis
• Intruksikan klien untuk tidak mencoba mengosongkan bladder
Otot bladder kontraksi nyeri spasme
• CBI (Continuous Bladder Irigation) dengan normal salin mencegah obstruksi atau komplikasi lain CBI – P. Folley cateter diangkat 2 – 3 hari berikutnya
• Ketika kateter diangkat timbul keluhan : frekuency, dribbling, kebocoran normal
• Post TUR – P : urine bercampur bekuan darah, tissue debris
meningkat intake cairan minimal 3000 ml / hari membantu menurunkan disuria dan menjaga urine tetap jernih.
b. OPEN PROSTATECTOMY
• Resiko post operative bleeding pada 24 jam pertama oleh karena bladder spsme atau pergerakan
Monitor out put urine tiap 2 jam dan tanda vital tiap 4 jam
Arterial bleeding urine kemerahan (saos) + clotting
Venous bleeding urine seprti anggur traction kateter
• Vetropubic prostatectomy
Observasi : drainage purulent, demam, nyeri meningkat deep wound infection, pelvic abcess
• Suprapubic prostatectomy
= Perlu CBI via suprapubic klien diinstruksikan tetap tidur
sampai CBI dihentikan
= Kateter uretra diangkat hari 3 – 4 post op
= Setelah kateter diangkat, kateter supra pubic di clamp dan
klien disuruh miksi dan dicek residual urine, jika residual urine
± 75 ml, kateter diangkat
EVALUASI
Kreteria yang diharapkan terhadap diagnosis yang berhubungan dengan obstruksi urinari adalah :
1). Mengatasi obstruksi urine tanpa infeksi atau komplikasi yang permanen
2). Tidak mengalami tekanan atau nyeri berkepanjangan
3). Mengungkapkan penurunan atau tak adanya kecemasan tentang retensio
urine.
4). Menunjukan tingkat fungsi sexual kembali sebagaimana sebelumnya.
KASUS
Tn. X. usia 56 tahun , datang ke poli urologi dengan keluhan sering kencing, disuria, kesulitan memulai kencing,. Pada saat akhir kencing menetes, terasa ada sisa. Tekanan darah 150/130 mm Hg. Hasil uroflow metri 13 ml/detik.
a. Apakah tn X mengalami BPH, ? Urolithiasis ?
b. Keluhan / gejala apa yang mendukung ?
c. Pemeriksaan apa yang diperlukan ?
d. Masalah keperawatan apa yang lazim terjadi ?
e. Bagaimana mekanisme terjadinya masalah tersebut ?
f. Intervensi apa yang dilakukan sesuai masalah diatas ?
PENYULIT BPH
BPH YANG TIDAK DIRAWAT PADA SEBAGIAN KLIEN LAMA-LAMA AKAN DAPAT BERAKIBAT :
1. MENURUNNYA KUALITAS HIDUP
2. INFEKSI SALURAN KENCING
3. TERBENTUKNYA BATU BULI-BULI
4. HEMORROID
5. RETENSIO URINE
6. GANGGUAN FUNGSI GINJAL
7. HIDRONEFROID
8. HEMATURIA
Watchful Waiting
Indikasi : BPH dengan IPPS Ringan
Baseline data normal
Flowmetri non obstruksi
Follow – up : Tiap 3 – 6 bulan
INDIKASI PEMBEDAHAN BPH
➢ Retensi urin akut
➢ Retensi urin kronis
➢ Residual urine > 100 ml
➢ BPH dengan penyulit
➢ Terapi medika mentosa tidak berhasil
➢ Flowmetri obstruktif
KONTRA INDIKASI PEMBEDAHAN
➢ Infark Miokard Akut
➢ CVA Akut
PEMBEDAHAN BPH
# TUR PROSTAT : 90 - 95 %
# OPEN PROSTATECTOMY : 5 - 10 %
BPH YANG BESAR ( 50 - 100 GRAM ) Tidak habis direseksi dalam 1 jam.
Disertai BBB Besar
(>2,5cm), multiple.
