Thursday 20 December 2012

HAK INduvidu

MAKALAH

Etika Keperawatan

HAK-HAK INDIVIDU YANG AKAN MENINGGAL


 









Pengampu : Slamet Wijaya Biantoro, S. Kep

Disusun Oleh :

Abdul Munif Saefullah
Heni Handrini
Nur Anisah
Octri Dian Alfiyana
Rameta Siskawati
Reza Agung Satria
Tikha Umaroh
Yogi Oktora

YAYASAN PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN AL HIKMAH 02
AKPER ALHIKMAH 2
BENDA SIRAMPOG
2011/2012
KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat memyusun makalah ini dengan baik. Selain sebagai mata kuliah wajib, diharapkan isi dari makalah ini dapat bertujuan untuk menambah wawasan dan memberi informasi kepada mahasiswa tentang Hak-hak Individu Sebelum Meninggal.
 Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan bantuan yang telah diberikan dari semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung selama penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan para pembaca lainnya. Kami menyadari dalam makalah banyak kekurangan baik dari materi maupun dalam penyajiannya. Oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan untuk perbaikan tugas-tugas makalah berikutnya. Terima kasih



Benda,     April 2012


Penyusun









PEMBAHASAN


Hak-hak individu yang akan meninggal
     Hak diperlakukan sebagaimana manusia yang hidup sampai ajal tiba.
     Hak mempertahankan harapannya, tidak peduli apapun perubahan yang terjadi.
     Hak mendapatkan perawatan yang dapat mempertahankan harapannya, apapun perubahan yang terjadi.
     Hak mengekspresikan perasaan dan emosinya sehubungan dengan kematian yang sedang dihadapinya.
     Hak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan perawatannya.
     Hak memperoleh perhatian dalam pengobatan dan perawatan secara berkesinambungan, walaupun tujuan penyembuhannya harus diubah menjadi tujuan memberikan rasa nyaman.
     Hak untuk tidak meninggal dalam kesendirian.
     Hak untuk bebas dari rasa sakit.
     Hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaannya secara jujur.
     Hak untuk memperoleh bantuan dari perawat atau medis untuk keluarga yang ditinggalkan agar dapat menerima kematiannya.
     Hak untuk meninggal dalam damai dan bermartabat.
     Hak untuk tetap dalam kepercayaan atau agamanya dan tidak diambil keputusan yang bertentangan dengan kepercayaan yang dianutnya.
     Hak untuk memperdalam dan meningkatkan kepercayaannya, apapunartinya bagi orang lain.
     Hak untuk mengharapkan bahwa kesucian raga  manusia akan dihormati setelah yang bersangkutan meninggal.
     Hak untuk mendapatkan perawatan dari orang yang professional, yang dapat mengerti kebutuhan dan kepuasan dalam menghadapi kematian.




PENUTUP


Dengan mempelajari etika keperawatan tentang hak-hak individu yang akan meninggal, sebagaimana disampaikan  di atas maka dapat disimpulkan betapa perawat harus memahami apa yang harus dilakukan secara tepat dan akurat sehingga klien dapat memperoleh haknya secara tepat dan benar. 
Dengan mempelajari tentang hak-hak individu yang akan meninggal mempunyai makna bahwa semua manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan mereka mempunyai hak untuk memperolehnya sendiri kecuali jika tidak mampu. Dengan demikian perawat mengakui potensi pasien pada tingkat kemampuannya dan perawatan dapat menentukan tingkat bantuan yang akan diberikan.
Untuk dapat menerapkan  keperawatan ini diperlukan suatu pengetahuan dan keterampilan yang mendalam terhadap teori keperawatan sehingga diperoleh kemampuan tekhnikal dan sikap yang terapeutik. 


