ASKEP
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA LANSIA
Di Susun
Untuk Memenuhi
Tugas Mata
Kuliah Keperawatan jiwa
Dosen Pengampu : Ahmad zakiudin, SKM
AKADEMI KEPERAWATAN AL-HIKMAH 02
BENDA
SIRAMPOG BREBES
2012
KATA PENGANTAR
Puji
dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun tugas ini yang
berjudul " Askep Jiwa Pada Lansia " tepat pada waktunya.
Penulis
menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan
Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Akhir
kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Benda, September 2012
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Proses atau keadaan menjadi
tua,senescence,merupakan fenomena
perkembangan manusi yang alamiah dimana secara berangsur-angsur terjadi
kemunduran dari kapasitas mental,berekurangnya minat social dan menurunnya
aktifitas fisik serupa dengan masa kanak-kanak,remaja,dewasa,menjadi tua adalah
hal yang normal yang disertai pula dengan problema yang khusus pula. Tekanan
hidup yang beraneka ragam yang terdapat dalam masyarakat ikut membentuk keadaan
istimewa atau khusus ini pada usia lanjut.
Untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai perawatan usia lanjut yang keadaan kesehatannya terutama dipengaruhi
oleh proses ketuaannya,maka penulis mengambil judul makalah ini “Asuhan
Keperawatan pada Pasien Lansia”.
- Tujuan Penulisan
1. Tujuan
umum
2. Tujuan
Khusus
·
Dapat melakukan
pengkajian
·
Dapat membuat
rencana tindakan keperawatan
·
Dapat melakukan
intervensi yang telah dibuat
·
Dapat melakukan
atau menentukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan.
- Metode penulisan
Metode penulisan
makalah ini didasarkan dari hasil studi literature dan studi perpustakaan
- Ruang lingkup pembahasan
1. Tinjauan
teori
2. Tinjauan
asuhan keperawatan
3.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Lansia adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti died dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita.
Proses menua (aging) adalah proses
alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial
yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi
menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus
pada lansia.
Lansia adalah seseorang yang lebihdari
75 tahun
B. Masalah Kesehatan Lansia
Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk
juga dalam masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan
Psikogeriatri yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu yang
mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis,
psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain (Depkes.RI, 1992:6)
Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran
yang mempelajari masalah kesehatan pada lansia yang menyangkut aspek promotof,
preventif, kuratif dan rehabilitatif serta psikososial yang menyertai kehidupan
lansia. Sementara Psikogeriatri adalah cabang ilmu kedokteran jiwa yang
mempelajari masalah kesehatan jiwa pada lansia yang menyangkut aspek promotof,
preventif, kuratif dan rehabilitatif serta psikososial yang menyertai kehidupan
lansia.
Ada 4 ciri yang dapat dikategorikan
sebagai pasien Geriatri dan Psikogeriatri, yaitu :
a)
Keterbatasan
fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin meningkatnya usia
b)
Adanya
akumulasi dari penyakit-penyakit degeneratif
c)
Lanjut usia
secara psikososial yang dinyatakan krisis bila :
Ketergantungan
pada orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain).
Mengisolasi
diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan karena berbagai sebab,
diantaranya setelah menajalani masa pensiun, setelah sakit cukup berat dan
lama, setelah kematian pasangan hidup dan lain-lain.
d)
Hal-hal yang
dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasis) sehingga membawa lansia
kearah kerusakan / kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif terutama aspek
psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis dan
sebagainya. Hal itu biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang
paling berat, misalnya kematian pasangan hidup, kematian sanak keluarga dekat,
terpaksa berurusan dengan penegak hukum, atau trauma psikis.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Jiwa Lansia
Ada beberapa faktor yang sangat
berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia. Faktor-faktor tersebut hendaklah
disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua mereka
dengan bahagia.
Adapun beberapa faktor yang dihadapi
para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai
berikut:
1.
Penurunan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai
dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple
pathology), misalnya tenaga berkurang, enerji menurun, kulit makin keriput,
gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dan sebagainya. Secara umum kondisi
fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara
berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi
fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu
keadaan ketergantungan kepada orang lain. Dalam kehidupan lansia agar dapat
tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan
fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada
usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya. Seorang
lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur,
istirahat dan bekerja secara seimbang.
2.
Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia
sering kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti : Gangguan
jantung, gangguan metabolisme, misal diabetes millitus, vaginitis, baru selesai
operasi : misalnya prostatektomi, kekurangan gizi, karena pencernaan kurang
sempurna atau nafsu makan sangat kurang, penggunaan obat-obat tertentu, seperti
antihipertensi, golongan steroid, tranquilizer.
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :
Rasa tabu atau
malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia
Sikap keluarga
dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya.
Kelelahan atau
kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
Pasangan hidup
telah meninggal.
Disfungsi
seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya
cemas, depresi, pikun dan sebagainya.
3.
Perubahan Aspek Psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia
mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi
proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain
sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara
fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan
kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia
menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga
mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian
lansia.
4.
Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada umumnya
perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah
agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam
kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan
sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan
harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari
model kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point tiga di atas.
D. Penyakit Psikiatris
Gangguan yang paling banyak diderita
adalah gangguan depresi, demensia, fobia, dan gangguan terkait penggunaan
alkohol. Lansia dengan usia di atas 75 tahun juga beresiko tinggi melakukan
bunuh diri. Banyak gangguan mental pada lansia dapat dicegah, diperbaiki,
bahkan dipulihkan.
1)
Gangguan
demensia
Faktor resiko demensia yang sudah diketahui adalah usia,
riwayat keluarga, dan jenis kelamin wanita. Perubahan khas pada demensia
terjadi pada kognisi, memori, bahasa, dan kemampuan visuospasial, tapi gangguan
perilaku juga sering ditemui, termasuk agitasi, restlessness, wandering,
kemarahan, kekerasan, suka berteriak, impulsif, gangguan tidur, dan waham.
2)
Gangguan
depresi
Gejala yang sering muncul pada gangguan depresif adalah
menurunnya konsentrasi dan fisik, gangguan tidur (khususnya bangun pagi terlalu
cepat dan sering terbangun [multiple awakenings]), nafsu makan menurun,
penurunan berat badan, dan masalah-masalah pada tubuh.
3)
Gangguan
kecemasan
Termasuk
gangguan panik, ketakutan (fobia), gangguan obsesif-kompulsif, gangguan
kecemasan yang menyeluruh, gangguan stres akut, dan gangguan stres pasca
trauma.
Tanda dan gejala ketakutan (fobia) pada lansia tidak
seberat daripada yang lebih muda, tetapi efeknya sama. Gangguan kecemasan mulai
muncul pada masa remaja awal atau pertengahan, tetapi beberapa dapat muncul
pertama kali setelah usia 60 tahun.
Pengobatan harus disesuaikan dengan penderita dan harus
diperhitungkan pengaruh biopsikososial yang menghasilkan gangguan.
Farmakoterapi dan psikoterapi dibutuhkan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
·
Apakah mengenal masa;lah-masalah utamanya
·
Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
·
Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak
·
Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan
·
Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
·
Apakah lanjut usia yang sering mengalami kegagalan
·
Apakah harapan pada saat ini dan akan datang
·
Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif daya ingat,proses
piker alam perasaan,orientasi dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah
B. Diagnosa keperawatan
1. Isolasi social berhubungan dengan
rasa curiga
2. Depresi berhubungan dengan isolasi
social
3. Harga diri rendah berhubungan
dengan perasaan ditolak
C. INTERVENSI
Diagnosa keperawatan 1
Isolasi social berhubungan dengan rasa Curiga
Tujuan umum (TUM)
Klien tidak mengisolasi diri lagi
Tujuan khusus (TUK)
TUK 1:Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria evaluasi:
Ada kontak mata,ekspresi wajah ramah,klien mau
duduk berdampingan dengan perawat,mau
mengutarakan masalah yang dihadapi.
Intervensi:
Bina hubungan saling percaya dengan
menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
a. Sapa klien dengan ramah secara
vernal maupun non verbal
b. Jelaskan tujuan pertemuan kepada klien
dengan jelas
c. Tujuan sikap empati dan penuh
perhatian
d. Terima klien apa adannya,hargai
privacy klien
TUK
II: Klien dapat mengenal perasaan curigannya
Kriteria hasil:
Klien dapat menyatakan penyebab
perasaan curigannya intervensi:
a. Diskusikan dengan klien cara
mengungkapkan perilaku:apa alas an klien selalu menghindar bila disapa oleh
perawat
b. Tunjukan komunikasi yang jujur dan
respon prilaku klien.
TUK III: Gali bersama klien penyebab
rasa curiga
No comments:
Post a Comment