Fasilitas TUR tak ada
MORTALITAS PEMBEDAHAN BPH
0 - 1 %
KAUSA : Infark Miokatd
Septikemia dengan Syok
Perdarahan Massive
Kepuasan Klien : 66 – 95 %
PROSES MIKSI
FASE PENGISIAN
Pves : < 20 cm H2 o
Pup : 60 – 100 cm H2o
FASE EKSPULSI :
ISI BLADER 200 – 300 ml
Mulai terangsang ingin kencing
Reseptor Strecth
Syaraf Otonom PS S2 - 4
Tonus Bladder 60 – 120 cm H2O (ingin kencing)
Up membuka, sp. Eks masih menutup
BPH P up meningkat
Kontraksi Detrusor meningkat
Hipertropi
P Ves > P up P Ves < P up
Fase Kompensata Fase Decompensata
Kualitas miksi masih baik Retensio Urine
BLADER NEOPLASMA
➢ Sebagian besar tumbuh dalam lumen kandung kemih.
➢ Cancer tersering pada saluran kemih.
➢ Julah 3 % dari semua kematian karena kanker
➢ Sering pada usia 50 – 70 tahun
➢ Laki-laki 2 – 3 kali dari wanita
FAKTOR RESIKO
➢ Paparan dari sigaret rokok ( mayor)
➢ Radiasi pelvis, penggunaan siclophosphamide, Kronik sistitis, batu buli-buli
PENGKAJIAN
• Tanyakan klien tentang perubahan dalam urinase, catat adanya perubahan warna, frekuensi dan jumlah urine
• Hematuri disertai nyeri merupakan tanda pertama kanker blader, biasanya intermittent yang mana sering menyebabkan hambatan dalam mencari pelayanan diagnostik.
• Akibat perkembangan penyakit klien mengalami iritable blader dengan disuria. Akhirnya gross hematuria, obstruksi atau vistula mendorong klien mencari pengobatan.
PENGKAJIAN DIAGNOSTIK
• Urinalisis menunjukkan adanya darah dalam urine.
• Sistoscopy dikerjakan untuk melihat tumor secara langsung dan untuk biopsi.
• Sitologi.
• IVP mengevaluasi kandung kemi , uriter dan ginjal.
NURSING INTERVENSI
1. Resiko tinggi injury berhubungan dengan radiasi terapi dan kemoterapi .
Kriteria:
Klien tidak berkembang dengan masalah yang berhubungan dengan terapi radiasi dan kemoterapi yang ditandai dengan tidakadanya sistitis hemoragik
Intervensi :
➢ Pemberian anti spasmodik
➢ Peningkatan asupan cairan klien
➢ Pemberian antiseptik traktus urinarius untuk sistitis.
➢ Klien dengan proctitis memerlukan diet rendah serat dan agen untuk menurunkan motilitas usus
2. Kurangnya penygetahuan benrhubungan dengan pemeriksaan diagnostik, pembedahan dana diversi urine
Kriteria:
Klien mengerti tentang pemeriksaan diagnostik, pembedahan dan perawatan diversi urine ditandai dengan pernyataan klien dan kemampuan demonstrasi terhadap perawatannya.
Intervensi :
➢ Persiapan preop klien yang mengalami diversi urine.
➢ Pendidikan mengenai diversi urine.
➢ Mendorong penerimaan terhadap fakta dan hasil eliminasi urine melalui kulit rektum atau stoma khusus.
➢ Persiapan fisk dan emosi secara umum.
➢ Perlu perhatian salauran cerna : non residu diet untuk beberapa hari, sterilisasi usus, enema atau katartic.
➢ Seleksi klien sebelum pemasangan stoma
➢ Sarankan klien untuk mencegah kontak urine dengan kulit, untuk mencegah iritasi kulit akibat diversi urine.
➢ Bersikan stoma dengan sabun, air lalu dikeringkan pada setiap penggantian kantong urine.
3. gangguan eliminasi urine (disuria ) berhubungan dengan adanya tumor.
Kriteria:
Klien akan terdiagnosis dini untuk mengeliminasi dysuria.
