BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LatarBelakang
Kreativitas
merupakan sebuah konsep yang majemuk dan multi dimensional, sehingga sulit
didefinisikan secara operasional. Definisi sederhana yang sering digunakan
secara luas tentang kreaivitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru. Wujudnya adalah tindakan manusia.
Penalaran merupakan suatu proses berfikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran, maka proses befikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu.
Pemecahan masalah selalu melingkupi setiap sudut aktivitas manusia, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, hukum, pendidikan bisnis, olah raga, kesehatan, dll. Dan jika tidak ada aktivitas pemecahan masalah yang dirasa cukup dalam kehidupan professional dan vokasional hidup kita, kita bisa melakukan berbagai macam penyegaran. Manusia, monyet, dan beberapa jenis mamalia lainnya adalah jenis makhluk hidup yang mempunyai rasa keingintahuan, diantaranya keingintahuan yang berkaitan dengan cara bertahan hidup, mencari stimulasi, juga mengatasi konflik dalam kehidupan dengan kreativitas, logika, intelegensi, dan kemampuan pemecahan masalah
Penalaran merupakan suatu proses berfikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran, maka proses befikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu.
Pemecahan masalah selalu melingkupi setiap sudut aktivitas manusia, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, hukum, pendidikan bisnis, olah raga, kesehatan, dll. Dan jika tidak ada aktivitas pemecahan masalah yang dirasa cukup dalam kehidupan professional dan vokasional hidup kita, kita bisa melakukan berbagai macam penyegaran. Manusia, monyet, dan beberapa jenis mamalia lainnya adalah jenis makhluk hidup yang mempunyai rasa keingintahuan, diantaranya keingintahuan yang berkaitan dengan cara bertahan hidup, mencari stimulasi, juga mengatasi konflik dalam kehidupan dengan kreativitas, logika, intelegensi, dan kemampuan pemecahan masalah
Kreativitas
merupakan sebuah konsep yang majemuk dan multi dimensional, sehingga sulit
didefinisikan secara operasional. Definisi sederhana yang sering digunakan
secara luas tentang kreaivitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru. Wujudnya adalah tindakan manusia.
Penalaran merupakan suatu proses berfikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran, maka proses befikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu.
Pemecahan masalah selalu melingkupi setiap sudut aktivitas manusia, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, hukum, pendidikan bisnis, olah raga, kesehatan, dll. Dan jika tidak ada aktivitas pemecahan masalah yang dirasa cukup dalam kehidupan professional dan vokasional hidup kita, kita bisa melakukan berbagai macam penyegaran. Manusia, monyet, dan beberapa jenis mamalia lainnya adalah jenis makhluk hidup yang mempunyai rasa keingintahuan, diantaranya keingintahuan yang berkaitan dengan cara bertahan hidup, mencari stimulasi, juga mengatasi konflik dalam kehidupan dengan kreativitas, logika, intelegensi, dan kemampuan pemecahan masalah
Penalaran merupakan suatu proses berfikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran, maka proses befikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu.
Pemecahan masalah selalu melingkupi setiap sudut aktivitas manusia, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, hukum, pendidikan bisnis, olah raga, kesehatan, dll. Dan jika tidak ada aktivitas pemecahan masalah yang dirasa cukup dalam kehidupan professional dan vokasional hidup kita, kita bisa melakukan berbagai macam penyegaran. Manusia, monyet, dan beberapa jenis mamalia lainnya adalah jenis makhluk hidup yang mempunyai rasa keingintahuan, diantaranya keingintahuan yang berkaitan dengan cara bertahan hidup, mencari stimulasi, juga mengatasi konflik dalam kehidupan dengan kreativitas, logika, intelegensi, dan kemampuan pemecahan masalah
B.
Tujuan
BAB
II
KONSEP
DASAR
A.
Intelegensi
Beberapa pengertian tentang
inteligensi sebagaimana dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:
Menurut W. Stren, inteligensi ialah
kesanggupan jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat dalam
suatu situasi yang baru.
Menurut V. Hees, inteligensi ialah
sifat kecerdasan jiwa. Istilah inteligensi atau dalam bahasa Inggris
inteligensi berasal dari kata “inteligere” yang artinya menghubungkan atau
menyatukan satu sama lain.
Menurut Sunary, M.Kes (2004) ia
mengemukakan bahwa inteligensi adalah kemampuan untuk
berpikir abstrak.
Menurut
(Sukardi, 1997) merupakan kemampuan untuk berpikir secara abstrak.
Menurut
(Notoatmodjo, 1997) merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi.
Menurut Claparde dan Stern
mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri secara
mental terhadap situasi atau kondisi baru.
Menurut K. Buhler mengatakan bahwa
intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengertian.
Menurut David Wechster (1986).