MAKALAH GANGGUAN FUNGSI GASTROINTESTINAL KOLON



MAKALAH
GANGGUAN FUNGSI GASTROINTESTINAL KOLON


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah (KMB)


 











Dosen Pengampu :
Agustina Nur Arofah, S.Kep, Ns

Disusun Oleh :
Ahmad Sofa Mubarok     
Tikha Umaroh                  
Nisfu Laila
Irfan
Rameta Siska Wati


AKADEMI KEPERAWATAN AL HIKMAH 2 BREBES
Jl. PONPES AL HIKMAH BENDA SIRAMPOG – BREBES
2012

KATA PENGANTAR

            Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Gangguan Fungsi Gastrointestinal Kolon”.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah, penyajian makalah ini diharapkan dapat memudahkan proses pembelajaran bagi mahasiswa.
            Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna perbaikan makalah ini dikemudian hari.








Benda, September 2012
                                                              
                                                                                                           Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Saluran pencernaan memberi tubuh persediaan akan air,elektrolit, dan zat makanan yangterus menerus. Untuk mencapai hal ini, dibutuhkan (1) pergerakan makanan melalui saluran pencernaan, (2) sekresi getah pencernaan dan pencernaan makanan, (3) absorpsi air berbagaielektrolit, dan hasil pencernaan, (4) sirkulasi darah melalui organ-organ gastrointestinal untuk membawa zat-zat yang diabsorbsi, dan (5) pengaturan semua fungsi ini oleh sistem lokal,saraf, dan hormone. Setiap bagian dari saluran pencernaan disesuaikan terhadap fungsispesifiknya : beberapa untuk pasase makanan yang sederhana, seperti esophagus; yang lainuntuk penyimpanan makanan sementara, seperti lambung; dan yang lain untuk pencernaandan absorpsi, seperti usus halus.Agar makanan dapat dicerna secara optimal dalam saluran pencernaan, waktu yangdiperlukan makanan pada masing-masing bagian saluran bersifat sangat penting. Selain itu, pencampuran yang tepat juga harus dilakukan. Tetapi karena kebutuhan untuk pencampurandan propulsi (pendorongan) sangat berbeda pada tiap tingkat proses, berbagai mekanismeumpan balik hormonal dan saraf otomatis akan mengontrol waktu dari tiap aspek proses inisehingga pencampuran dan pendorongan akan terjadi secara optimal, tidak terlalu cepat, tidak terlalu lambat.Di sepanjang traktus gastrointestinal, kelenjar sekretoris mempunyai dua fungsi utama :Pertama, enzim-enzim pencernaan disekresi pada sebagian besar daerah saluran pencernaan,dari rongga mulut sampai ujung distal ileum. Kedua, kelenjar mucus, dari rongga mulutsampai ke anus, mengeluarkan mucus untuk melumaskan dan melindungi semua bagiansaluran pencernaan. Kebanyakan sekresi pencernaan terbentuk hanya sebagai responsterhadap keberadaan makanan di dalam saluran pencernaan, dan jumlah yang disekresi padasetiap segmen traktus hamper sama dengan jumlah yang dibutuhkan untuk pencernaan yangsesuai. Selanjutnya, pada beberapa bagian traktus gastrointestinal, bahkan jenis enzim danzat-zat lainnya dari sekresi bervariasi sesuai dengan tipe makanan yang ada.Bahan makanan utama yang diperlukan oleh tubuh yang hidup, (selain jumlah kecil zatseperti vitamin dan mineral) dapat digolongkan sebagai karbohidrat, lemak dan protein, bahan-bahan ini biasanya tidak dapat diserap dalam bentuk alami melalui mukosa saluran pencernaan dan, karena alasan ini bahan-bahan tersebut tidak berguna sebagai zat nutrisitanpa pencernaan awal. Dalam prosesnya yang berkangsung terus-menerus bukan tidak mungkin saluran pencernaan mengalami gangguan atau bahkan kelainan. Hal ini tentu saja akan mengganggu proses pencernaan. Pengobatan yang efektif untuk kebanyakan gangguangastrointestinal bergantung pada pengetahuan dasar mengenai fisiologi gastrointestinal. Olehkarena hal-hal di atas maka dalam makalah ini akan membahas prinsip-prinsip umum fungsigastrointestinal(Motilitas, pengaturan saraf dan sirkulasi darah), propulsi dan pencampuranmakanan dalam saluran pencernaan, fungsi sekresi saluran pencernaan, pencernaan danabsorpsi dalam traktus gastrointestinal serta fisiologi gangguan gastrointestinal.

Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1.Prinsip-prinsip umum fungsi gastrointestinal(Motilitas, pengaturan saraf dan sirkulasidarah).
2.Propulsi dan pencampuran makanan dalam saluran pencernaan.
3.Fungsi sekresi saluran pencernaan.
4.Pencernaan dan absorpsi dalam traktus gastrointestinal.
5.Fisiologi gangguan gastrointestinal


BAB II
ISI

2.1  Prinsip-prinsip Umum Fungsi Gastrointestinal ± Motilitas, Pengaturan Saraf, danSirkulasi Darah Saluran Gastrointestinal mempunyai ciri khas dinding yang terdiri dari beberapa Lapisan-Lapisan tersebut dari luar ke dalam dapat disusun sebagai berikut :
1.Lapisan serosa.
2.Lapisan otot longitudinal
3.Lapisan otot sirkular.
4.Lapisan submukosa.
5.Lapisan mukosa (pada bagian terdalam lapisan mukosa terdapat lapisan muskularismukosa).
2.1.1 Aktivitas Listrik Pada Otot Polos Gastrointestinal
Adapun aktifitas atau pergerakan otot polos tersebut dipengaruhi oleh aktifitas potensial listrik yang telah teratur sedemikian rupa, sehingga tanpa kita sadari system ini bekerja dengan sempurna. Aktifitas listrik tersebut meliputi :
1.Faktor yang menimbulkan Depolarisasi membrane (membuat lebih mudahdirangsang) :
a.Peregangan otot. 
b.Perangsangan oleh asetilkolin.
c.Perangsangan oleh saraf parasimpatis yang mensekresi asetilkolin.
d.Perangsangan oleh hormone gastrointestinal spesifik.
2.Faktor yang menimbulkan Hiperpolarisasi membrane (membuat serat otot kurangmudah dirangsang) :
1.Pengaruh norepinefrin / epinefrin pada membrane otot.
2.Perangsangan saraf-saraf simpatis yang mensekresi norepinefrin.
2.1.2 Pengaturan Hormonal Terhadap Motilitas Gastrointestinal
Traktus Gastrointestinal sebagaimana bagian lain dari tubuh manusia jugamemiliki sistem pengaturan dengan peranan sekresi hormon. Hal ini terutama ditujukan pada pengaturan motilitas gastrointestinal itu sendiri. Hormon-hormon yang terlibat diantaranya :
1.Kolesitokinin : disekresikan oleh sel I dalam mukosa duodenum dan jejunum sebagairespon terhadap pemecahan produk lemak, asam lemak dan monogliserid dalam usus.Efeknya: kontraksi kandung empedu, menghambat motilitas lambung agar empedumengemulsikan lemak dan memberi cukup waktu untuk pencernaan lemak di usus bagian atas.
2.Sekretin : disekresi oleh sel S dalam mukosa duodenum sebagai respon terhadap asamlambung.Efeknya: penghambatan (ringan) terhadap motilitas sebagian besar traktusgastrointestinal.
3.Peptida penghambat asam lambung : disekresikan oleh mukosa usus halus bagian atassebagai respon terhaadap asam lemak dan asam amino dan sedikit pada karbohidrat.Efeknya: sedikit menurunkan aktifitas motorik lambung, memperlambat pengosonganisi lambung.
2.1.3 Gerakan-gerakan Fungsional Pada Traktus Gastrointestinal
Dalam proses memasukkan makanan, memproses hingga mengeluarkan zat-zatsisa pada saluran pencernaan dibantu oleh gerakan-gerakan yang secar fungsionalmendukung proses tersebut. Secara umum gerakan tersebut terbagi menjadi :
1.Gerakan Propulsif (Peristaltik)Makanan bergerak maju sepanjang saluran dengan kecepatan yang sesuai untuk terjadinya pencernaan dan absorbsi. Rangsangan yang dapat menimbulkan gerakan peristaltik antara lain :
a.Peregangan usus, iritasi epitel pelapis usus, sinyal saraf ekstrinsik terutama parasimpatis. 
b.Reflek mienterikus / reflek peristaltik dan gerakan peristaltik ke arah anus(³hukum dari usus´).
2.Gerakan mencampur Yang menjaga agar isi usus tetap tercampur setiap waktu. Pada beberapa tempat,gerakan peristaltik sendiri menimbulkan sebagian besar pencampuran. Pada tempatlain, kontraksi konstriktif yang lebih berperan dalam proses pencampuran, namun ada pula yang melibatkan kedua proses tersebut.