Intervensi :
➢ pemasangan indwelling kateter.
➢ CBI untuk mrncegah blood clot
➢ Intervensi pada TUR – P (intek cairan, analgesik dan antispasmodik seperlunya)
4. Gangguan harga diri dan body image
Perubahan route aliran dan miksi akan merubah self image meliputi perubahan emsi,
Psikososial dan reaksi persepsi
Kreteria :
Klien akan mempunyai konsep diri, body image dan self esteem yang normal
setelah Diversi urine.
Intervensi :
➢ Konseling preoperasi : perubahan anatomi fisiologi dan kemungkinan afeknya
Pada klien
➢ Konseling cara mempertahankan gaya hidup
➢ Bantu klien mencari stoma dan menerimanya sebagai bagian hidupnya
5. INJURI, HIGH RISK bd. Komplikasi post op ( perdarahan, paralitik illeus, iskemic
stoma, bloking kateter urethral
Kriteria :
Klien tak akan mengalami komplikasi post op ditandai tanda vital normal,
suara bising usus aktif dalam 3 – 4 jam post operasi, stoma merah muda,
produksi urine 30 - 60 ml / jam.
Intervensi :
➢ Monetor rurin tanda vital
➢ Inspeksi insisi
➢ Hubungan nefrostomi tube pada bed side drainage
➢ Jaga sistem drainage tertutup
➢ Jaga patensi tube drainage untuk mencegah obstruksi
Intervensi postop diversi secara umum
➢ Ukur output urine setiao jam / 24 jam pertama, selanjutnya setiap
8 jam
➢ Check kebocoran ostomy back dan kulit terhadap iritasi tiap 4 jam, kemudian 8 jam
➢ Inspeksi stoma tiap jam / 24 jam post op
➢ Catat ukuran stoma, bentuk dan warna. Warna sianotic stoma, insufisiensi supply darah
➢ Penyebab insufisiensi : tehnik pembedahan, pemasangan plate yang terlalu kecil
➢ Periksa tanda peritonitis akibat kebocoran anastomis
➢ Observasi perdarahan
6. Skin integrity, High Risk impaired b.d iritasi periostomal.
Kriteria :
Klien tidak akan berkembang pada gangguan integritas kulit, atau iritasi periotomal yang ditandai kulit intact dan bersih
Intervensi :
• Check pH urin
• Check kantong urine terhadap kebocoran dan apakan kulit sensitif terhadap bahan tersebut
• Ganti kantong selama tidak bocor ( terlalu sering diganti menyebabkan iritasi )
• Selama kantong diganti biarkan kontak dengan udara sebanyak mungkit
• Berikan nystatin pada sekitar stoma
Prostat terdiri dari :
# Kelenjar 50 - 70 %
# Sroma
# Musculer 30 - 50 %
Bentuk : Bentuk : terbalik, terjepit
Basis : leher buli-buli, apex diafragma urogenetalia
Ukuran : P : 4 – 6 cm L : 3 – 4 cm T : 2 – 3 cm
Urethra : Poterior berjalan ditengahnya.
PATOFISIOLOGI
Sejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia, jika prostat membesar akan meluas keatas ( bladder ), didalam mempersempit saluran uretra prostatica dan menyumbat aliran urine.
Respon Bladder terhadap tahanan ini :
# Hiperiritable : urgency dan frekuensi
# Bladder mencoba kompensasi terhadap peningkatan beban kerja, otot dinding
buli-buli hypertropi
# Jika sumbatan aliran urine berlanjut dilatasi ureter dan ginjal ( hidro-
meter, hydronephrosis )
Pembesaran prostat dapat juga menyumbat leher buli-buli atau urethra prostatica
retensi urine UTI
ETIOLOGI
# Sebab yabg pasti belum diketahui
# Faktor yang berperan :
➢ Sifat Jaringan : Berasal dari sinus urogenital yang berpotensi proliferasi
➢ Hormonal ( pubertas BPH θ )
Kastrasi
➢ Usia ( balans hormonal berubah )
Beberapa hypothesa :
1. Dihidrotestosteron (DHT)
5 alpha reduktase meningkat DHT meningkat + androgen reseptor
proliferasi sel prostat
2. Imbalans estrogen - testosteron
Usia meningkat testosteron menurun destrogen tetap
Estrogen bebas
testosteron bebas meningkat proliferasi sel, kematian sel
menurun.
