ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
Tuberculosis (TBC)
Diajukan
Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kulih
Dokumentasi Keperawatan
Dosen
Pengampu :
Rini
Indriyani, S.Kep,Ns
Disusun
Oleh :
Ahmad Sofa Mubarok
Prigi Priyadi
SlametAgung Taulas
Nuzilatun Ni’mah
AKADEMI KEPERAWATAN AL HIKMAH 2 BREBES
Jl. PONPES AL HIKMAH BENDA SIRAMPOG – BREBES
2012
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadiran Allah S.W.T atas berkat
rahmat dan karunia-Nya kami sudah dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul Asuhan
Keperawatan Pada Klien DenganTuberculosis
(Tbc).
Selawat dan salam kepangkuan Nabi Muhammad S.A.W beserta keluarga dan
sahabatnya sekalian.
Disini kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah in memang masih
banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi bahasa,
penulisan dan pengolahan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritikan, saran
dan masukan yang sifatnya membangun demi tercapainya kesempurnaan dalam
mencapai target makalah ini. Terima kasih.
PENULIS
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
Tuberculosis (TBC)
A. PENGERTIAN
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, yang dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh
darah.(Price & Wilson,1994)
Tuberkulosis pulmoner adalah penyakit infeksius yang
terutama menyerang parenkim paru, dengan agen infeksius utama Mycobacterium tuberculosis. (Smeltzer
& Bare,2001)
B. ETIOLOGI
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman yang berbentuk batang
dengan ukuran panjang 1 – 4 µm dan tebal 0,3 – 0,6 µm dan digolongkan dalam
basil tahan asam (BTA). (Suyono, et al 2001)
C. PATOFISIOLOGI &
PATHWAYS
1.
PATOFISIOLOGI
Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan
terinfeksi. Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli untuk
memperbanyak diri, basil juga dipindahkan melalui system limfe dan pembuluh
darah ke area paru lain dan bagian tubuh lainnya.
System imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi
inflamasi. Fagosit menelan banyak bakteri, limfosit specific tuberculosis
melisis basil dan jaringan normal, sehingga mengakibatkan penumpukkan eksudat
dalam alveoli dan menyebabkan bronkopnemonia.
Massa jaringan paru/granuloma (gumpalan basil yang
masih hidup dan yang sudah mati) dikelilingi makrofag membentuk dinding
protektif. Granuloma diubah menjadi massa jaringan fibrosa, yang bagian
sentralnya disebut komplek Ghon.
Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju.
Massa ini dapat mengalami kalsifikasi, memebentuk skar kolagenosa. Bakteri
menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif. Individu dapat mengalami
penyakit aktif karena gangguan atau respon inadekuat system imun, maupun karena
infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini tuberkel ghon
memecah, melepaskan bahan seperti keju ke bronki. Bakteri kemudian menyebar di
udara, mengakibatkan penyebaran lebih lanjut. Paru yang terinfeksi menjadi
lebih membengkak mengakibatkan bronkopnemonia lebih lanjut. (Smeltzer &
Bare,2001).
2.
PATHWAYS
Udara
tercemar dihirup individu
rentan kurang informasi
Mycobacterium
tuberculosis masuk paru
menempel
alveoli
reaksi
inflamasi/peradangan
penumpukkan
eksudat dalam alveoli
tuberkel
produksi secret berlebih
meluas mengalami perkejuan secret sukar dikeluarkan dibatukkan/bersin
penyebaran kalsifikasi terhirup
orang lain
hematogen
limfogen mengganggu perfusi
& difusi O2
peritoneum
mual, anoreksia
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi tuberculosis di Indonesia yang banyak
dipakai berdasarkan kelainan klinis, radiologist dan mikrobiologis :
1.
Tuberkulosis paru
2.
Bekas tuberculosis paru
3.
Tuberkulosis paru tersangka yang
terbagi dalam :
a.
TB paru tersangka yang diobati
(sputum BTA negatif, tapi tanda-tanda lain positif)
b.
TB paru tersangka yang tidak
diobati (sputum BTA negatif dan tanda-tanda lain meragukan). (Suyono, et al
2001)
E. MANIFESTASI KLINIK
Gambaran klinis tuberculosis mungkin belum muncul pada
infeksi awal dan mungkin tidak akan pernah timbul bila tidak terjadi infeksi
aktif.bila timbul infeksi aktif klien biasanya memperlihatkan gejala :batuk
purulen produktif disertai nyeri dada, demam (biasanya pagi hari), malaise,
keringat malam, gejala flu, batuk darah, kelelahan, hilang nafsu makan dan
penurunan berat badan. (Corwin,2001)
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
Darah : lekosit sedikit meninggi,
LED meningkat
2.