2.1.4 Aliran Darah Gastrointestinal
Pembuluh darah system gastrointestinal disebut sirkulasisplanknik. Sirkulasi inimeliputi aliran darah yang melalui usus sendiri ditambah aliran darah melalui limpa, pancreas dan hepar. Sebelum memasuki sirkulasi sistemik, darah disaring di hepar dari berbagai macam bakteri dan bahan partikel lain (agen-agen berbahaya) dari traktusgastrointestinal. Selain itu, sebagian besar (sekitar tiga perempat dari total yang terserap)
berupa zat nutrisi nonlemak dan larut air diserap dan disimpan oleh sel-sel hati.Sedangkan zat nutrisi berdasar lemak tak larut air diabsorbsi ke saluran limfatik ususyang kemudian dialirkan ke dalam darah melalui duktus torasikus. Anatomi suplai darahgastrointestinal adalah :
1.Dinding usus halus dan usus besar disuplai oleh arteri mesenterika superior daninterior.
2.Lambung disuplai oleh arteri illiaka.
2.1.5 Pengontrolan Saraf Terhadap Aliran Darah Gastrointestinal
Rangsangan saraf parasimpatis terhadap lambung dan kolon bagian bawah akanmeningkatkan aliran darah setempat pada saat yang bersamaan dengan peningkatansekresi kelenjar. Penigkatan aliran darah kemungkinan karena peningkatan aktifitaskelenjar.Rangsangan saraf simpatis menyebabkan vasokonstriksi yang kuat pada arteriolsehingga dengan penurunan aliran darah yang besar pada hampir seluruh traktusgastrointestinal, berfungsi untuk menutup aliran darah gastrointestinal dan aliran darahsplanknik lain agar dapat memenuhi kebutuhan oragan vital saat kerja fisik yang hebat,serta mempertahankan semua jaringan vital dari bahaya kematian seluler akibatkekurangan perfusi terutama otak dan jantung. Dapat berlangsung sekitar 1 jam. Setelahitu aliran sering kembali hampir normal melalui mekanisme ³autoregulasi escape´dengan tujuan mengembalikan aliran darah yang membawa nutrisi ke kelenjar dan ototgastrointestinal.
2.1.6 Pengontrolan Saraf Terhadap Fungsi Gastrointestinal
Traktus gastrointestinal memiliki persarafan sendiri yang disebut system saraf enteric. System ini terletak di dinding usus dan mengatur pergerakan dan sekresigastrointestinal. Sistem enteric terutama terdiri dari dua pleksus:
 1.Satu pleksus bagian luar yang terletak diantara lapisan otot longitudinal dan sirkular,disebut pleksus minterikus atau pleksus auerbach
 2.Satu pleksus bagian bagian dalam disebut pleksus submukosa atau pleksus meissner,yang terletak didalam submukosa. Pleksus mienterikus terutama mengatur  pergerakan gastrointestinal, dan pleksus submukosa terutama mengatur sekresigastrointestinal dan aliran darah lokal.
 Selain system saraf diatas terdapat juga serat-serat saraf simpatis dan parasimpatis yang berhubungan dengan kedua pleksus mienteretikus dan submukosa, perangsangan olehsystem simpatis dan parasimpatis dapat mengaktifkan dan menghambat fungsi gastrointestinal. Ujung-ujung sarafnya melepaskan neurotransmitter. Pengaturan anatomissystem saraf enteric serta hubunganya dengan system saraf simpatis dan parasimpatismendukung jenis reflek gastrointestinal salah satunya refleks gastrokolik, reflek enterogastrik, sekresi gastrointestinal, peristaltic, serta reflek berasal dari lambung,duodenum, refleks nyeri, dan refleks defekasi. system simpatis dan parasimpatis dapatmengaktifkan dan menghambat fungsi gastrointestinal. Ujung-ujung sarafnya melepaskanneurotransmitter. Dalam usaha untuk lebih memahami berbagai fungsi sistem