Definisinya mengenai intelegensi mula-mula sebagai kapasitas untuk mengerti
ungkapan dan kemauan akal budi untuk mengatasi tantangan-tantangannya. Namun di
lain kesempatan ia mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk
bertindak secara terarah, berfikir secara rasional dan menghadapi lingkungannya
secara efektif.
Menurut William Stern mengemukakan batasan sebagai berikut: intelegensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya. William Stern berpendapat bahwa intelegensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan turunan, pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada intelegensi seseorang.
Menurut William Stern mengemukakan batasan sebagai berikut: intelegensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya. William Stern berpendapat bahwa intelegensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan turunan, pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada intelegensi seseorang.
Dari beberapa pendapat para ahli di
atas, kami menyimpulkan bahwa intelegensi adalah kecerdasan / kemampuan yang di
miliki setiap orang dalam memecahkan masalah, beradaptasi terhadap lingkungan
baru, dan berfikir secara abstrak.
dimaksud
intelegensi atau Intelek sama dengan Intelegereyang berarti memahami Intellectus
atau Intelek adalah bentuk particium perpectum (pasif). Sedangkan
Intellegens atau Intelegensi adalah bentuk particium praesens (aktif)
B.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inteligensi
- Heriditor (pembawaan) ialah segala kesanggupan kita yang telah kita bawa sejak lahir dan tidak sama pada tiap orang
- Kematangan, menyangkut pertumbuhan jiwa dan fisik berkembang telah mencapai puncaknya karena dipengaruhi faktor internal
- Pembentukan yaitu perkembangan individu yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan
- Minat, inilah yang merupakan motor penggerak dari inteligensi kita
5.
Intelegensi sangat ditentukan oleh faktor
herediter, kematangan, dan juga pembentukan.
C.
Gangguan Inteligensi dan Penyebab Retardasi
Pengertian
retardasi mental ialah keadaan dengan inteligensi kurang (abnormal) sejak masa
perkembangan (sejak lahir atau sejak masa kanak-kanak) atau keadaan kekurangan
inteligensi (kecerdasan) sehingga daya guna sosial dan dalam pekerjaan
seseorang menjadi terganggu. Penyebab retardasi adalah:
- Retardasi mental primer; kemungkinan faktor keturunan dan kemungkinan tidak diketahui
- Retardasi mental sekunder ialah faktor War yang diketahui dan mempengaruhi otak misalnya infeksi,gangguan metabolism,kekurangan gizi,prematurotas,gangguanjiwa berat,kelainan kromoson,penyakit otak.
Tanda-tanda
retardasi mental
- Tahap kecerdasan (IQ) sangat rendah
- Daya ingat menari (menari) lemah
- Tidak mampu mengurus dirinya sendiri
- Minat hanya mengenal pada hal sederhana
- Perhatiannya mudah berpindah pindah (labil)
- Miskin dan keterbatasan emosi(hanya perasaan, takut,marah,benci,senang dan terkejut)
- Kelamin jasmani yang khas
D.
Tingkat Kecerdasan
- Jenius dengan tingkatan IQ lebih dari 140
- Sangat superior dengan tingkatan IQ 130-139
- Superior dengan tingaktan IQ 120-129
- Cerdas dengan tingkatan IQ 110-119
- Normal tinggi dengan tingkatan IQ 100-109
- Normal rendah dengan tingkatan IQ 80-89
- Interior dengan tingaktan IQ 70-79
- Moron dengan tingaktan IQ 50-69
- Feembleminded dengan tingaktan IQ 60-79
- Imbelice dengan tingkatan IQ 20-40
- Idiot dengan tingkatan IQ kurang dari 20
E.
Hubungan Inteligensi dan Kreativitas
Kreativitas
perkembangan, karena dipengaruhi faktor dominan inteligensi orang yang kreatif,
umumnya memiliki inteligensi yang tinggi atau orang yang inteligensinya tinggi
pada umumnya memiliki kreativitas yang tinggi pula sehingga dapat dikatakan
bahwa antara kreativitas dan inteligensi itu memiliki hubungan yang sangat
erat. Faktor yang mempengaruhinya adalah:
- Intrinsik : inteligensi, bakat, minat, kepribadian, dan perasaan
- Ekstrinsik : adat istiadat, sosial budaya, pendidikan dan lingkungan
Hubungan
antara intelegensi dengan kreativitas. Kreativitas merupakan salah satu ciri
dari perilaku yang inteligen karena kreativitas juga merupakan manifestasi dari
suatu proses kognitif. Meskipun demikian, hubungan antara kreativitas dan
inteligensi tidak selalu menunjukkan bukti-bukti yang memuaskan. Walau ada
anggapan bahwa kreativitas mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear dengan
inteligensi, tapi bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai penelitian tidak
mendukung hal itu. Skor IQ yang rendah memang diikuti oleh tingkat kreativitas
yang rendah pula. Namun semakin tinggi skor IQ, tidak selalu diikuti tingkat kreativitas
yang tinggi pula. Sampai pada skor IQ tertentu, masih terdapat korelasi yang
cukup berarti. Tetapi lebih tinggi lagi, ternyata tidak ditemukan adanya
hubungan antara IQ dengan tingkat kreativitas.