3. Berkurangnya sel yang mati
PENGKAJIAN
Riwayat Keperawatan
# Suspect BPH umur ??
# Pola urinari ; frekuensi, nocturia, disuria.
# Gejala obstruksi leher buli-buli : prostatisme (Hesitansi, pancaran, melemah,
intermitensi, terminal dribbling, terasa ada sisa)
Jika frekuensi dan noctoria tak disertai gejala pembatasan aliran non
Obstruktive seperti infeksi.
# BPH > 60 tahun hematuri
Pemeriksaan fisik
# Perhatian khusus pada abdomen ; Defisiensi nutrisi, edema, pruritus, echymosis
menunjukkan renal insufisiensi dari obstruksi yang lama.
# Distensi kandung kemih
Inspeksi : menonjol retensi urine
Palpasi : ballotement retensi urine
Perkusi : redup
# Pemeriksaan prostat posisi knee chest
COLOK DUBUR
Syarat : buli-buli kosong / dikosongkan
Tujuan : Menentukan konsistensi prostat
Menentukan besar prostat
Kreteria besarnya prostat
Derajat I : berat s.d. 20 gr datar
II : berat 20 – 40 gr
III : berat > 40 gr cembung
Pemeriksaan laborat
# Urinalisis ( test glukosa, protein, bekuan darah dan PH )
Jika infeksi : pH urine alkalin, spesimen terhadap sel darah putih, SDM atau
PUS.
# RFT evaluasi fungsi renal
# Serum acid phosphatase prostat malignancy
Pemeriksaan uroflowmetri
Berperan penting dalam diagnosa dan evaluasi klien dengan obstruksi leher buli-buli
Q max : > 15 ml / detik non obstruksi
10 - 15 ml / detik border line
< 10 ml / detik obstruktif
Pyelografi intra vena ( IVP )
# Indikasi : disertai hematuria, gejala iritatif menonjol disertai urolithiasis
# Tanda BPH : Impresi prostat, hockey stick ureter
DIAGNOSIS
1. Potensial injury dan potensial infeksi s.d obstruksi perkemihan
# Nyeri s.d obstruksi urinary
# Dysfungsi sexual s.d obstrusi perkemihan
# Kecemasan s.d obstruksi urinary
PERENCANAAN
Tujuan: klien tidak akan mengalami berbagai komplikasi dari pengobatan retensi
Urine.
Intervensi:
# Non Pembedahan
1. Memperkecil gejala obstruksi hal-hal yang menyebabkan pelepasan
cairan prostat.
➢ Prostatic massage
➢ Frekuensi coitus meningkat
➢ Masturbasi
2. Menghindari minum banyak dalam waktu singkat, menghindari alkohol dan
diuretic mencegah oven distensi kandung kemih akibat tonus otot
detrussor menurun.
3. Menghindari obat-obat penyebab retensi urine seperti : anticholinergic,
anti histamin, decongestan.