Sputum : BTA dilakukan untuk
memperkuat diagnosa TB aktif dan memperkirakan tingkat infeksinya, ini
dilakukan selama dalam 3 hari berturut-turut. Pada BTA positif ditemukan
sekurang-kurangnya 3 batang kuman dalam satu sediaan, dengan kata lain 5.000
kuman dalam 1 ml sputum.
3.
Tes tuberculin : tes ini dikatakan
positif jika indurasi lebih dari 10 – 15 mm.
4.
Rontgent : Foto thorak PA tampak
gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas; pada kavitas
berupa cincin; pada kalsifikasi tampak bercak padat dengan densitas tinggi.
5.
Broncografi : pemeriksaan khusus
untuk melihat kerusakan bronkus dan paru.
6.
Pemeriksaan serologi : ELISA,
Mycodot, untuk mendeteksi antibody IgG specific terhadap basil TB.
7.
Pemeriksaan PA : pemeriksaan
biopsy pada kelenjar getah bening superficial leher, yang biasanya didapatkan
hasil limfadenitis pada klien TB.
G. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan
Tujuan terpenting dari tata laksana pengobatan tuberkulosis adalah eradikasi cepat M. tuberculosis, mencegah resistensi, dan mencegah terjadinya komplikasi.
Jenis dan dosis OAT :
a.
Isoniazid (H)
Isoniazid (dikenal dengan INH)
bersifat bakterisid, efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif,
yaitu kuman yang sedang berkembang. Efek samping yang mungkin timbul berupa
neuritis perifer, hepatitis rash, demam Bila terjadi ikterus, pengobatan dapat
dikurangi dosisnya atau dihentikan sampai ikterus membaik. Efek samping ringan
dapat berupa kesemutan, nyeri otot, gatal-gatal. Pada keadaan ini pemberian INH
dapat diteruskan sesuai dosis.
b.
Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dorman (persisten). Efek
samping rifampisin adalah hepatitis, mual, reaksi demam, trombositopenia.
Rifampisin dapat menyebabkan warna merah atau jingga pada air seni dan
keringat, dan itu harus diberitahukan pada keluarga atau penderita agar tidak
menjadi cemas. Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolisme obat dan
tidak berbahaya.
c.
Pirazinamid (P)
Bersifat
bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam.
Efek samping pirazinamid adalah hiperurikemia, hepatitis, atralgia.
d.
Streptomisin (S)
Bersifat
bakterisid, efek samping dari streptomisin adalah nefrotoksik dan kerusakan
nervus kranialis VIII yang berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran.
e.
Ethambutol (E)
Bersifat
bakteriostatik, ethambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa
berkurangnya ketajaman penglihatan, buta warna merah dan hijau, maupun optic
neuritis.
2. Pembedahan
Dilakukan jika pengobatan tidak berhasil, yaitu dengan mengangkat
jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk memperbaiki kelainan tulang,
bronkoskopi untuk mengangkat polip granulomatosa tuberkulosis atau untuk
reseksi bagian paru yang rusak.
3. Pencegahan
Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil tuberkulosis,
mempertahankan status kesehatan dengan asupan nutrisi adekuat, minum susu yang
telah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada analisa sputum terdapat bakteri
hingga dilakukan pengobatan, pemberian imunisasi BCG untuk meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberkulosis virulen.
4. Prioritas keperawatan TB
Mempertahankan oksigenasi adekuat, mencegah
penyebaran infeksi, mendukung perilaku mempertahankan kesehatan, meningkatkan
strategi koping efektif, memberi informasi tentang proses penyakit/prognosis
dan kebutuhan pengobatan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN
Tuberculosis (TBC)
Pengkajian dilakukan pada tanggal 26 Mei 2008 pukul 12.00 di ruang Umar
Rumah Sakit Roemani Semarang.
Biodata
1.
Identitas pasien
Nama : Tn.A
Umur : 31 tahun
Jenis : Laki-laki
Suku bangsa : Jawa
/ Indonesia
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum
kawin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : -
Alamat : Semarang
Tanggal masuk : 22
Mei 2008
No. register : 24.20.23
Diagnosa medis : TB
paru
2.
