MAKALAH
KEBUTUHAN SPIRITUAL
Disusun untuk memenuhi
tugas kelompok
Mata kuliah kebutuhan
dasar manusia (KDM II)
Dosen Pengampu : Eka
Muzyanti, S.Kep
Disusun Oleh :
YAYASAN PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN AL-HIKMAH 02
AKADEMI KEPERAWATAN (AKPER) AL-HIKMAH 02
BENDA SIRAMPOG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Klien dalam perspektif keperawatan merupakan
individu, keluarga atau masyarakat yang memiliki masalah kesehatan dan
membutuhkan bantuan untuk dapat memelihara, mempertahankan dan meningkatkan
status kesehatannya dalam kondisi optimal. Sebagai seorang manusia, klien
memiliki beberapa peran dan fungsi seperti sebagai makhluk individu, makhluk
sosial, dan makhluk Tuhan. Berdasarkan hakikat tersebut, maka keperawatan
memandang manusia sebagai mahluk yang holistik yang terdiri atas aspek
fisiologis, psikologis, sosiologis, psikologis dan spiritual.
Tidak terpenuhinya kebutuhan manusia pada salah satu diantara dimensi di atas akan menyebabkan ketidaksejahteraan atau keadaan tidak sehat. Kondisi tersebut dapat dipahami mengingat dimensi fisik, psikologis, sosial spiritual, dan kultural merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan. Tiap bagian dari individu tersebut tidaklah akan mencapai kesejahteraan tanpa keseluruhan bagian tersebut sejahtera.
Kesadaran akan pemahaman tersebut melahirkan keyakinan dalam keperawatan bahwa pemberian asuhan keperawatan hendaknya bersifat komprehensif atau holistik, yang tidak saja memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan kultural tetapi juga kebutuhan spiritual klien. Sehingga, pada nantinya klien akan dapat merasakan kesejahteraan yang tidak hanya terfokus pada fisik maupun psikologis saja, tetapi juga kesejateraan dalam aspek spiritual. Kesejahteraan spiritual adalah suatu faktor yang terintegrasi dalam diri seorang individu secara keseluruhan, yang ditandai oleh makna dan harapan. Spiritualitas memiliki dimensi yang luas dalam kehidupan seseorang sehingga dibutuhkan pemahaman yang baik dari seorang perawat sehingga mereka dapat mengaplikasikannya dalam pemberian asuhan keperawatan kepada klien.
B.
Tujuan
- Tujuan Umum
a.
Untuk memenuhi tugas dari Bapak dosen
pembimbing mata kuliah Kebutuhan Dasar manusia I (KDM I).
b.
Untuk mengetahui dan menambah wawasan lebih banyak
pengetahuan KDM I tentang “ Konsep Kesehatan Spiritual “.
- Tujuan Khusus
a.
Mahasiswa mengetahui konsep kesehatan spiritual
b.
Mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep kesehatan
spiritual
c.
Mahasiswa memiliki landasan pengetahuan dalam
melaksanakan tindakan keperawatan yang berhubungan dengan spiritual.
C.
Metode
Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, kami menggunakan
metode kepustakaan yang kami ambil dari beberapa buku yang ada di perpustakaan
akper Pemkab Kapuas. Selain menggunakan metode kepustakaan kami juga mencari
materi dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Konsep Kesehatan Spiritual
Spirituality atau spiritual berasal dari
bahasa latin “spiritus” yang berarti nafas atau udara. spirit
memberikan hidup,menjiwai seseorang. Spirit memberikan arti penting ke hal apa
saja yang sekiranya menjadi pusat dari seluruh aspek kehidupan seseorang(
Dombeck,1995). Spiritual adalah konsep yang unik pada masing-masing individu
(Farran et al, 1989). Masing-masing individu memiliki definisi yang berbeda
mengenai spiritual, hal ini dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman
hidup dan ide-ide mereka sendiri tentang hidup. Spiritual menghubungkan antara
intrapersonal (hubungan dengan diri sendiri), interpersonal (hubungan antara
diri sendiri dan orang lain), dan transpersonal (hubungan antara diri sendiri
dengan tuhan/kekuatan gaib) . Spiritual adalah suatu kepercayaan dalam hubungan
antar manusia dengan beberapa kekuatan diatasnya, kreatif, kemuliaan atau
sumber energi serta spiritual juga merupakan pencarian arti dalam kehidupan dan
pengembangan dari nilai-nilai dan sistem kepercayaan seseorang yang mana akan
terjadi konflik bila pemahamannya dibatasi.