4. Terapi medikamentosa pada BPH
a. Fito Terapi
* Hypoxis rosperi ( rumput )
* Serenoa repens ( palem )
* Curcubita pepo ( waluh )
b. 1). GOLONGAN SUPRESSOR ANDROGEN
• Inhibitor 5 alfa reduktase
• Anti androgen
• Analog LHRH
2). GOLONGAN ALFA BLOKER
Prazosin, Alfulosin, Doxazonsin, Terazosin
# Pembedahan
Indikasi pembedahan BPH
• Retensi urine akut
• Retensi urine kronis
• Residual urine > 100 ml
• BPH dengan penyulit
• Terapi medikamentosa tak berhasil
• Flow metri obstruktif
# Kontra indikasi
• IMA
• CVA akut
# Tujuan :
• Mengurangi gejala yang disertai dengan obstruksi leher buli-buli
• Memperbaiki kualitas hidup
1). TUR – P 90 - 95 %
Dilakukan bila pembesaran pada lobus medial
Keuntungan :
• Lebih aman pada klien yang mengalami resiko tinggi pembedahan
• Tak perlu insisi pembedahan
• Hospitalisasi dan penyebuhan pendek
Kerugian :
• Jaringan prostat dapat tumbuh kembali
• Kemungkinan trauma urethra strictura urethra
2) Retropubic atau extravesical prostatectomy
Prostat terlalu besar tetapi tak ada masalah kandung kemih
3) Perianal prostatectomy
# Pembesaran prostat disertai batu buli-buli
# Mengobati abces prostat yang tak respon terhadap terapi conservatif
# Memperbaiki komplikasi : laserasi kapsul prostat
4) Suprapubic atau tranvesical prostatectomy
PRE OPERATIF CARE
Mengkaji kecemasan klien, mengoreksi miskonsepsi tentang pembedahan dan memberikan informasi yang akurat pada klien
• Type pembedahan
• Jenis anesthesi TUR – P, spina anesthesi
• Cateter : folly cateter, CBJ
POST OPERATIF CARE
a. TUR – P
• Setelah TUR – P klien dipasang tree way folley cateter dengan retensi balon 30 – 40 ml. Kateter di tarik untuk membantu hemostasis
• Intruksikan klien untuk tidak mencoba mengosongkan bladder
Otot bladder kontraksi nyeri spasme
• CBI (Continuous Bladder Irigation) dengan normal salin mencegah obstruksi atau komplikasi lain CBI – P. Folley cateter diangkat 2 – 3 hari berikutnya
• Ketika kateter diangkat timbul keluhan : frekuency, dribbling, kebocoran normal
• Post TUR – P : urine bercampur bekuan darah, tissue debris
meningkat intake cairan minimal 3000 ml / hari membantu menurunkan disuria dan menjaga urine tetap jernih.
b. OPEN PROSTATECTOMY
• Resiko post operative bleeding pada 24 jam pertama oleh karena bladder spsme atau pergerakan
Monitor out put urine tiap 2 jam dan tanda vital tiap 4 jam
Arterial bleeding urine kemerahan (saos) + clotting
Venous bleeding urine seprti anggur traction kateter
• Vetropubic prostatectomy
Observasi : drainage purulent, demam, nyeri meningkat deep wound infection, pelvic abcess
• Suprapubic prostatectomy
= Perlu CBI via suprapubic klien diinstruksikan tetap tidur
sampai CBI dihentikan
= Kateter uretra diangkat hari 3 – 4 post op
= Setelah kateter diangkat, kateter supra pubic di clamp dan
klien disuruh miksi dan dicek residual urine, jika residual urine
± 75 ml, kateter diangkat
EVALUASI
Kreteria yang diharapkan terhadap diagnosis yang berhubungan dengan obstruksi urinari adalah :
1). Mengatasi obstruksi urine tanpa infeksi atau komplikasi yang permanen
2). Tidak mengalami tekanan atau nyeri berkepanjangan
3). Mengungkapkan penurunan atau tak adanya kecemasan tentang retensio
urine.
4). Menunjukan tingkat fungsi sexual kembali sebagaimana sebelumnya.
KASUS
Tn. X. usia 56 tahun , datang ke poli urologi dengan keluhan sering kencing, disuria, kesulitan memulai kencing,. Pada saat akhir kencing menetes, terasa ada sisa. Tekanan darah 150/130 mm Hg. Hasil uroflow metri 13 ml/detik.
a. Apakah tn X mengalami BPH, ? Urolithiasis ?
b. Keluhan / gejala apa yang mendukung ?
c. Pemeriksaan apa yang diperlukan ?
d. Masalah keperawatan apa yang lazim terjadi ?
e. Bagaimana mekanisme terjadinya masalah tersebut ?
f. Intervensi apa yang dilakukan sesuai masalah diatas ?