Para ahli telah berusaha mencari tahu mengapa ini terjadi. J. P. Guilford menjelaskan bahwa kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan. Ini merupakan akibat dari pola pendidikan tradisional yang memang kurang memperhatikan pengembangan proses berpikir divergen walau kemampuan ini terbukti sangat berperan dalam berbagai kemajuan yang dicapai oleh ilmu pengetahuan.
3. Pengertian Kreativitas.
Berikut ini adalah pendapat beberapa ahli psikologi tentang pengertian
Berikut ini adalah pendapat beberapa ahli psikologi tentang pengertian
Kreativitas yaitu sebagai berikut : David Campbell, Ph.D
menyatakan bahwa kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil dengan
kandungan ciri ;
Inovatif
: belum pernah ada, segar, menarik, aneh, mengejutkan dan teobosan baru.
Berguna : lebih enak, lebih baik, lebih praktis, mempermudah, mendorong, memecahkan masalah, mengurangi hambatan.
Berguna : lebih enak, lebih baik, lebih praktis, mempermudah, mendorong, memecahkan masalah, mengurangi hambatan.
Dapat
dimengerti : hasil yang sama dapat dibuat pada waktu yang lain.
b) James R Evan, menyatakan kreativitas adalah keterampilan untuk membentuk kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah ada dalam pikiran. Setiap kreasi merupakan kombinasi baru dari ide-ide dan produk yang inovatif, seni dalam pemenuhan kebutuhan manusia.
c) Michael A.West, menyatakan bahwa kreativitas merupakan penyatuan pengetahuan berbagai bidang pengalaman yang berlainan untuk menghasilkan ide-ide baru yang lebih baik. Kreativitas merupakan salah satu bagian dasar dari usaha manusia. Kreativitas melibatkan kita dalam penemuan-penemuan terus-menerus cara baru dan baik dalam mengerjakan berbagai hal. Atau dalam pengertian yang lebih luas, kreativitas terkait dengan penggunaan berbagai potensi yang dimiliki, baik pengetahuan, intuisi maupun imajinasi sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan ide-ide baru yang lebih baik dan bermanfaat.
b) James R Evan, menyatakan kreativitas adalah keterampilan untuk membentuk kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah ada dalam pikiran. Setiap kreasi merupakan kombinasi baru dari ide-ide dan produk yang inovatif, seni dalam pemenuhan kebutuhan manusia.
c) Michael A.West, menyatakan bahwa kreativitas merupakan penyatuan pengetahuan berbagai bidang pengalaman yang berlainan untuk menghasilkan ide-ide baru yang lebih baik. Kreativitas merupakan salah satu bagian dasar dari usaha manusia. Kreativitas melibatkan kita dalam penemuan-penemuan terus-menerus cara baru dan baik dalam mengerjakan berbagai hal. Atau dalam pengertian yang lebih luas, kreativitas terkait dengan penggunaan berbagai potensi yang dimiliki, baik pengetahuan, intuisi maupun imajinasi sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan ide-ide baru yang lebih baik dan bermanfaat.
Hubungan intelegensi dan kreativitas
Intelegensi menyagkut pada cara
berpikir konvergen (memusat) sedangkan kreativitas berkenaan dengan cara
berpikir divergen ( menyebar). Penelitian Torrance (1965) mengungkapkan bahwa
anak yang kreativitasnya tinggi mempunyai taraf intelegensi (IQ) di bawah
rata-rata IQ teman sebayanya. Dalam konteks keberbakatan, ia menyatakan bahwa
IQ tidak dapat dijadikan sebagai criteria tungal untuk mengidentifikasi
orang-orang yang berbakat.
Berbagai penelitian mengenai hubungan
intelegensi dan kreativitas melaporkan hasil yang berbeda – beda. Pada intinya,
penelitian itu membuktikan bahwa sampai tingkat tertentu terdapat hubungan
antara intelegensi dan kreativitas. Namun, pada tingkat IQ di atas 120, hamper
tidak ada hubungan antara keduanya. Artinya, orang yang IQ-nya tinggi, mungkin
kreativitasnya rendah atau sebaliknya. Dengan demikian, kreativitas dan
intelegensi merupakan dua domain kecakapan manusia yang berbeda. Baik
intelegensi maupun kreativitas, dijadikan criteria untuk menentukan bakat
seseorang.
d) Rawlinson (1979:9) mengemukakan Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu gagasan baru maupun karya nyata baru yang merupakan kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada sehingga relatif berbeda dengan yang telah ada.