Dalam hirarki kebutuhan manusia, kesehatan
spiritual tampak untuk pemenuhan yang mengandung arti dari kebutuhan melebihi
tingkat aktualisasi diri. Kesehatan spiritual berkaitan erat dengan dimensi
lain dan dapat dicapai jika terjadi keseimbangan dengan dimensi lain
(fisiologis, psikologis, sosiologis, kultural). Peran perawat
adalah bagaimana perawat mampu mendorong
klien untuk meningkatkan spiritualitasnya dalam berbagai kondisi, Sehingga
klien mampu menghadapi, menerima dan mempersiapkan diri terhadap berbagai
perubahan yang terjadi pada diri individu tersebut.
B.
Hubungan
Spiritual, Sehat, dan Sakit
Agama merupakan petunjuk perilaku karena di
dalam agama terdapat ajaran baik dan larangan yang dapat berdampak pada
kehidupan dan kesehatan seseorang, contohnya minuman beralkohol sesuatu yang
dilarang agama dan akan berdampak pada kesehatan bila di konsumsi manusia.
Agama sebagai sumber dukungan bagi seseorang yang mengalami kelemahan (dalam
keadaan sakit) untuk membangkitkan semangat untuk sehat, atau juga dapat
mempertahankan kesehatan untuk mencapai kesejahteraan. Sebagai contoh orang
sakit dapat memperoleh kekuatan dengan menyerahkan diri atau memohon
pertolongan dari Tuhannya.
C.
Hubungan
Keyakinan dengan Pelayanan Kesehatan
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar
yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit,
maka hubungan dengan Tuhannya pun semakin dekat, mengingat seseorang dalam
kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak ada yang mampu
membangkitkan dari kesembuhan, kecuali Sang Pencipta. Dalam pelayanan
kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki peran utama dalam
memenuhi kebutuhan spiritual. Perawat dituntut mampu memberikan pemenuhan yang
lebih pada saat pasien kritis atau menjelang ajal.
Dengan demikian, terdapat keterkaitan antara
keyakinan dengan pelayanan kesehatan, di mana
kebutuhan dasar manusia yang diberikan melalui
pelayanan kesehatan tidak hanya berupa aspek biologis, tetapi juga aspek spiritual.
Aspek spiritual dapat membantu membangkitkan semangat pasien dalam proses
penyembuhan.
D.
Perkembangan
Spiritual
Perkembangan Spiritual seseorang menurut
Westerhoff’s di bagi ke dalam empat tingkatan berdasarkan kategori umur, yaitu
:
- Usia anak-anak, merupakan tahap perkembangan kepercayaan berdasarkan pengalaman. Perilaku yang didapat, antara lain: adanya pengalaman dari interaksi dengan orang lain dengan keyakinan atau kepercayaan yang di anut, Pada masa ini, anak belum mempunyai pemahaman salah atau benar. Kepercayaan atau keyakinan pada masa ini mungkin hanya mengikuti ritual atau meniru orang lain, seperti berdoa sebelum tidur dan makan, dan lain-lain. Pada masa prasekolh kegiatan keagamaan yang dilakukan belum bermakna pada dirinya, perkembangan spiritual mulai mencontoh aktivitas keagamaan orang seakilingnya dalam hal ini keluarga. Pada masa ini anak-anak biasanya sudah mulai bertanya tentang pencipta, arti doa, serta mencari jawaban tentang kegiatan keagamaan.
- Usia remaja akhir, merupakan tahap perkumpulan kepercayaan yang di tandai dengan adanya partisipasi aktif pada aktivitas keagamaan. Pengalaman dan rasa takjub membuat mereka semakin merasa memiliki dan berarti akan keyakinannya. Perkembangan spiritual pada masa ini sudah mulai pada keinginan akan pencapaian kebutuhan spiritual seperti keinginan melalui meminta atau berdoa kepada penciptanya, yang berarti sudah mulai membutuhkan pertolongan melalui keyakinan atau kepercayaan. Bila pemenuhan kebutuhan spiritual tidak terpenuhi, akan timbul kekecewaan.