PENYULIT BPH
BPH YANG TIDAK DIRAWAT PADA SEBAGIAN KLIEN LAMA-LAMA AKAN DAPAT BERAKIBAT :
1. MENURUNNYA KUALITAS HIDUP
2. INFEKSI SALURAN KENCING
3. TERBENTUKNYA BATU BULI-BULI
4. HEMORROID
5. RETENSIO URINE
6. GANGGUAN FUNGSI GINJAL
7. HIDRONEFROID
8. HEMATURIA
Watchful Waiting
Indikasi : BPH dengan IPPS Ringan
Baseline data normal
Flowmetri non obstruksi
Follow – up : Tiap 3 – 6 bulan
INDIKASI PEMBEDAHAN BPH
➢ Retensi urin akut
➢ Retensi urin kronis
➢ Residual urine > 100 ml
➢ BPH dengan penyulit
➢ Terapi medika mentosa tidak berhasil
➢ Flowmetri obstruktif
KONTRA INDIKASI PEMBEDAHAN
➢ Infark Miokard Akut
➢ CVA Akut
PEMBEDAHAN BPH
# TUR PROSTAT : 90 - 95 %
# OPEN PROSTATECTOMY : 5 - 10 %
BPH YANG BESAR ( 50 - 100 GRAM ) Tidak habis direseksi dalam 1 jam.
Disertai BBB Besar
(>2,5cm), multiple.
Fasilitas TUR tak ada
MORTALITAS PEMBEDAHAN BPH
0 - 1 %
KAUSA : Infark Miokatd
Septikemia dengan Syok
Perdarahan Massive
Kepuasan Klien : 66 – 95 %
PROSES MIKSI
FASE PENGISIAN
Pves : < 20 cm H2 o
Pup : 60 – 100 cm H2o
FASE EKSPULSI :
ISI BLADER 200 – 300 ml
Mulai terangsang ingin kencing
Reseptor Strecth
Syaraf Otonom PS S2 - 4
Tonus Bladder 60 – 120 cm H2O (ingin kencing)
Up membuka, sp. Eks masih menutup
BPH P up meningkat
Kontraksi Detrusor meningkat
Hipertropi
P Ves > P up P Ves < P up
Fase Kompensata Fase Decompensata
Kualitas miksi masih baik Retensio Urine
BLADER NEOPLASMA
➢ Sebagian besar tumbuh dalam lumen kandung kemih.
➢ Cancer tersering pada saluran kemih.
➢ Julah 3 % dari semua kematian karena kanker
➢ Sering pada usia 50 – 70 tahun
➢ Laki-laki 2 – 3 kali dari wanita
FAKTOR RESIKO
➢ Paparan dari sigaret rokok ( mayor)
➢ Radiasi pelvis, penggunaan siclophosphamide, Kronik sistitis, batu buli-buli
PENGKAJIAN
• Tanyakan klien tentang perubahan dalam urinase, catat adanya perubahan warna, frekuensi dan jumlah urine
• Hematuri disertai nyeri merupakan tanda pertama kanker blader, biasanya intermittent yang mana sering menyebabkan hambatan dalam mencari pelayanan diagnostik.
• Akibat perkembangan penyakit klien mengalami iritable blader dengan disuria. Akhirnya gross hematuria, obstruksi atau vistula mendorong klien mencari pengobatan.
PENGKAJIAN DIAGNOSTIK
• Urinalisis menunjukkan adanya darah dalam urine.
• Sistoscopy dikerjakan untuk melihat tumor secara langsung dan untuk biopsi.
• Sitologi.
• IVP mengevaluasi kandung kemi , uriter dan ginjal.
NURSING INTERVENSI
1. Resiko tinggi injury berhubungan dengan radiasi terapi dan kemoterapi .
Kriteria:
Klien tidak berkembang dengan masalah yang berhubungan dengan terapi radiasi dan kemoterapi yang ditandai dengan tidakadanya sistitis hemoragik
Intervensi :
➢ Pemberian anti spasmodik
➢ Peningkatan asupan cairan klien
➢ Pemberian antiseptik traktus urinarius untuk sistitis.