saraf enterik gastrointestinal, para peneliti dari seluruh dunia telah mengidentifikasikan selusinatau lebih zat-zat neurontransmiter yang berbeda yang dilepaskan oleh ujung-ujung saraf dari berbagai tipe neuron enterik. Dua dari neurontransmiter yang telah kita kenal adalah(1) asetilkolin, dan (2) norepinefrin. Yang lain adalah (3) adenosin trifosfat, (4) serotonin,(5) dopamin, (6) kolisistokinin, (7) substansi P, (8) polipeptida intestinal vasoaktif, (9)somatostatin, (10) leu-enkefalin, (11) metenkefalin, dan (12) bombesin.Fungsi-fungsi khusus dari banyak neurontransmiter ini tidak terlalu dikenal untuk dibahas disini, selain pembahasan hal berikut: Asetilkolin paling sering merangsangaktivitas gastrointestinal. Norepinefrin, hampir selalu menghambat aktivitasgastrointestinal. Hal ini juga berlaku pada epinefrin, yang mencapai traktusgastrointestinal terutama lewat aliran darah setelah disekresikan oleh medula adrenal kedalam sirkulasi. Substansi transmiter lain yang disebutkan tadi adalah gabungan dari bahan-bahan eksitator dan inhibitor. Asetilkolin (Ach) merupakan neurontransmiter yangdikeluarkan oleh semua serat praganglion otonom, serat pascaganglion parasimpatis, danneuron motorik. Epinefrin hormon primer yang dikeluarkan oleh medula adrenal.
2.1.7 Pengaturan Otonom Traktus Gastrointestinal
Jalur saraf otonom terdiri dari suatu rantai dua neuron, dengan neurotransmitter terakhir yang berbeda antara saraf simpatis dan parasimpatis. Setiap jalur saraf otonomyang berjalan dari SSP ke suatu organ terdiri dari SSP ke suatu organ terdiri dari suaturantai yang terdiri dari dua neuron. Badan sel neuron yang pertama di rantai tersebutterletak di SSP. Aksonnya, serat preganglion, bersinaps dengan badan sel neuron kedua,yang terdapat di dalam suatu ganglion di luar SSP. Akson neuron kedua, serat pascaganglion, mempersarafi organ-organ efektor.Sistem saraf otonom terdiri dari duadivisi-sistem simpatis dan parasimpatis. Serat-serat saraf simpatis berasal dari daerahtorakal dan lumbal korda spinalis. Sebagian besar serat preganglion simpatis berukuransangat pendek, bersinaps dengan badan sel neuron pascaganglion didalam ganglion yangterdapat di rantai ganglion simpatis yang terletak di kedua sisi korda spinalis. Serat pascaganglion panjang yang berasal dari rantai ganglion itu berakhir di organ-organefektor. Sebagian serat praganglion melewati rantai ganglion tanpa membentuk sinapsdan kemudian berakhir di ganglion kolateral simpatis yang terletak disekitar separuh jalanantara SSP dan organ-organ yang dipersarafi, dengan serat pascaganglion menjalani jarak sisanya. 
Serat-serat praganglion parasimpatis berasal dari daerah cranial dan sacral SSP.Serat-serat ini berukuran lebih panjang dibandingkan dengan serat praganglion simpatiskarena serat-serat itu tidak terputus sampai mencapai ganglion terminal yang terletak didalam atau dekat dengan organ efektor. Serat-serat pascaganglion yang sangat pendek  berakhir di sel-sel organ yang bersangkutan itu sendiri.
 Serat-serat praganglion simpatisdan parasimpatis mengeluarkan neurotransmitter yang sama, yaitu asetilkolin (Ach),tetapi ujung-ujung pasca ganglion kedua system ini mengeluarkan neurotransmitter yang berlainan (neurotransmitter yang mempengaruhi organ efektor). Serat-serat pascaganglion parasimpatis mengeluarkan asetilkolin. Dengan demikian, serat-serat itu bersama dengansemua serat praganglion otonom, disebut serat kolinergik. Sebaliknya sebagian besar serat pascaganglion simpatis disebut serat adrenergic, karena mengeluarkan noradrenalin, lebihumum dikel sebagai norepinefrin. Baik asetilkolin maupun norepinefrin juga berfungsisebagai zat perantara kimiawi di bagian tubuh lainnya.