Identitas penanggung jawab
Nama : Tn.K
Umur : 56 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : -
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dg pasien : Ayah
Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama : mual muntah
2. Riwayat penyakit sekarang
Pada tanggal 22 Mei 2008 klien datang bersama keluarga, klien dengan keluhan mual-mual diare dan batuk-batuk kemudian klien dirawat inap di ruang Umar Rumah Sakit Roemani Semarang dengan diagnosa TB.
3. Riwayat penyakit dahulu
± 9 bulan yang lalu klien pernah dirawat di rumah sakit William Boot dengan keluhan dan diagnosa yang sama, kemudian klien sembuh.
4. Riwayat keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit seperti klien saat ini. Keluarga klien tidak ada yang mempunyai penyakit menular Tetapi kalau penyakit keturunan tidak ada.
Pola Kesehatan Fungsional
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien selalu menjaga kesehatannya. Klien mau mendapat perawatan, klien ingin cepat sembuh upaya yang dilakukan klien untuk mempertahankan kesehatan klien pergi ke dokter. Klien tidak melakukan diit. Klien biasanya makan 3x sehari terkadang telat. Klien melakukan pemeriksaan berkala, kebiasaan hidup klien tidak olah raga. Klien termasuk keluarga sosial ekonomi yang mampu.
2. Pola nutrisi dan metabolik
Sebelum sakit klien makan 3x sehari dengan komposisi nasi, sayur, buah dan lauk pauk dan minum ± 5-6 gelas sehari.
Selama sakit klien mengalami perubahan dalam makannya, klien makan hanya ½ piring karena perutnya mual-mual. Minum klien 6-7 gelas perhari BB : 40 kg.
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit klien BAB 1 hari satu kali dengan konsistensi lembek, warna kuning bau khas BAK ± 6 kali dalam sehari.
4. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit klien biasanya melakukan aktivitas seperti mandi, ganti baju, makan dan minum, bekerja dilakukan sendiri.
Selama sakit : aktivitas klien seperti mandi, ganti baju, makan dan buang air besar dan kecil selalu dibantu oleh keluarga.
5. Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit klien biasanya tidur ± 8-9 jam setiap hari dan selama sakit klien tidur dalam sehari ± 8-10 jam setiap hari.
6. Pola persepsi sensori dan kognitif
Klien tidak ada gangguan dalam kemampuan sensasi seperti penglihatan, pendengaran, pengecapan dan perabaan. Klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran. Kemampuan kognitif kemampuan mengingat, bicara dapat dipahami dan pesan dapat diterima, klien juga mampu mengambil keputusan. Pola kognitif orang tua klien berharap putranya cepat sembuh.
7. Pola hubungan dengan orang lain
Hubungan klien dengan keluarga dan tetangga dan petugas kesehatan tidak mengalami perubahan. Kemampuan klien dalam berkomunikasi mampu dipahami oleh orang yang ada di sekelilingnya. Klien selalu ditunggui oleh ibunya.
8. Pola reproduksi dan seksual
Klien belum mempunyai keluarga, alat kelamin klien tidak ada keluhan seperti nyeri. Klien juga tidak menggunakan alat bantu seperti kateter.
9. Persepsi diri dan konsep diri
Klien berharap setelah mendapat perawatan sakit klien mengalami perubahan konsep diri.
a. Citra diri / body image : klien menerima keadaan tubuhnya tetapi sakitnya mempengaruhi tubuhnya seperti BB klien menurun
b. Identitas, klien seorang laki-laki yang normal, klien puas sebagai laki-laki karena klien mempunyai teman perempuan
c. Peran : klien berperan sebagai anak yang baik bagi kedua orang tuanya klien berperan sebagai anak yang berbakti dan selalu membantu kedua orang tuanya
d. Ideal diri : harapan klien terhadap dirinya agar cepat sembuh dan berperan kembali sebagai anak yang baik dan selalu membantu orang tuanya
e. Harga diri : klien selalu dihargai oleh adik-adiknya. Klien tidak merasa rendah diri dengan keadaannya
10. Pola mekanisme koping
Apabila ada keluarga klien selalu musyawarah bersama keluarga semua untuk mengambil keputusan bersama. Apabila ada masalah juga selalu dimusyawarahkan bersama. Apabila klien sedang sakit selalu dibawa ke dokter. Apabila keluarga klien ada masalah selalu ditanggung bersama. Klien sudah merasa senang dirawat di Rumah Sakit Roemani.
11. Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Klien beragama Islam klien selalu sholat 5 waktu dan klien selalu berharap dan berdoa agar sakitnya cepat sembuh. Klien juga yakin kalau kita berusaha pasti dapat sembuh.
Pengkajian Fisik
1. Keadaan umum : cukup
2. Tingkat kesadaran : composmentis
3. Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg N : 82 x/mnt RR : 32 x/mnt S : 36,50C
4. Pengukuran antropometri
TB : 165 BB : 40 kg Lingkar lengan atas : 42 cm
5. Kepala : mesocepal
Rambut : hitam, pendek
Mata : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, adanya sekret
Hidung : tidak ada polip hidung, tidak ada cuping hidung, tidak ada O2
Telinga : tidak ada nyeri tekan, tidak menggyunakan alat bantu
Mulut : bibir kering, tidak ada sianosis
6. Leher dan tenggorok : tidak ada benjolan pada leher, tidak memakai alat trakea stormy, tidak ada nyeri ketika menelan
7. Dada dan thorax : simetris, tidak ada lesi atau luka ejjas
8. Paru-paru Ins : ekspansi dada simetris ada retraksi dada
Aus : terdengar suara ronchi basah pada paru kanan dan kiri
Pel : sonor
Pal : Vesikuler
9. Jantung Ins : ictus cordis tidak tampak
Per : konfigurasi jantung dalam batas normal
Pal : teraba ictus cordis di intercosta 4 menjadi clavikula
Aus : bunyi jantung II murni, tidak ada gallop
10. Abdomen Ins : datar
Per : tympani
Pal : tidak ada pembesaran hati dan limpa
Aus : bising usus 15x /menit
11. Genetalia : tidak menggunakan alat bantu kateter, tidak ada hemoroid
12. Ekstremitas : terpasang infus di tangan kanan, tidak ada edema, dan tidak ada jejas
13. Kulit : warna putih, tidak ada luka ataupun jahitan, tidak ada infeksi di tusukan infus dan tidak ada balutan dan tidak ada jejas
Data Penunjang
Laboratorium tanggal 22 Mei 2008
Nama |
Hasil |
Nama |
Hasil |
Hemoglobin |
10.8g/dl |
Limfosit |
9% |
Leukosit |
15.400/mm3 |
Monosit |
7% |
Trombosit |
746.000/mm3 |
LED |
98mm/jam |
Hematokrit |
34.9% |
Erytrosit |
4.06jt/mm3 |
Eosinofil |
1% |
MCV |
86umb |
N-segmen |
82% |
MCH |
26pq |
Basofil |
1% |
MCHC |
31g/dl |
Imunoserologi
Nama |
Hasil |
Nama |
Hasil |
Globulin |
5.46g/dl |
Calsium |
14.1mmol/l |
Albumin |
3.10g/dl |
Kalium |
44mmol/l |
SGOT |
13u/L |
Natrium |
155mmol/l |
SGPT |
17u/L |
Chloride |
122mmol/l |
Urinalisa
Nama |
Hasil |
Nama |
Hasil |
Warna |
kuning |
Eritrosit |
1-2/I pb |
Kekeruhan |
agak keruh |
Kristal |
negatif |
Keasaman |
6.0 |
Cylinder granuler |
1-2/I pk |
Protein |
(+ 4) |
Urobilinogen |
negatif |
Reduksi |
negatif |
Bilirubin |
negatif |
Epitel |
3-5/I pk |
Bakteri
|
positif
|
Lekosit
|
2-3/I pb
|
Feices
Nama |
Hasil |
Nama |
Hasil |
Warna |
hijau |
Telur cacing |
negatif |
Konsistensi |
cair |
Lekosit |
1-2/I pb |
Lendir |
positif |
Eritrosit |
1-2/I pb |
Parah |
negatif |
Sisa makanan |
positif |
Amoeba |
negatif |
Bakteri |
Positif |
Jamur |
positif |
Sudan III |
negatif |
Pemeriksaan thorax tanggal 22 Mei 2008
- Tanda atelektasi pulma destra disertai air mungkin karena TB destra
- Tanda TB sinistra lama aktif
Therapy
Po : Nori F
Caprofil 1x1
Metronedosol 3x500 gr
Cefotaksin 2x1 gr
Ranititin 1x2 ampul
Analisa Data
No
|
Data
|
Masalah (P)
|
Etiologi (E)
|
1.
|
DS : Klien mengeluh mual-mual, muntah, tidak
nafsu makan.