- Usia awal dewasa, merupakan masa pencarian kepercayaan dini, diawali dengan proses npernyataan akan keyakinan atau kepercayaan yang dikaitkan secara kognitif sebagai bentuk yang tepat untuk mempercayainya. Pada masa ini, pemikiran sudah bersifat rasional dan keyakinan atau kepercayaan terus dikaitkan dengan rasional. Segala pertanyaan tentang kepercayaan harus dapat dijawab secara rasional. Pada masa ini, timbul perasaan akan penghargaan terhadap kepercayaannya.
- Usia pertengahan dewasa, merupakan tingkatan kepercayaan dari diri sendiri, perkembangan ini diawali dengan semakin kuatnya kepercatyaan diri yang dipertahankan walaupun menghadapi perbedaan keyakinan yang lain dan lebih mengerti akan kepercayaan dirinya.
E.
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kebutuhan Spiritual
1.
Perkembangan. Usia perkembangan dapat
menentukan proses pemenuhan kebutuhan spiritual, karena setiap tahap
perkembangan memiliki cara meyakini kepercayaan terhadap Tuhan.
2.
Keluarga. Keluarga memiliki peran yang cukup strategis
dalam pemenuhan kebutuhan spiritual, karena keluarga memilki ikatan emosional
yang kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Ras/suku. Ras/suku memiliki
keyakinan/kepercayaan yang berbeda, sehungga proses pemenuhan kebutuhan spiritual
pun berbeda sesuai dengan keyakinan yang dimiliki.
4.
Agama yang dianut. Keyakinan pada agama
tertentu yang dimiliki oleh seseorang dapat menetukan arti pentingnya kebutuhan
spiritual.
5.
Kegiatan keagamaan. Adanya kegiatan keagamaan
dapat selalu mengingatkan keberadaan
dirinya dengan
Tuhan, dan selalu
mendekatkan diri kepada
Penciptanya.
F.
Beberapa orang
yang membutuhkan bantuan spiritual
1.
Pasien Kesepian. Pasien dalam keadaan sepi dan
tidak ada yang menemani akan membutuhkan bantuan spiritual karena mereka
merasakan tidak ada kekuatan selain kekuatan Tuhan, tidak ada yang menyertainya
selain Tuhan.
2.
Pasien Ketakutan dan cemas. Adanya ketakutan
atau kecemasan dapat menimbulkan pasien kacau, yang dapat membuat pasien
membutuhkan ketenangan pada dirinya, dan ketenangan yang paling besar adalah
bersama Tuhan.
3.
Pasien menghadapi pembedahan. Menghadapi
pembedahan adalah sesuatu yang sangat mengkhawatirkan karena akan timbul
perasaan antara hidup dan mati. Pada saat itulah keberadaan pencipta dalam hal
ini adalah Tuhan sangat penting sehingga pasien selalu membutuhkan bantuan
spiritual.
4.
Pasien yang harus mengubah gaya hidup.
Perubahan gaya hidup dapat membuat seseorang lebih membutuhkan keberadaan Tuhan
(kebutuhan spiritual). Pola gaya hidup dapat membuat kekacauan keyakinan bila
ke arah yang lebih buruk. Akan tetapi bila perubahan gaya hidup kea rah yang
lebih baok, maka pasien akan lebih membutuhkan dukungan spiritual.
G.
Masalah
Spiritual
Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan
kebutuhan spiritual adalah distress spiritual, yang merupakan suatu keadaan
ketika individu atau kelompok mengalami atau berisiko mengalami ganguan dalam
kepercayaan atau sistem yang memberikannya kekuatan,
harapan, dan arti kehidupan, yang ditandai dengan pasien meminta
pertolongan spiritual, mengungkapakan adanya keraguan dalam system kepercayaan,
adanya gangguan yang berlebih dalam mengartikan hidup, mengungkapkan perhatian
yang lebih pada kematian dan sesudah hidup, adanya keputusasaan, menolak
kegiatan ritual, dan terdapat tanda-tanda seperti menangis, menarik diri,
cemas, dan marah, kemudian ditunjang dengan tanda fisik seperti nafsu maakan
terganggu, kesulitan tidur, dan tekanan darah meningkat.
Distres spiritual terdiri dari atas :
- Spiritual yang sakit, yaitu kesulitan menerima kehilangan dari orang yang dicintai atau dari penderitaan yang berat.
- Spiritual yang khawatir, yatitu terjadi pertentangan kepercayaan dan sistem nilai seperti adanya aborsi.