Secara umum kreativitas dapat
diartikan sebagai kemampuuan untuk berpikir sesuatu yang baru dan tidak biasa
dan menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap berbagai persoalan. Perlu kita
ketahui ciri-ciri yang mencerminkan kepribadian kreatif, diantaranya, mempunyai
daya imajinasi yang kuat, mempunyai inisiatif dan minat yang luas, bebas dalam
berpikir, bersifat ingin tahu, selalu ingin mendapat pengalaman baru, percaya
diri, penuh semangat dan berani mengambil resiko.
Perkembangan kreativitas anak
Sejumlah studi kreativitas menunjukan
bahwa perkembangan kreativitas mengikuti suatu pola yang memiliki beberapa
variasi. Beberapa factor yang berpengaruh terhadap variasi tersebut
diantaranya, jenis kelamin, status ekonomi, posisi urutan kelahiran, lingkungan
kota versus desa, dan intelegensi. Anak laki-laki cenderung lebih kreatif
dibandingkan dengan anak perempuan karena anak laki-laki mempunyai kesempatan
yang lebih luas daripada anak perempuan. Anak yang berlatar belakang ekonomi
tinggi lebih kreatif daripada anak yang mempunyai latar belakang ekonomi yang
rendah karena lebih banyak mempunyai kesempatan untuk mengakses pengetahuan dan
pengalaman yang diperlukan untuk pengembangan kreativitas. Untuk anak-anak yang
sebaya, anak yang cerdas menunjukan kemampuan yang lebih bila dibandingkan
dengan anak-anak yang kurang cerdas.
Kreativitas adalah suatu kemampuan
untuk memecahkan persoalan yang memungkinkan orang tersebut memecahkan ide yang
asli atau menghasilkan suatu yang adaptis (fungsi kegunaan) yang secara penuh
berkembang. Kreativitas dan kecerdasan seseorang tergantung pada kemampuan
mental yang berbeda-beda.
Kreativitas didefinisikan secara berbeda-beda oleh para pakar berdasarkan sudut pandang masing-masing. Perbedaan dalam sudut pandang ini menghasilkan berbagai definisi kreativitas dengan penekanan yang berbeda-beda pula. Barron (1982) mendefinisikan bahwa Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru di sini bukan berarti harus sama sekali baru, tetapi dapat juga sebagai kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya.
Guilford (1970) menyatakan bahwa kreativitas mengacu pada kemampuan yang menandai ciri-ciri seorang kreatif . Lebih lanjut Guilford mengemukakan dua cara berfikir, yakni cara berfikir konvergen dan divergen. Cara berfikir konvergen adalah cara-cara individu dalam memikirkan sesuatu dengan berpandangan bahwa hanya ada satu jawaban yang benar. Sedangkan cara berfikir divergen adalah kemampuan individu untuk mencari berbagai alternatif jawaban terhadap suatu persoalan.
Kreativitas dalam perkembangannya sangat sangat terkait dengan empat aspek, yaitu:
Kreativitas didefinisikan secara berbeda-beda oleh para pakar berdasarkan sudut pandang masing-masing. Perbedaan dalam sudut pandang ini menghasilkan berbagai definisi kreativitas dengan penekanan yang berbeda-beda pula. Barron (1982) mendefinisikan bahwa Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru di sini bukan berarti harus sama sekali baru, tetapi dapat juga sebagai kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya.
Guilford (1970) menyatakan bahwa kreativitas mengacu pada kemampuan yang menandai ciri-ciri seorang kreatif . Lebih lanjut Guilford mengemukakan dua cara berfikir, yakni cara berfikir konvergen dan divergen. Cara berfikir konvergen adalah cara-cara individu dalam memikirkan sesuatu dengan berpandangan bahwa hanya ada satu jawaban yang benar. Sedangkan cara berfikir divergen adalah kemampuan individu untuk mencari berbagai alternatif jawaban terhadap suatu persoalan.
Kreativitas dalam perkembangannya sangat sangat terkait dengan empat aspek, yaitu:
1. Aspek Produk (Product)
Menekankan kreativitas dari hasil karya-karya kreatif, baik yang sama sekali baru maupun kombinasi karya-karya lama yang menghasilkan sesuatu yang baru.
2. Aspek Pribadi (Person)
Memandang kreativitas dari segi cirri-ciri individu yang menandai kepribadian orang kreatif atau yang berhubungan dengan kreativitas. Ini dapat diketahui melalui perilaku kreatif yang tampak.
3. Aspek Proses (Process)
Menekankan bagaimana proses kreatif itu berlangsung sejak dari mulai tumbuh sampai dengan berwujud perilaku kreatif.
4. Aspek Pendorong (Press)
Menekankan pada pentingnya faktor-faktor yang mendukung timbulnya kreativitas pada individu.
