Sunday 4 August 2013

Makalah Abortus dan Kehamilan Ektopik



ABORTUS
Abortus spontan (miscarriage ) adalah terminologi yang digunakan pada kasus kehamilan dalam 20 minggu pertama yang berakhir dengan sendirinya.
Menurut ACOG - American College of Obstetricians and Gynecologists, abortus spontan adalah jenis kegagalan kehamilan yang sering dijumpai. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa 10 - 25% kehamilan akan berakhir dengan abortus spontan. Dari seluruh peristiwa abortus spontan,  50 - 75% adalah peristiwa kehamilan yang tergolong dalam " Chemical Pregnancies". Kejadian ini terjadi dimana kehamilan segera berakhir setelah implantasi dan terjadi kehamilan sekitar waktu perkiraan haid yang akan datang. Pasien dengan " chemical pregnancy" tak menyadari bila dirinya hamil.
Sebagian besar abortus spontan berlangsung pada 13 minggu pertama kehamilan. Kehamilan memang satu hal yang menggembirakan namun mengingat bahwa begitu banyak kejadian abortus spontan yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan maka tidak ada salahnya bila anda memberitahukan mengenai hal ini kepada pasien.

Mengapa peristiwa abortus spontan dapat terjadi ?
Penyebab peristiwa ini amat beragam, sebagian besar tidak diketahui. Pada trimester pertama, penyebab utama abortus spontan adalah kelainan kromosom yang berarti bahwa ada masalah dengan kromosom mudigah. Kelainan kromosom dapat terjadi pada sel sperma, sel telur atau saat pembelahan zygote. Penyebab abortus spontan yang lain adalah :
    * Masalah hormonal, infeksi atau kesehatan ibu
    * Gaya hidup (merokok, penyalahgunaan obat, malnutrisi, caffein, paparan terhadap radiasi atau bahan beracun)
    * Proses implantasi hasil konsepsi kedalam endometrium yang tidak berlangsung secara sempurna
    * Usia ibu
    * Trauma ibu      
Faktor lain yang tidak terbukti dapat menyebabkan abortus spontan adalah : aktivitas seksual, bekerja diluar rumah (kecuali dalam suasana lingkungan yang sangat 'poluted'), olah raga tingkat sedang.
Apa yang merupkan resiko terjadinya peristiwa abortus spontan?
Pada masa reproduksi, kemungkinan mengalami abortus spontan berkisar antara 10 - 25% dan pada sebagian besar ibu sehat adalah 15 - 20%.

    * Semakin tua usia ibu kemungkinan mengalami abortus semakin besar.
    * Usia kurang dari 35 tahun, resiko terjadi abortus spontan 15%
    * Usia 35 - 45 tahun, resiko terjadi abortus spontan 20 - 35%
    * Usia > 45 tahun, resiko terjadinya abortus spontan 50%
    * Wanita yang pernah mengalami abortus spontan, resiko mengalami serangan ulang abortus spontan 25% ( hanya sedikit meningkat )