Persarafan Parasimpatis
Persarafan parasimpatis ke usus dibagi atas divisi kranial dan divisi sakral.Kecuali untuk beberapa serabut parasimpatiske regio mulut dan faring dari saluran pencernaan, serabut saraf parasimpatis kranial hampir seluruhnya di dalam saraf vagus.serabut-serabut ini memberi inervasi yang yang luas pada esofagus, lambung, pankreas,dan sedikit usus sampai separuh bagian pertama usus besar. Parasimpatis sakral bersaldari segmen sakral kedua, ketiga, dan keempat dari medula spinalis serta berjalan melaluisaraf pelvis ke seluruh bagian distal usus besar dan sepanjang anus. Arean sigmoid,rektum, dan anus diperkirakan mendapat persarafan parasimpatis yang lebih baik daripada bagian usus yang lain. Fungsi serabut ini terutama untuk menjalankan reflak defekasi. Neuron-neuron postganglionik dari sistem parasimpatis gastrointestinal terletak terutama di pleksus mienterikus dan pleksus submukosa. Perangsangan saraf parasimpatisini menimbulkan peningkatan umum dari aktivitas seluruh sistem saraf enterik. Hal inikemudian akan memperkuat aktivitas sebagian besar fungsi gastrointestinal
Persarafan Simpatis
Serabut-serabut simpatis yang berjalan ke traktus gastrointestinal bersal darimedula spinalis antara segmen T-5 dan L-2. Sebagian besar serabut preganglionik yangmempersarafi usus, sesudah meninggalkan medula, memasuki rantai simpatis yangterlatak di sisi lateral kolumna spinalis, dan banyak dari serabut ini kemudian berjalanmelalui rantai ke ganglia yang terletak jauh seperti ganglion seliaka dan berbagaiganglion mesenterica. Kabanyakan badan neuron simpatik postganglionik berada diganglia ini, dan serabut-serabut post ganglionik lalu menyebar melalui saraf simpatis postganglionik ke semua bagian usus. Sistem simpatis pada dasarnya menginervasiseluruh traktus gastrointestinal, tidak hanya meluas dekat dengan rongga mulut dan anus,sebagaimana yang berlaku pada sistem parasimpatis. Ujung-ujung saraf simpatis sebagian besar menyekresikan norepinefrin dan juga epinefrin dalam jumlah sedikit. Padaumumnya, perangsangan sistem saraf simpatis menghambat aktivitas traktusgastrointestinal, menimbulkan banyak efek yang berlawanan dengan yang ditimbulkanoleh sistem parasimpatis. Sistem simpatis menghasilkan pengaruhnya melalui dua cara:(1) pada tahap yang kecil melalui pengaruh langsung sekresi norepinefrin untuk menghambat otot polos traktus intestinal (kecuali otot mukosa yang tereksitasi olehnorepinefrin), dan (2) pada tahap yang besar melalui pengaruh inhibisi dari norepinefrin pada neuron-neuron pada seluruh sistem saraf enterik. Perangsangan yang kuat padasistem simpatis dapat menginhibisi peregerakan motor usus begitu hebat sehingga dapat benar-benar menghentikan pergerakan makanan melalui traktus gastrointestinal.
2.2 Propulsi dan Pencampuran Makanan Dalam Saluran Pencernaan
Agar makanan dapat dicerna secara optimal dalam saluran pencernaan, waktu yangdiperlukan pada masing-masing bagian saluran bersifat terbatas. Selain itu pencampuran yangtepat juga harus dilakukan. Tetapi karena kebutuhan untuk pencampuran dan pendorongansangat berbeda pada tiap tingkat proses, berbagai mekanisme umpan balik hormonal dansaraf otomatis akan mengontrol tiap aspek dari proses ini.
2.2.1 Pengaturan Pencernaan Makanan