Keterkaitan antara empat aspek / sudut pandang aspek produk (product), aspek pribadi (person), aspek proses (process), dan aspek pendorong (press) itu oleh Utami Munandar (1992) dijelaskan sebagai berikut : Apabila kita dapat menerima bahwa setiap pribadi memiliki potensi kreatif yang unik dan dapat mengenal potensi tersebut dan kemudian memberikan kesempatan pada setiap individu untuk melibatkan diri ke dalam kegiatan-kegiatan kreatif sesuai dengan bidang keahlian dan minatnya, maka produk kreativitas yang bermakna dapat muncul.
Berpikir adalah proses umum untuk menentukan sebuah isu dalam pikiran, sementara logika adalah ilmu berpikir. Walaupun dua orang dapat berpikir hal yang sama, kesimpulan mereka-keduanya diraih melalui pemikiran-mungkin berbeda, yang satu logis yang lain tidak logis
Berpikir dan logika telah menjadi subjek spekulasi untuk waktu yang lama. Lebih dari 2000 tahun lalu Aristoteles memperkenalkan suatu sistem penalaran atau validasi argument yang kita sebut silogisme. Sebuah silogisme mempunyai tiga langkah-sebuah premis mayor, premis minor, dan konklusi, dalam urutan demikian. Lihat contoh berikut :
Menekankan kreativitas dari hasil karya-karya kreatif, baik yang sama sekali baru maupun kombinasi karya-karya lama yang menghasilkan sesuatu yang baru.
2. Aspek Pribadi (Person)
Memandang kreativitas dari segi cirri-ciri individu yang menandai kepribadian orang kreatif atau yang berhubungan dengan kreativitas. Ini dapat diketahui melalui perilaku kreatif yang tampak.
3. Aspek Proses (Process)
Menekankan bagaimana proses kreatif itu berlangsung sejak dari mulai tumbuh sampai dengan berwujud perilaku kreatif.
4. Aspek Pendorong (Press)
Menekankan pada pentingnya faktor-faktor yang mendukung timbulnya kreativitas pada individu.
Keterkaitan antara empat aspek / sudut pandang aspek produk (product), aspek pribadi (person), aspek proses (process), dan aspek pendorong (press) itu oleh Utami Munandar (1992) dijelaskan sebagai berikut : Apabila kita dapat menerima bahwa setiap pribadi memiliki potensi kreatif yang unik dan dapat mengenal potensi tersebut dan kemudian memberikan kesempatan pada setiap individu untuk melibatkan diri ke dalam kegiatan-kegiatan kreatif sesuai dengan bidang keahlian dan minatnya, maka produk kreativitas yang bermakna dapat muncul.
Berpikir adalah proses umum untuk menentukan sebuah isu dalam pikiran, sementara logika adalah ilmu berpikir. Walaupun dua orang dapat berpikir hal yang sama, kesimpulan mereka-keduanya diraih melalui pemikiran-mungkin berbeda, yang satu logis yang lain tidak logis
Berpikir dan logika telah menjadi subjek spekulasi untuk waktu yang lama. Lebih dari 2000 tahun lalu Aristoteles memperkenalkan suatu sistem penalaran atau validasi argument yang kita sebut silogisme. Sebuah silogisme mempunyai tiga langkah-sebuah premis mayor, premis minor, dan konklusi, dalam urutan demikian. Lihat contoh berikut :
Premis mayor Seluruh laki-laki adalah
makhluk hidup
Predikat (P)
Hubungan Tengah (M)
Premis minor Sokrates adalah laki-laki
Subjek (S)
Predikat (P)
Hubungan Tengah (M)
Premis minor Sokrates adalah laki-laki
Subjek (S)
Konklusi Oleh karena itu, Sokrates
makhluk hidup
Konklusi
diraih ketika penalaran silogistik diakui valid atau benar, jika
premis-premisnya akurat dan bentuknya benar. Maka sangat mungkin untuk
menggunakan logika silogistik untuk validasi argument. Konklusi yang tak logis
dapat ditentukan dan sebab-sebabnya terisolasi. Ini merupakan pernyataan
ringkas dasar teori dari banyak riset mengenai pemikiran dan logika.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran, maka proses berpikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, dimana logika secara luas dapat didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara sahih”.
Sehubungan dengan luasnya penggunaan kata “intelegensi”, maka para psikolog tidak setuju pada satu definisi saja. Tetapi bagaimanapun juga inti dari topik ini adalah bentuk kognisi yang lebih tinggi (higher-order form of cobnition) pembentukan konsep, penalaran, pemecahan masalah, kreativitas, serta memori dan persepsi yang berhubungan dengan intelegensi manusia. Sternberg (1982) meminta orang-orang mengidentifikasi karakteristik orang intelek, dan sebagian besar mereka menjawab “dapat berfikir logis dan bagus”, “banyak membaca”, “berfikir terbuka” dan “membaca dengan pemahaman yang tinggi”. Sedangkan Geary (2005) menyatakan bahwa intelegensi dapat didefinisikan dalam hal perbedaan individu dalam bereaksi terhadap waktu, waktu “inspeksi” (inspection time), dan kerja memori yang secara de facto diukur melalui tes intelegensi standar.