DO : Klien mual, kadang muntah, makanan tidak
habis. Porsi makan 3x sehari tapi telat dengan BB 40 Kg
|
Gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
|
Mual, muntah dan anoreksia.
|
2.
|
DS : Klien mengeluh kalau batuk tidak keluar
sekret.
DO : Klien batuk tetapi tidak mengeluarkan
sekret.
|
Ketidakefektifnya bersihan jalan
nafas.
|
Sekret sukar dikeluarkan
|
3.
|
DS : Ibu klien mengatakan belum begitu tahu
tentang penyakit yang dialami anaknya.
DO : Ibu klien menanyakan sakitnya.
|
Kurang pengetahuan
|
Kurangnya informasi yang
berhubungan dengan penyakit tuberculosis.
|
Diagnosa Keperawatan
No
|
Diagnosa
|
TT
|
1.
|
Gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan
anoreksia ditandai dengan klien mengeluh mual-mual, muntah, tidak nafsu
makan.
|
|
2.
|
Ketidakefektifnya
bersihan jalan nafas berhubungan dengan Sekret sukar dikeluarkan ditandai
dengan klien mengeluh kalau batuk tidak keluar sekret.
|
|
3.
|
Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang berhubungan dengan
penyakit tuberculosis ditandai dengan ibu klien mengatakan belum begitu tahu
tentang penyakit yang dialami anaknya.
|
Rencana
Keperawatan
Tanggal
|
No.
Dx.
|
Tujuan
& Kriteria Hasil
|
Rencana
|
26-10-12
|
1.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan kebutuhan nutrisi adekuat dengan kriteria hasil menunjukkan berat
badan meningkat, melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan
mempertahankan BB.
|
-
Catat status nutrisi pada saat
datang
-
Pastikan makanan dari rumah
sakti disukai klien
-
Awasi masukan / pengeluaran dan
BB secara periodik
-
Anjurkan klien makan sedikit
tapi sering
-
Kolaborasi dengan ahli gizi
|
26-10-12
|
2.
|
Setelah dilakukan perawatan untuk
mempertahankan jalan nafas dengan kriteria hasil :
-
Mengeluarkan sekret / sputum
tanpa bantuan
-
Menunjukkan perilaku bersihan
jalan nafas
-
Berpartisipasi dalam program
pengobatan.
|
-
Kaji fungsi pernafasan,
kedalaman dan penggunaan otot aksesori
-
Anjurkan klien untuk
mengeluarkan sekret
-
Berikan posisi semi fowler
-
Menganjurkan klien untuk banyak
minum
-
Kolaborasi otot-otot sesuai
indikasi
|
26-10-12
|
3.
|
Setelah dilakukan penyuluhan
penyakit tuberculosis klien dan keluarga mengetahui penyebab, tanda penyakit
tuberculosis
|
-
Memberikan pendidikan kesehatan
tentang penyakit TB Paru
-
Memberikan pengertian,
tanda-tanda dan gejala tentang penyakit TB Paru.
|
Implementasi
Tgl/Jam
|
No
Dx
|
Tindakan
Keperawatan
|
Respon
|
TT
|
26-10-12
12.00
|
1
|
Mencatat status nutrisi klien
penerimaan
|
S : -
O : BB 40 kg
|
|
1
|
Menganjurkan klien untuk makan
sedikit tapi sering
|
S : Klien kooperatif
O : Klien mencobanya
|
||
1
|
Mengkaji makanan yang diberi
rumah sakit apakah klien suka atau tidak.
|
S : Klien mengatakan suka makanan yang beri
rumah sakit.
O : Klien makan Cuma ½ porsi karena mual.
|
||
1
|
Kolaborasi dengan ahli gizi diit
TKTP
|
S : -
O : Klien mendapat diit cair (bubur)
|
||
27-10-12
08.00
|
II
|
Mengkaji kecepatan dan
ketidakadekuatan dan penggunaan otot aksesori.
|
S : -
O : RR 22 x/mnt tidak menggunakan otot bantu.
|
|
II
|
Mengajarkan klien batuk efektif.
|
S : Klien kooperatif
O : Klien mencobanya
|
||
II
|
Memberikan posisi tidur semi
fowler.
|
S : -
O : Klien sudah tidur semi fowler.
|
||
Menganjurkan klien untuk oral
hygiene (sikat gigi, cuci mulut)
|
S : Klien
mengatakan mau sikat gigi
O : Klien
sedang berkumur dengan pencuci mulut
|
|||
Menganjurkan klien untuk banyak
minum.
|
S : Klien akan berusaha untuk banyak minum.
