ASUHAN KEPERAWATAN
EPILEPSI
KASUS 5
Tn.
X, 46 th masuk rumah sakit dengan riwayat penyakit sejak satu bulan ini sering
kejang-kejang, kejang kadang dimulai dari kedua tangan kemudian menjalar ke
seluruh tubuh dengan kejang tonik klonik, pada saat kejang kesadaran menurun.
Dari pengkajian yang dilakukan terhadap keluarga didapatkan keluarga mengatakan
bahwa kurang lebih satu tahun yang lalu pernah kejang seperti sekarang hanya
tidak begitu sering bahkan pernah jatuh dari tempat tidur saat kejang, sesudah
kejang badan pegal-pegal dan kepala nyeri, dari diagnosa sementara dokter
adalah epilepsi. Tn X juga punya riwayat post trauma kepala pada umur 21 th.
Pada saat dilakukan wawancara dengan pasien, pasien mengatakan merasakan malu
dengan penyakit yang dideritanya, karena sering dipergunjing orang sekitar
sehingga jarang keluar rumah. Dari pemeriksaan fisik didapatkan, reflex
fisiologis hiper reflex dan reflex patologis ( - ) / negative, rangsang
meningeal ( kaku kuduk negative, Brudzinky I dan II negative ), kekuatan
ekstremitas normal. T = 110/70 mmHg, suara jantung S1>S2 reguler, RR = 16
x/menit, N = 80 x/menit. Pada pemeriksaan penunjang berupa EEG didapatkan ada
gelombang hiperaktif pada lobus temporalis, pada pemeriksaan radiologi berupa
Ct-Scan tampak ada gambaran atropi serebral. Pengobatan, anti kejang (
penithoin 3 x 100 mg ), Neurotam 2 x 3 gr.
ANALISA DATA
Hari/Tanggal
|
Data
|
Problem
|
Etiologi
|
Paraf
|
Selasa,
27 Desember 2011
|
DS : Pasien mengatakan sejak 1 bulan
ini sering kejang, kejang kadang dimulai dari kedua tangan kemudian menjalar ke
seluruh tubuh, pada saat kejang kesadaran menurun, kurang lebih 1 tahun yang
lalu pernah kejang seperti sekarang hanya tidak begitu sering, bahkan pernah
jatuh dari tempat tidur saat kejang.
DO : - Kejang tonik klonik.
-
EEG didapatkan
ada gelombang hiperaktif pada lobus temporalis.
-
Radiologi
Ct-Scan ada gambaran atropi serebral.
|
Resiko injury
|
Resiko kejang berulang
|
|
Selasa,
27 Desember 2011
|
DS : Pasien mengatakan sesudah kejang
badan pegal-pegal dan kepala nyeri.
P :
Nyeri disebabkan oleh kejang.
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk.
R : Di bagian kepala.
S : 7
T : Nyeri terasa sesudah kejang.
DO : Pasien terlihat meringis kesakitan.
|
Nyeri akut
|
Faktor biologis
|
|
Selasa,
27 Desember 2011
|
DS : Pasien mengatakan merasa malu
dengan penyakit yang dideritanya, karena sering dipergunjing orang sekitar
sehingga jarang keluar rumah.
DO : Pasien terlihat malu dan tidak
percaya diri.
|
Harga diri rendah situsional
|
Gangguan citra tubuh
|
|
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Resiko injury
b.d resiko kejang berulang.
2.
Nyeri akut b.d
faktor biologis.
3.
Harga diri
rendah situsional b.d gangguan citra tubuh.
INTERVENSI
No
|
Tanggal
|
Diagnosa Keperawatan
|
NOC
|
NIC
|
Paraf
|
1
|
Selasa,
27 Desember 2011
|
Resiko
injury b.d resiko kejang berulang
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan klien terbebas
dari resiko injury dg KH :
1. Pengetahuan tentang resiko.
2. Mengatur strategi pengontrolan seperti yang
dibutuhkan.
3. Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi resiko
4. Menghindari paparan yg bisa mengancam kesehatan.
|
ENVIRONMENTAL
MANAGEMENT ( Manajemen lingkungan).
1. Sediakan lingkungan yg aman untuk pasien.
2. Berikan Obat
Antikonvulsan Contoh : Penithoin
3 x 100 mg, Neurotam 2 x 3 gr.
3. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien sesuai dg
kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu
pasien.
4. Hindarkan lingkungan yg berbahaya ( Misalnya
memindahkan perabotan )
5. Sediakan tempat tidur yg nyaman dan bersih.
6. Membatasi pengunjung.
7. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien,
mengontrol lingkungan dari kebisingan.
8. Memindahkan barang-barang yg dapat membahayakan.
|
|
2
|
Selasa,
27 Desember 2011
|
Nyeri akut b.d faktor biologis
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan nyeri teratasi,
dg KH (2102) :
1. Melaporkan adanya nyeri.
2. Luas bagian tubuh yg terpengaruh.
3. Frekuensi nyeri.
4. Ekspresi nyeri pada wajah.
|
PAIN
MANAGEMENT ( Menejemen nyeri ) 1400 :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
( PQRST ).
2. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien.
3. Kaji kultur yg mempengaruhi respon nyeri.
4. Kontrol lingkungan yg dpt mempengaruhi nyeri
seperti, suhu ruangan dan pencahayaan.
5. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri, contoh :
captrophil.
6. Monitor penerimaan pasien tentang menejemen nyeri.
|
|
3
|
Selasa,
27 Desember 2011
|
Harga
diri rendah situsional b.d gangguan citra tubuh.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan klien mempunyai
kepercayaan diri dg indikator :
1. Menunjukan ke arah penerimaan diri.
2. Menyusun tujuan yg realistik dan secara aktif
berpartisipasi dalam program terapi.
|
1. Dorong pertanyaan tentang situasi saat ini dan
harapan yang akan datang, berikan dukungan emosional bila balutan bedah
diangkat.
2. Identifikasi masalah peran sebagai .
3. Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan,
misalnya : marah, bermusuhan, dan berduka.
|
|
No comments:
Post a Comment