Apa tanda abortus spontan ?
Bila anda sedang hamil dan mengalami gejala dan keluhan berikut, maka anda harus segera menghubungi dokter :
   1. Nyeri punggung ringan atau berat ( lebih berat dibanding nyeri saat haid )
   2. Penurunan berat badan
   3. Mengeluarkan lendir vagina kemerahan
   4. Kontraksi uterus ( nyeri mengejang tiap 5 - 20 menit )
   5. Perdarahan vagina kecoklatan atau merah terang dengan atau tanpa kejang perut ( 20 - 30% pasien hamil mengalami perdarahan vagina pada awal kehamilan, 50% diantaranya kehamilannya berlanjut sampai aterm )
   6. Mengeluarkan gumpalan darah dari vagina
   7. Tanda-tanda kehamilan yang menghilang secara tiba-tiba
Jenis abortus :
Abortus adalah merupakan proses dan kejadian sesaat. terdapat berbagai jenis abortus. Informasi yang dapat diperoleh mengenai kesehatan dan perkembangan mudigah atau janin sangat sedikit sehingga disarankan saat hamil anda mempelajari tahapan pertumbuhan dan perkembangan janin.
   1. Abortus iminen : terdapat perdarahan pervaginam disertai dengan kejang perut dan atau nyeri punggung. Ostium uteri tertutup. Seringkali perdarahan ini merupakan akibat dari peristiwa implantasi.
   2. Abortus insipien : terdapat perdarahan pervaginam yang cukup banyak dengan kejang perut atau nyeri punggung. Ostium uteri terbuka
   3. Abortus inkompletus : Perdarahan uterus , ostium uteri terbuka dan kadang-kadang teraba jaringan dalam kanalis servikalis
   4. Abortus kompletus : Semua hasil konsepsi sudah keluar
   5. "Missed abortion" : Pasien tidak menyadari bila dirinya mengalami abortus. Mudigah sudah mati namun tidak terjadi proses pengeluaran hasil konsepsi. Tanda - tanda kehamilan hilang dan pada pemeriksaan ultrasonografi tidak terlihat gerakan janin atau detik jantung.
   6. Abortus berulang ( habitual abortion ) : terjadi 3 peristiwa abortus berturut-turut. Angka kejadian 1% pasangan yang menghendaki kehamilan. 85% penderita abortus berulang akan dapat mengalami kehamilan yang normal dan berlanjut sampai aterm.
   7. " Blighted Ovum " : ( anembryonic pregnancy ). sel telur yang telah dibuahi mengalami implantasi pada dinding uterus namun tidak terjadi perkembangan mudigah. Seringkali dijumpai adanya kantung kehamilan dengan atau tanpa pembentukan "yolc sac", namun mudigah tidak mengalami pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut.
   8. Kehamilan ektopik : Sel telur yang dibuahi mengalami implantasi diluar cavum uteri (seringkali di dalam saluran indung telur-tuba falopii ) Harus dilakukan tindakan agar embrio tidak berkembang lebih lanjut. Bila tidak ditangani dengan baik maka akan dapat menyebabkan komplikasi ibu yang berat.
   9. Kehamilan mola : Merupakan akibat kelainan genetik selama proses fertilisasi sehingga pertumbuhan jaringan kehamilan menjadi abnormal.  
Terapi abortus
Tujuan utama pengobatan selama atau setelah abortus adalah mencegah terjadinya perdarahan dan atau infeksi. Semakin muda usia kehamilan maka tubuh akan mengeluarkan hasil konsepsi secara spontan dan tidak memerlukan prosedur medik. Bila hasil konsepsi tidak dapat keluar secara spontan, maka tindakan untuk menghentikan perdarahan dan mencegah infeksi adalah dilatasi dan kuretase. Terapi medik pasca dilatasi dan kuretase dapat digunakan untuk mengendalikan perdarahan.
Bagaimana mencegah kejadian abortus spontan ?
Mengingat bahwa sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh abnormalitas kromosom maka tidak ada langkah pencegahan kejadian ini. satu langkah penting pencegahan adalah meningkatkan kesehatan sebelum kehamilan sehingga memperbaiki lingkungan dimana hasil konsepsi akan tumbuh nantinya
    * Olahraga teratur
    * Konsumsi makanan sehat
    * Mengatasi stres
    * Memperoleh berat badan yang ideal
    * Minum asam folat setiap hari
    * Dilarang merokok, minum minuman keras , caffein
Segera setelah menyadari hamil, anda harus meraih kesehatan yang optimal.
agar bayi anda tumbuh dan berkembang dengan baik :
   1.  Lindungi abdomen
   2. Jangan merokok (atau menjadi perokok pasif )
   3. Jangan mengkonsumsi alkohol
   4. Jangan mengkonsumsi obat secara sembarangan
   5. Hindar caffein
   6. Hindari lingkungan yang berbahaya : radiasi, penyakit infeksim sinar X, lingkungan yang kotor
   7. Hindari olahraga kontak atau yang beresiko tinggi cedera.
TERAPI EMOSIONAL :
Kejadian abortus dapat mengenai siapa saja. Masalah yang sering dipikirkan oleh penderita abortus adalah :
- Pemulihan fisik
- Pemulihan emosi
- Kapan dia boleh dan mendapatkan kehamilan lagi
Pasien harus senantiasa menjaga komunikasi yang baik dengan suami, keluarga, teman dan dokter.
Rujukan :
   1. Petrozza John C ( August 2006 ). " Early Pregnancy Loss " eMedicine.WebMD. http://www.emedicine.com/med/topic 3241.htm. Retrieved on 2009-07-20. "
   2. "What is a chemical pregnancy?". Baby Hopes. http://www.babyhopes.com/articles/chemical pregnancy.html. Retrieved on 2009-07-20.
   3. MedlinePlus " Medical Encyclopedia. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000904.htm. Retrieved 2009-07-20
   4. "Miscarriage : An Overview" Armenian Medical Network.2005 http://www.health.am/pregnancy/more/msicarriage an overview/  Retrieved on 2009-07-20 

