ASUHAN KEPERAWATAN
PADA MASALAH KEHILANGAN DAN BERDUKA
Pengampu
:
Eka Muzyanti. S. Kep
YAYASAN PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN AL HIKMAH 2 AKPER ALHIKMAH 2
BENDA SIRAMPOG
2011/2012
Asuhan Keperawatan pada Masalah Kehilangan dan Berduka
A.Pengkajian
Keperawatan
Pengkajian masaalah ini adalah adanya faktor predisposisi yang
memengaruhi respons seseorang terhadap perasaan kehilangan yang di
hadapi,antara lain:
1.
Faktor genetik.Individu yang dilahirkan dan dibesarkan dalam
keluarga dengan riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam
menghadapi suatu permasalahan,termasuk dalam menghadapi perasaan kehilangan.
2.
Kesehatan fisik.Individu dengan fisik,mental,serta pola hidup
yang teratur cenderung mempunyai kemampuan dalam mengatasi stes yang lebih
tinggi dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan jasmani.
3.
Kesehatan mental.Individu yang mengalami gangguan
jiwa,terutama yang mempunyai riwayat depresi yang di tandai dengan perasaan
tidak berdaya dan pesimis,selalu dibayangi masa depan peka dalam
menghadapisituasi kehilangan.
4.
Pengalaman kehilangan di masa lalu.Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang adicintai pada masa kanak-kanak akan
mempengaruhi kemampuan individu dalam mengatasi perasaan kehilangan pada masa
dewasa.
5.
Struktur kepribadian.Individu dengan konsep diri yang negatif dan
perasaan rendah diri yang rendah dan tidak objektif terhadap sters yang
dihadapi.
6.
Adanya stresor perasaan kehilangan.Stresor ini dapat berupa stresor yang nyata
maupun imajenasi individu itu sendiri,seperti kehilangan biopsikososial yang
meliputi kehilangan harga diri,pekerjaan,seksualitas,posisi dalam
masyarakat,milik pribadi (kehilangan harta benda atau yang dicintai,kehilangan
kewarganegaraan,dan lain-lain).Mekanisme koping yang sering dipakai oleh
individu dengan respons kehilangan,antara lain: pengingkaran, regresi,
intelektualisasi, disosiasi, supresi, dan proyeksi yang digunakan untuk
menghindari intensitas stres yang dirasakan sangat menyakitkan.Dalam keadaan
patologi, mekanisme koping sering dipakai secara berlebihan atau tidak
memadai.Pengkajian tanda klinis berupa adanya distres somatis seperti gangguan
lambung, rasa sesak, napas pendek, sering mengeluh, dan merasakan
lelah.Pengkajian terhadap masalah psikologis adalah tidak ada atau kurangnya
pengetahuan dan pemahaman kondisi yang terjadi, penghindaran pembicaraan
tentang kondisi penyakit, serta kemampuan pemahaman terhadap prognosis dan
usaha menghadapinya.
B.Diagnosa Keperawaratan
1.
Berduka berhubungan dengan kehilangan aktual
atau kehilangan yang dirasakan.
2.
Berduka antisipatif berhubungan dengan
perpisahan atau kehilangan.
3.
Berduka disfungsional berhubungan dengan
kehilangan orang/benda yang dicintai atau memiliki arti besar.
C.Perencanaan dan Tindakan
Keperawatan
Secara umum, perencanaan dan intervensi keperawatan yang dilakukan
untuk menghadapi kedukaan adalah:
1.
Membina dan meningkatkan hubungan saling
percaya dengan cara:
·
Mendengarkan pasien berbicara.
·
Memberi dorongan agar pasien mau mengungkapkan
perasaannya.
·
Menjawab pertanyaan pasien secara langsung,
menunjukan sikap menerima dan empati.
2.
Mengenali faktor-faktor yang mungkin
menghambat dengan cara:
·
Bersama pasien mendiskusikan hubungan pasien
dengan orang atau objek yang pergi atau hilang.
·
Menggali pola hubungan pasien dengan orang
yang berarti.
3.
Mengurangi atau menghilangkan faktor
penghambat dengan cara:
·
Bersama pasien mengingat kembali cara
mengatasi perasaan berduka dimasa lalu.
·
Memperkuat dukungan serta kekuatan yang
dimiliki pasien dan negara.
·
Mengenali dan menghargai sosial budaya agama
serta kepercayaan yang dianut oleh pasiendan keluarga dalam mengatasi perasaan
kehilangan.
4.