O : Klien sedang minum air putih.
|
|||
Memonitor tetesan infus.
|
S : -
O : Infus RL 20 tetes
|
|||
Memberikan terapy sesuai advis.
|
S : Injeksi masuk
O : Memberikan terapy ranitidine 1 ampul
|
|||
Mengajarkan klien untuk
relaksasi.
|
S : Klien mengikuti perawat untuk relaksasi.
O : Klien mencobanya
|
|||
Mempertahankan cairan infus
parenteral.
|
S : -
O : Infus terpasang pada tangan kiri jenis RL 20
tpm
|
|||
Mengkaji penurunan bunyi nafas.
|
S : -
O : Tidak terjadi penurunan bunyi nafas.
|
|||
Mengobservasi KU pasien.
|
S : -
O : KU cukup, composmentis
|
|||
Menganjurkan klien untuk tirah
baring, batasi aktivitas dan menganjurkan keluarga untuk membantu aktifitas
klien seperlunya.
|
S : Klien dan keluarga kooperatif
O : Klien tirah baring dan keluarga sedang
membantu klien (mengambilkan makan dari meja ke dekat klien)
|
|||
Memonitor TTV
|
S : -
O : TD 120 mmHg, N: 82 x/mnt, RR: 22 x/mnt, S:
365 oC
|
|||
Mengkaji pengetahuan klien dan
keluarga tentang penyakit TB Paru.
|
S : Keluarga mengatakan penyebab penyebab
penyakit TB karena kuman tapi tidak tahu kuman apa?
O : Keluarga mengatakan penyakit TB paru karena
kuman.
|
|||
Mengkaji tanda-tanda yang muncul
pada klien pertama kali.
|
S : Ibu klien mengatakan klien sering batuk
O : Ibu mengatakan anaknya sering batuk.
|
|||
Memberikan penyuluhan tentang
penyakit TB Paru.
|
S : Keluarga dan klien kooperatif
O : Memberikan penyebab kuman, penyebab TB paru
dan tanda-tandanya
|
|||
Menganjurkan klien untuk makan
dan minum obat.
|
S : Klien menganguk
O : Klien makan ½ porsi dan minum obat.
|
Evaluasi
Tgl/Jam
|
No
Dx
|
Evaluasi
|
TT
|
27-10-12
08.00
|
1
|
S : Mengatakan mual muntah, anoreksia berkurang.
O : Klien sudah menghabiskan makanan dari rumah
sakit, BB : 36 kg.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi.
|
|
27-10-12
096.00
|
2
|
S : Klien mengatakan sudah bisa mengeluarkan
sekret sedikit-sedikit.
O : Klien masih batuk-batuk dan berusaha sedang
batuk efektif.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi.
|
|
27-10-12
11.00
|
3
|
S : Ibu klien mengatakan penyebab TB paru karena
kuman tuberculosis dan tanda-tandanya antara lain batuk, keringat malam hari
tanpa aktivitas.
O : Ibu klien kooperatif.
A : Masalah teratasi.
P : Pertahankan intervensi.
|
DAFTAR PUSTAKA
1.
Long, B.C. Essential of medical – surgical nursing : A nursing process approach.
Alih bahasa : Yayasan IAPK. Bandung:
IAPK Padjajaran; 1996 (Buku asli diterbitkan tahun 1989)
2.
Smeltzer, S.C.
& Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s
textbook of medical–surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa :
Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli
diterbitkan tahun 1996)
3.
Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart,
R. Medical – surgical nursing. Alih
bahasa : Setyono, J. Jakarta: Salemba Medika; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun
1999)
4.
Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta:
EGC; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)
5.
Price, S.A.
& Wilson, L.M. Pathophysiology:
Clinical concept of disease processes. 4th Edition. Alih bahasa
: Anugerah, P. Jakarta: EGC; 1994 (Buku asli diterbitkan tahun 1992)
6.
Doengoes, M.E.,
Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing
care plans: Guidelines for planning and documenting patients care. Alih
bahasa: Kariasa,I.M. Jakarta: EGC; 1999 (Buku asli diterbitkan tahun 1993)
7.
Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi
ketiga. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2001
No comments:
Post a Comment