Phares (1988) mengatakan bahwa dari sekian banyak definisi yang dirumuskan para ahli, secara umum dapat dimasukan ke dalam salah satu dari tiga klasifikasi berikut :
1. Kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan, beradaptasi dengan situasi-situasi baru, atau menghadapi situasi-situasi yang sangat beragam.
2. Kemampuan untuk belajar atau kapasitas untuk menerima pendidikan, dan
3. Kemampuan untuk berfikir secara abstrak, menggunakan konsep-konsep abstrak dan menggunankan secara luas simbol-simbol dan konsep-konsep.
Dengan berbagai definisi yang ada, kami akan menyimpulkan bahwa intelegensi manusia adalah kemampuan untuk memperoleh, memanggil kembali (recall) dan menggunakan pengetahuan untuk memahami konsep-konsep abstrak maupun konkrit dan hubungan antara objek dan ide, serta menerapkan pengatahuan secara tepat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Intelegensi adalah
a. Pembawaan
Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir.
b. Kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ (fisik atau psikis) dapat dikatakan telah matanag, jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
c. Pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang memengaruhi perkembangan intelegensi.
d. Minat dan Pembawaan Khas
Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring motivies). Dari manipulasi dan eksplorasi yang dilakukan terhadap dunia luar itu, lama kelamaan timbulah minat terhadap sesuatu.
e. Kebebasan
Manusia mempunyai kebebasan-kebebasan memilih metode, juga bebas memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya. Dengan adanya kebebasan ini berarti bahwa minat itu tidak selamanya menjadi syarat dalam perbuatan intelegensi.
B. Intelegensi : Pengukuran Kemampuan Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi/jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik. Kita menemukan banyak masalah dalam kehidupan sehari-hari kita, sehingga kita akan membuat suatu cara untuk menanggapi, memilih, menguji respons yang kita dapat untuk memecahkan suatu masalah.
Meskipun psikologi Gestalt terkenal berkat teorinya mengenai organisasi perceptual, Gestalt juga terkenal dengan pemahaman (“insight”) dalam memecahkan masalah. Gestalt kurang lebih dapat diterjemahkan sebagai “konfigurasi” atau “ keseluruhan yang terorganisir”. Perspektif dalam psikologi gestalt konsisten dengan memandang perilaku sebagai system yang terorganisir.
Menurut para penganut psikologi Gestalt (gestaltist), suatu permasalahan, (khususnya masalah-masalah perceptual) ada ketika ketegangan atau stres muncul sebagai hasil dari interaksi antara persepsi dan memori.dengan memikirkan suatu permasalahan, atau dengan menelitinya dari berbagai sudut yang berbeda, pandangan yang “benar” dapat muncul pada saat kita memikirkannya lebih jauh. Psikolog Gestalt awal seperti (Max Wertheimer, Kurt Koffka, Wolfgang Kohler) mendemonstrasikan sudut pandang persepsi reorganisasi dalam aktivitas pemecahan masalah. Dari sudut pandang tersebut, kemudian muncul konsep “functional fixedness” yang dikemukakan oleh Karl Duncker (1945).
Penalaran (reasoning) dan pemecahan masalah merupakan komponen yang penting dalam kehidupan manusia. Sternberg (1989) adalah seorang psikolog kognitif generasi baru yang membahas tentang intelegensi manusia dalam hubungannya dengan penalaran dan pemecahan masalah. Sternberg mengemukakan teori tentang intelegensi yang disebut teori triarkhis (triarchic theory) yang meliputi 3 subteori, antara lain adalah :
1. Perilaku Intelegen Komponensial (componential intelligent behavior). Subteori ini menjelaskan struktur dan mekanisme yang mendasari perilaku inteligen. Dalam teori ini terdapat 3 komponen pemrosesan informasi : (a) belajar bagaimana melakukan hal-hal tertentu (b) merencanakan hal-hal yang akan dilakukan serta bagaimana cara melakukannya (c) melakukan hal tersebut.
2. Perilaku Inteligen Eksperiensial (experiential intelligent behavior). Komponen ini memberikan fakta bahwa untuk tugas maupun situasi yang unik, perilaku yang tepat secara kontekstual adalah perilaku yang tidak dianggap sebagai perilaku yang “inteligen” menurut pengalaman umum. Orang-orang yang mempunyai komponen ini kemungkinan tidak memperoleh skor yang tertinggi dalam tes IQ, tetapi mereka kreatif. Pada umumnya, kemampuan mereka dapat menuntun pada kesuksesan dalam berbagai bidang, baik itu bidang bisnis, medis, maupun pertukangan.