➢ Klien dengan proctitis memerlukan diet rendah serat dan agen untuk menurunkan motilitas usus
2. Kurangnya penygetahuan benrhubungan dengan pemeriksaan diagnostik, pembedahan dana diversi urine
Kriteria:
Klien mengerti tentang pemeriksaan diagnostik, pembedahan dan perawatan diversi urine ditandai dengan pernyataan klien dan kemampuan demonstrasi terhadap perawatannya.
Intervensi :
➢ Persiapan preop klien yang mengalami diversi urine.
➢ Pendidikan mengenai diversi urine.
➢ Mendorong penerimaan terhadap fakta dan hasil eliminasi urine melalui kulit rektum atau stoma khusus.
➢ Persiapan fisk dan emosi secara umum.
➢ Perlu perhatian salauran cerna : non residu diet untuk beberapa hari, sterilisasi usus, enema atau katartic.
➢ Seleksi klien sebelum pemasangan stoma
➢ Sarankan klien untuk mencegah kontak urine dengan kulit, untuk mencegah iritasi kulit akibat diversi urine.
➢ Bersikan stoma dengan sabun, air lalu dikeringkan pada setiap penggantian kantong urine.
3. gangguan eliminasi urine (disuria ) berhubungan dengan adanya tumor.
Kriteria:
Klien akan terdiagnosis dini untuk mengeliminasi dysuria.
Intervensi :
➢ pemasangan indwelling kateter.
➢ CBI untuk mrncegah blood clot
➢ Intervensi pada TUR – P (intek cairan, analgesik dan antispasmodik seperlunya)
4. Gangguan harga diri dan body image
Perubahan route aliran dan miksi akan merubah self image meliputi perubahan emsi,
Psikososial dan reaksi persepsi
Kreteria :
Klien akan mempunyai konsep diri, body image dan self esteem yang normal
setelah Diversi urine.
Intervensi :
➢ Konseling preoperasi : perubahan anatomi fisiologi dan kemungkinan afeknya
Pada klien
➢ Konseling cara mempertahankan gaya hidup
➢ Bantu klien mencari stoma dan menerimanya sebagai bagian hidupnya
5. INJURI, HIGH RISK bd. Komplikasi post op ( perdarahan, paralitik illeus, iskemic
stoma, bloking kateter urethral
Kriteria :
Klien tak akan mengalami komplikasi post op ditandai tanda vital normal,
suara bising usus aktif dalam 3 – 4 jam post operasi, stoma merah muda,
produksi urine 30 - 60 ml / jam.
Intervensi :
➢ Monetor rurin tanda vital
➢ Inspeksi insisi
➢ Hubungan nefrostomi tube pada bed side drainage
➢ Jaga sistem drainage tertutup
➢ Jaga patensi tube drainage untuk mencegah obstruksi
Intervensi postop diversi secara umum
➢ Ukur output urine setiao jam / 24 jam pertama, selanjutnya setiap
8 jam
➢ Check kebocoran ostomy back dan kulit terhadap iritasi tiap 4 jam, kemudian 8 jam
➢ Inspeksi stoma tiap jam / 24 jam post op
➢ Catat ukuran stoma, bentuk dan warna. Warna sianotic stoma, insufisiensi supply darah
➢ Penyebab insufisiensi : tehnik pembedahan, pemasangan plate yang terlalu kecil
➢ Periksa tanda peritonitis akibat kebocoran anastomis
➢ Observasi perdarahan
6. Skin integrity, High Risk impaired b.d iritasi periostomal.
Kriteria :
Klien tidak akan berkembang pada gangguan integritas kulit, atau iritasi periotomal yang ditandai kulit intact dan bersih
Intervensi :
• Check pH urin
• Check kantong urine terhadap kebocoran dan apakan kulit sensitif terhadap bahan tersebut
• Ganti kantong selama tidak bocor ( terlalu sering diganti menyebabkan iritasi )
• Selama kantong diganti biarkan kontak dengan udara sebanyak mungkit
• Berikan nystatin pada sekitar stoma
No comments:
Post a Comment