Memberi dukungan terhadap respons kehilangan
pasien dengan cara:
·
Menjelaskan kepada pasien atau keluarga bahwa
sikap mengingkari, marah, tawar-menawar,
depresi, dan menerima adalah wajar dalam menghadapi kehilangan.
·
Memberi gambaran tentang cara mengungkapkan perasaan yang bisa
diterima.
·
Menguatkan dukungankeluarga atau orang yang
berarti.
5.
Meningkatkan rasa kebersamaan antar anggota
keluarga dengan cara:
·
Menguatkan dukungan keluarga atau orang
berarti.
·
Mendorong pasien untuk menggali perasaannya
bersama anggota keluarga lainnya, mengenali masing-masing anggota keluarganya.
·
Menjelaskan manfaat hubungan dengan orang
lain.
·
Mendorong keluarga untuk mengevaluasi perasaan
dan saling mendukung satu sama lain.
6.
Menentukan tahap keberadaan pasien dengan
cara:
·
Mengamati perilaku pasien.
·
Menggali pikiran perasaan pasien yang selalu timbul
dalam dirinya.
Secara khusus , tahap
/ rentang respons individual terhadap kedukaan
adalah:
a. Tahap pengingkaran
1.memberi
kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya dengan cara:
·
Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan
berdukannya.
·
Meningkatkan kesabaran pasien secara terhadap
tentang kenyataan dan kehilangan, apabila sudah siap secara emosional.
2.Menunjukan sikap menerima dengan ikhlas dan mendorong pasien
untuk berbagi rasa dengan cara:
·
Mendengarkan dengan penuh perhatian dan minat
mengenai hal yang dikatakan oleh pasien tanpa menghukum atau menghakimi.
·
Menjelaskan kepada pasien bahwa sikap tersebut
biasa terjadi pada orang yang mengalami kehilangan.
3.Memberi jawaban
yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit, pengobatan dan kematian
dengan cara:
·
Menjawab pertanyaan pasien dengan bahasa yang
mudah dimengrti , jelas, dan tidak berbelit-belit.
·
Mengamati dengan cermat respons pasien selama
berbicara.
·
Meningkatkan kesadaran secara bertahap.
b.
Tahap marah
Mengizinkan dan
mendorong pasien mengungkapkan rasa marah secara verbal tanpa melawan kemarahan
tersebut dengan cara:
·
Menjelaskan kepada keluarga bahwakemarahan
pasien sebenarnya tidak ditujukan kepada mereka.
·
Membiarkan pasien menangis.
·
Mendorong pasien untuk membicarakan
kemarahannya.
c.
Tahap tawar-menawar
Membantu pasien
mengungkapkan rasa bersalah dan takut dengan cara:
·
Mendengarkan ungkapan dengan penuh perhatian.
·
Mendorong pasien untuk membicarakan rasa takut
dan rasa bersalahnya.
·
Bila pasien selalu mengungkapkan kata
“kalau”atau “seandainya...,” beritahu pasien bahwa perawat hanya dapat
melakukan sesuatuyang nyata.
·
Membahas bersama pasien mengenai penyebab rasa
bersalah atau rasa takutnya.
d. Tahap depresi
1.Membantu pasien mengidintifikasi rasa bersalah dan takut dengan
cara:
·
Mengamati perilaku pasien dan bersama
dengannya membahas perasaanya.
·
Mencegah tindakan penuh diri atau merusak diri
sesuai derajat resikonya.
2.Membantu pasien mengurangi rasa bersalah dengan cara:
·
Menghargai perasaan pasien.
·
Membantu pasien menemukan dukungan yang
positif dengan mengaitkan terhadap kenyataan.
·
Memberi kesempatan untuk menangis dan
mengungkapkan perasaannya.
·
Bersama pasien membahas pikiran negatif yang
selalu timbul.
e. Tahap penerimaan
Membantu pasien
menerima kehilangan yang tidak bisa dielakkan dengan cara:
·
Membantu keluarga mengunjungi pasien secara teratur.
·
Membantu keluarga berbagi rasa, karena setiap
anggota keluarga tidak berada pada tahap yang sama pada saat yang bersamaan.
·
Membahas rencana setelah masa berkabung
terlewati.
·
Memberi informasi akurat tentang kebutuhan
pasien dan keluarga.
D.Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah kehilangan dan berduka secara umum dapat
dinilai dari kemampuan untuk menghadapi atau memaknai arti kehilangan, reaksi
terhadap kehilangan, dan perubahan perilaku yang menerima arti kehilangan.
DAFTAR
PUSTAKA
Alimul
Hidayat,A.Aziz,2006,Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Asuhan Keperawatan I,Surabaya:Dirjen Dikti Depdiknas.
No comments:
Post a Comment