KEHAMILAN EKTOPIK
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya bagi seorang wanita yang dapat menyebabkan kondisi yang gawat bagi wanita tersebut. Keadaan gawat ini dapat menyebabkan suatu kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa yang sering dihadapi oleh setiap dokter, dengan gambaran klinik yang sangat beragam. Hal yang perlu diingat adalah bahwa pada setiap wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah dapat mengalami kehamilan ektopik terganggu (1).
Berbagai macam kesulitan dalam proses kehamilan dapat dialami para wanita yang telah menikah. Namun, dengan proses pengobatan yang dilakukan oleh dokter saat ini bisa meminimalisir berbagai macam penyakit tersebut. Kehamilan ektopik diartikan sebagai kehamilan di luar rongga rahim atau kehamilan di dalam rahim yang bukan pada tempat seharusnya, juga dimasukkan dalam kriteria kehamilan ektopik, misalnya kehamilan yang terjadi pada cornu uteri. Jika dibiarkan, kehamilan ektopik dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat berakhir dengan kematian (2).
Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih banyak dipakai. Diantara kehamilan-kehamilan ektopik, yang terbanyak terjadi di daerah tuba, khususnya di ampulla dan isthmus. Pada kasus yang jarang, kehamilan ektopik disebabkan oleh terjadinya perpindahan sel telur dari indung telur sisi yang satu, masuk ke saluran telur sisi seberangnya (3,4).
Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu (4,7).
Insiden Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20 – 40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Namun, frekuensi kehamilan ektopik yang sebenarnya sukar ditentukan. Gejala kehamilan ektopik terganggu yang dini tidak selalu jelas (1).
Etiologi Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa studi faktor resiko yang diperkirakan sebagai penyebabnya adalah (3,4,6):
a. Infeksi saluran telur (salpingitis), dapat menimbulkan gangguan pada motilitas saluran telur.
b. Riwayat operasi tuba.
c. Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang.
d. Kehamilan ektopik sebelumnya.
e. Aborsi tuba dan pemakaian IUD.
f. Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom.
g. Bekas radang pada tuba; disini radang menyebabkan perubahan-perubahan pada endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat terjadi, gerakan ovum ke uterus terlambat.
h. Operasi plastik pada tuba.
i. Abortus buatan
Patofisiologi Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini (3,4,5):
1. Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari distensi berlebihan tuba.
3. Faktor abortus ke dalam lumen tuba.
Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian (1).
Manifestasi Klinik Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda; dari perdarahan yang banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosanya. Gejala dan tanda tergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil. Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik terganggu.
Hal ini menunjukkan kematian janin. Kehamilan ektopik terganggu sangat bervariasi, dari yang klasik dengan gejala perdarahan mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh abdomen akut sampai gejala-gejala yang samar-samar sehingga sulit untuk membuat diagnosanya (1).
Diagnosis Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara ditegakkan, antara lain dengan melihat (5,6,8):
1. Anamnesis dan gejala klinis
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri bawah. Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum.
2. Pemeriksaan fisis
a. Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
b. Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
c. Pemeriksaan ginekologis
Pemeriksaan dalam: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+).
Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.
b. USG : – Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
- Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
- Adanya massa komplek di rongga panggul
4. Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah.
5. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
6. Ultrasonografi berguna pada 5 – 10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di luar uterus.
Penanganan Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Pada laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu : kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat (1,2,3).
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi, infus, oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di rumah sakit (5,7).
Komplikasi Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu (4,7):
- Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, Ini merupakan indikasi operasi.
- Infeksi
- Sterilitas
- Pecahnya tuba falopii
- Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio
Prognosis Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini dengan persediaan darah yang cukup. Hellman dkk., (1971) melaporkan 1 kematian dari 826 kasus, dan Willson dkk (1971) 1 diantara 591 kasus. Tetapi bila pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi. Sjahid dan Martohoesodo (1970) mendapatkan angka kematian 2 dari 120 kasus.
Penderita mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik kembali. Selain itu, kemungkinan untuk hamil akan menurun. Hanya 60% wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu dapat hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0 – 14,6%. Kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah sekitar 50% (1,2,7).
Diagnosa Banding Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Diagnosa banding (6,7,8):
-Infeksi pelvik
-Kista folikel
-Abortus biasa
-Radang panggul,
-Torsi kita ovarium,
-Endometriosis

DAFTAR PUSTAKA
1. Prof. dr. Hanifa W, dkk., IlmuKebidanan, Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1992, Hal. 323-334.
2. www.medica store.com/kehamilan ektopik,kehamilan luar kandungan/page:1-4
3. Prof. dr. Hanifa W. DSOG, dkk, Ilmu Kandungan,Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1999, Hal 250-255.
4. www.medica store.com/kehamilan ektopik/page:1-4
5. Anthonius Budi. M, Kehamilan Ektopik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2001.
6. Arif M. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 2001. Hal. 267-271.
7. Prof. Dr. Rustam. M, MPH, Sinopsis Obstetri, Jilid 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal.226-235.
8. Dr. I. M. S. Murah Manoe, SpOG, dkk, Pedoman Diagnosa Dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, 1999. Hal. 104-105.

No comments:

Post a Comment