3. Perilaku Inteligen Kontekstual (contextual intelligent behavior). Perilaku inteligen kontekstual meliputi (a) adaptasi terhadap lingkungan (b) pemilihan terhadap lingkungan yang lebih optimal dibanding apa yang dilakukan individu pada umumnya (c) menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi peningkatan keahlian, minat, dan nilai-nilai. Jenis inteligensi ini merupakan alat/instrument yang paling penting dalam pergaulan sehari-hari, baik dalam lingkup perkampungan kumuh maupun ruang rapat.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran, maka proses berpikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, dimana logika secara luas dapat didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara sahih”.
Sehubungan dengan luasnya penggunaan kata “intelegensi”, maka para psikolog tidak setuju pada satu definisi saja. Tetapi bagaimanapun juga inti dari topik ini adalah bentuk kognisi yang lebih tinggi (higher-order form of cobnition) pembentukan konsep, penalaran, pemecahan masalah, kreativitas, serta memori dan persepsi yang berhubungan dengan intelegensi manusia. Sternberg (1982) meminta orang-orang mengidentifikasi karakteristik orang intelek, dan sebagian besar mereka menjawab “dapat berfikir logis dan bagus”, “banyak membaca”, “berfikir terbuka” dan “membaca dengan pemahaman yang tinggi”. Sedangkan Geary (2005) menyatakan bahwa intelegensi dapat didefinisikan dalam hal perbedaan individu dalam bereaksi terhadap waktu, waktu “inspeksi” (inspection time), dan kerja memori yang secara de facto diukur melalui tes intelegensi standar.
Phares (1988) mengatakan bahwa dari sekian banyak definisi yang dirumuskan para ahli, secara umum dapat dimasukan ke dalam salah satu dari tiga klasifikasi berikut :
1. Kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan, beradaptasi dengan situasi-situasi baru, atau menghadapi situasi-situasi yang sangat beragam.
2. Kemampuan untuk belajar atau kapasitas untuk menerima pendidikan, dan
3. Kemampuan untuk berfikir secara abstrak, menggunakan konsep-konsep abstrak dan menggunankan secara luas simbol-simbol dan konsep-konsep.
Dengan berbagai definisi yang ada, kami akan menyimpulkan bahwa intelegensi manusia adalah kemampuan untuk memperoleh, memanggil kembali (recall) dan menggunakan pengetahuan untuk memahami konsep-konsep abstrak maupun konkrit dan hubungan antara objek dan ide, serta menerapkan pengatahuan secara tepat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Intelegensi adalah
a. Pembawaan
Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir.
b. Kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ (fisik atau psikis) dapat dikatakan telah matanag, jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
c. Pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang memengaruhi perkembangan intelegensi.
d. Minat dan Pembawaan Khas
Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring motivies). Dari manipulasi dan eksplorasi yang dilakukan terhadap dunia luar itu, lama kelamaan timbulah minat terhadap sesuatu.
e. Kebebasan
Manusia mempunyai kebebasan-kebebasan memilih metode, juga bebas memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya. Dengan adanya kebebasan ini berarti bahwa minat itu tidak selamanya menjadi syarat dalam perbuatan intelegensi.
B. Intelegensi : Pengukuran Kemampuan Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi/jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik. Kita menemukan banyak masalah dalam kehidupan sehari-hari kita, sehingga kita akan membuat suatu cara untuk menanggapi, memilih, menguji respons yang kita dapat untuk memecahkan suatu masalah.
Meskipun psikologi Gestalt terkenal berkat teorinya mengenai organisasi perceptual, Gestalt juga terkenal dengan pemahaman (“insight”) dalam memecahkan masalah. Gestalt kurang lebih dapat diterjemahkan sebagai “konfigurasi” atau “ keseluruhan yang terorganisir”. Perspektif dalam psikologi gestalt konsisten dengan memandang perilaku sebagai system yang terorganisir.
Menurut para penganut psikologi Gestalt (gestaltist), suatu permasalahan, (khususnya masalah-masalah perceptual) ada ketika ketegangan atau stres muncul sebagai hasil dari interaksi antara persepsi dan memori.dengan memikirkan suatu permasalahan, atau dengan menelitinya dari berbagai sudut yang berbeda, pandangan yang “benar” dapat muncul pada saat kita memikirkannya lebih jauh. Psikolog Gestalt awal seperti (Max Wertheimer, Kurt Koffka, Wolfgang Kohler) mendemonstrasikan sudut pandang persepsi reorganisasi dalam aktivitas pemecahan masalah. Dari sudut pandang tersebut, kemudian muncul konsep “functional fixedness” yang dikemukakan oleh Karl Duncker (1945).
Penalaran (reasoning) dan pemecahan masalah merupakan komponen yang penting dalam kehidupan manusia. Sternberg (1989) adalah seorang psikolog kognitif generasi baru yang membahas tentang intelegensi manusia dalam hubungannya dengan penalaran dan pemecahan masalah. Sternberg mengemukakan teori tentang intelegensi yang disebut teori triarkhis (triarchic theory) yang meliputi 3 subteori, antara lain adalah :
1. Perilaku Intelegen Komponensial (componential intelligent behavior). Subteori ini menjelaskan struktur dan mekanisme yang mendasari perilaku inteligen. Dalam teori ini terdapat 3 komponen pemrosesan informasi : (a) belajar bagaimana melakukan hal-hal tertentu (b) merencanakan hal-hal yang akan dilakukan serta bagaimana cara melakukannya (c) melakukan hal tersebut.