- Spiritual yang hilang, yaitu adanya kesulitan menemukan ketenangan dalam kegiatan keagamaan.
H.
Pengkajian
Spritual
Pengkajian terhadap masalah kebutuhan spiritual
antara lain adanya ungkapan terhadap masalh spiritual, misalnya arti kehidupan,
kematian dan penderitaan, keraguan akan kepercayaan yang dianut, penolakan
untuk beribadah, perasaan yang kosong, dan pengakuan akan perlunya bantuan
spiritual. Beberapa faktor yang menyebabkan masalah spiritual adalah kehilangan
salah satu bagian tubuh, beberapa penyakit terminal, tindakan pembedahan,
prosedur invasive, dan lain-lain.
- Ketaatan dan keyakinan klien
- Tanggung Jawab diri dan kehidupan
- Kepuasan hidup klien
- Budaya
- Hubungan dengan masyarakat
- Praktek keagamaan
- Pekerjaan
- Harapan klien
G. Diagnosa
Keperawatan
Distres spiritual berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk melaksanakan ritual spiritual, konflik antara keyakinan
spiritual dan ketentuan aturan kesehatan dan krisis penyakit, penderitaan, atau
kematian.
H.
Perencanaan Keperawatan
Rencana yang
dapat dilakukan untuk mengatasi masalah spiritual antara lain:
- Memberikan ketenangan atau privasi sesuai dengan kebutuhan melalui berdoa dan beribadah secara rutin
- Membantu individu yang mengalami keterbatasan fisik untuk melakukan ibadah.
- Menghadirkan pemimpin spiritual untuk menjelaskan berbagai konflik keyakinan dan alternative pemecahannya.
- Mengurangi atau menghilangkan beberapa tindakan medis yang bertentangan dengan keyakinan pasien dan mencari alternatif pemecahannya.
- Mendorong untuk mengambil keputusan dalam melakukan ritual.
- Membantu pasien untuk memenuhi kewajibannya
I.
Evaluasi
Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah spiritual secara unun
dapat dinilai dari perubahan untuk melakukan kegiatan spiritual, adanya
kemampuan melaksanakan ibadah, adanya ungkapan atau perasaan yang tenang, dan
menerima adanya kondisi atau keberadaannya, wajah yang menunjukkan rasa damai,
kerukunan dengan orang lain, memilki pedoman hidup, dan rasa bersyukur.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Spiritual adalah suatu kepercayaan dalam
hubungan antar manusia dengan beberapa kekuatan diatasnya, kreatif, kemuliaan
atau sumber energi serta spiritual juga merupakan pencarian arti dalam
kehidupan dan pengembangan dari nilai-nilai dan sistem kepercayaan seseorang
yang mana akan terjadi konflik bila pemahamannya dibatasi.
Dalam hirarki kebutuhan manusia, kesehatan
spiritual tampak untuk pemenuhan yang mengandung arti dari kebutuhan melebihi
tingkat aktualisasi diri.
Kesehatan spiritual berkaitan erat dengan
dimensi lain dan dapat dicapai jika terjadi keseimbangan dengan dimensi lain
(fisiologis, psikologis, sosiologis, kultural). Peran
perawat adalah bagaimana perawat mampu
mendorong klien untuk meningkatkan spiritualitasnya dalam berbagai kondisi,
Sehingga klien mampu menghadapi, menerima dan mempersiapkan diri terhadap
berbagai perubahan yang terjadi pada diri individu tersebut.
B.
Saran
Berdasarkan pembahasan
makalah ini, maka kami dapat mengemukakan beberapa saran yang mungkin dapat
menjadi masukan yang bersifat positif antara lain :
1.
Diharapkan agar mahasiswa (i) dapat menguasai dan menerapkan konsep
kesehatan Spiritual ini. Terus mengembangkan dalam tindakan nyata pada
kehidupan dimasyarakat.
2. Diharapkan makalah ini
dapat digunakan sebagai acuan tambahan pembelajaran bagi ilmu keperawatan.
3.
Diharapkan makalah ini dapat dijadikan referensi tambahan diperpustakaan.
DAFTAR PUSTAKA
Azis, Ahmad Alimul
Hidayat. 2008. Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta: Salemba Medika
Saryono,
Anggriyana Tri Widianti. 2010. Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia (KDM).
Yogyakarta : Nuha Medika.
No comments:
Post a Comment