2. Perilaku Inteligen Eksperiensial (experiential intelligent behavior). Komponen ini memberikan fakta bahwa untuk tugas maupun situasi yang unik, perilaku yang tepat secara kontekstual adalah perilaku yang tidak dianggap sebagai perilaku yang “inteligen” menurut pengalaman umum. Orang-orang yang mempunyai komponen ini kemungkinan tidak memperoleh skor yang tertinggi dalam tes IQ, tetapi mereka kreatif. Pada umumnya, kemampuan mereka dapat menuntun pada kesuksesan dalam berbagai bidang, baik itu bidang bisnis, medis, maupun pertukangan.
3. Perilaku Inteligen Kontekstual (contextual intelligent behavior). Perilaku inteligen kontekstual meliputi (a) adaptasi terhadap lingkungan (b) pemilihan terhadap lingkungan yang lebih optimal dibanding apa yang dilakukan individu pada umumnya (c) menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi peningkatan keahlian, minat, dan nilai-nilai. Jenis inteligensi ini merupakan alat/instrument yang paling penting dalam pergaulan sehari-hari, baik dalam lingkup perkampungan kumuh maupun ruang rapat.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Jadi
peranan Intelegensi / kecerdasan setiap orang sangat mempengaruhi kreativitas,
bakat , dan prestasi belajarnya. Seseorang yang Tingkat intelegensinya (IQ)
tinggi belum tentu memiliki kreativitas, bakat, dan prestasi belajarnya tinggi
pula karena setiap individu memiliki motivasi yang berbeda. Tetapi individu
yang memiliki IQ lebih tinggi akan lebih mudah berkreativitas dan meraih
prestasi belajar yang tinggi dibandingkan dengan yang memiliki IQ rendah.
Kreativitas didefinisikan secara
berbeda-beda oleh para pakar berdasarkan sudut pandang masing-masing. Perbedaan
dalam sudut pandang ini menghasilkan berbagai definisi kreativitas dengan
penekanan yang berbeda-beda pula.
Dalam perkembangannya kreativitas sangat sangat terkait dengan empat aspek, yaitu:
1. Aspek Produk (Product)
2. Aspek Pribadi (Person)
3. Aspek Proses (Process)
4. Aspek Pendorong (Press)
Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran, maka proses berpikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, dimana logika secara luas dapat didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara sahih”.
Dengan berbagai definisi yang ada, kami akan menyimpulkan bahwa intelegensi manusia adalah kemampuan untuk memperoleh, memanggil kembali (recall) dan menggunakan pengetahuan untuk memahami konsep-konsep abstrak maupun konkrit dan hubungan antara objek dan ide, serta menerapkan pengatahuan secara tepat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Intelegensi adalah
a. Pembawaan
b. Kematangan
c. Pembentukan
d. Minat dan Pembawaan Khas
e. Kebebasan
Dalam perkembangannya kreativitas sangat sangat terkait dengan empat aspek, yaitu:
1. Aspek Produk (Product)
2. Aspek Pribadi (Person)
3. Aspek Proses (Process)
4. Aspek Pendorong (Press)
Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran, maka proses berpikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, dimana logika secara luas dapat didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara sahih”.
Dengan berbagai definisi yang ada, kami akan menyimpulkan bahwa intelegensi manusia adalah kemampuan untuk memperoleh, memanggil kembali (recall) dan menggunakan pengetahuan untuk memahami konsep-konsep abstrak maupun konkrit dan hubungan antara objek dan ide, serta menerapkan pengatahuan secara tepat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Intelegensi adalah
a. Pembawaan
b. Kematangan
c. Pembentukan
d. Minat dan Pembawaan Khas
e. Kebebasan
B.
SARAN
DAFTAR
PUSTAKA
http://kentanks.blogspirit.com/archive/2006/03/04/intelegensi-dan-iq.html
http://id.wikipedia.org/wiki/bakat/psikologi
http://id.wikipedia.org/wiki/kreativitas/psikologi
http://www.masbied.com/2011/07/07/hubungan-intelegensi-dengan-kreativitas
http://id.wikipedia.org/wiki/bakat/psikologi
http://id.wikipedia.org/wiki/kreativitas/psikologi
http://www.masbied.com/2011/07/07/hubungan-intelegensi-dengan-kreativitas
http://id.wikipedia.org/wiki/belajar/psikologi
aza-blog.blogspot.com/2011/04/hubungan-antara-intelegensi-dengan.html
No comments:
Post a Comment