Mengunyah makanan bersifat penting untuk pencernaan semua makanan, karenaakan membantu pencernaan makanan untuk alasan sederhana berikut : karena enzim-enzim pencernaan hanya bekerja pada permukaan partikel makanan, kecepatan pencernaan sangat tergantung pada total area permukaan yang terpapar dengam sekresiusus. Pada umumnya otot- otot pengunyah dipersarafi oleh cabang motorik dari saraf kranial kelima, dan proses mengunyah dikontrol oleh nukleus dalam batang otak
Menelan adalah suatu aksi fisiologis yang kompleks terutama karena faring padahampir setiap saat melakukan beberapa fungsi lain di samping menelan dan hanya diubahdalam beberapa detik ke dalam traktus untuk mendorong makanan. Yang terutama penting adalah bahwa respirasi tidak terganggu akibat menelan. Pada umumnya menelandapat dibagi menjadi (1) tahap volunter, yang mencetuskan proses menelan, (2) tahapfaringeal, yang bersifat involunter dan membantu jalannya makanan melalui faring kedalam esofagus, dan (3) tahap esofageal, fase involunter lain yang mempermudah jalannya makanan dari faring ke lambung. Proses menelan secara otomatis diatur dalamurutan yang teratur oleh daerah-daerah neuron di batang otak yang didistribusikan keseluruh substantia retikularis medula dan bagian bawah pons. Impuls motorik dari pusatmenelan ke faring dan esofagus bagian atas yang menyebabkan penelanan dijalarkan olehsaraf kranial ke-5, ke-9, ke-10, dan ke-12 serta bahkan beberapa saraf servikal superior,seperti tampak pada. Ringkasnya, tahap faringeal dari penelanan pada dasarnyamerupakan suatu refleks. Sewaktu gelombang peristaltik esofagus berjalan ke arahlambung, timbul suatu gelombang relaksasi, yang dihantarkan melalui neuron peghambatmienterikus, mendahului peristaltik, Selanjutnya seluruh lambung dan sedikit lebih luas, bahkan duodenum menjadi terelaksasi sewaktu gelombang ini mencapai bagian akhir esofagus dan dengan demikian mempersiapkan lebih awal untuk menerima makanan yangdidorong ke bawah esofagus selama proses menelan.
2.2.2 Pengaturan Fungsi Motorik Lambung
Fungsi motorik dari lambung ada tiga : (1) penyimpanan sejumlah besar makanansampai makanan dapat diproses di dalam duodenum, (2) pencampuran makanan inidengan sekresi dari lambung sampai membentuk suatu campuran setengah cair yangdisebut kimus, dan (3) pengosongan makanan dengan lambat dari lambung ke dalam usushalus pada kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan absorpsi yang tepat oleh usushalus. Saat lambung berisi makanan, gelombang konstriktor peristaltik yang lemah(gelombang pencampur) mulai timbul dibagian tengah dinding lambung dan bergerak kearah antrum sepanjang dinding lambung sekitar satu kali setiap 15 sampai 20 detik.Sewaktu gelombang konstriktor berjalan dari korpus ke dalam antrum, gelombangmenjadi lebih kuat, beberapa menjadi sangat kuat dan menimbulkan cincin konstriktor  peristaltik yang kuat yang mendorong isi antrum di bawah tekanan tinggi ke arah pilorus.Pengosongan lambung ditimbulkan oleh kontraksi peristaltik yng kuat padaantrum lambung. Kecepatan pengosongan lambung diatur oleh sinyal dari lambung dan
duodenum. Akan tetapi duodenum memberi sinyal yang kebih kuat, selalu mengontrol pengosongan kimus ke dalam duodenum pada kecepatan yang tidak melebihikecepatan kimus dicerna dan diabsorbsi dalam usus halus.
2.3 Fungsi Sekresi dari Saluran Pencernaan
Di sepanjang traktus gastrointestinal , kelenjar sekretoris mempunyai dua fungsi utama.Pertama, enzim-enzim pencernaan disekresi pada sebagian besar daerah rongga mulut sampaiujung distal ileum. Kedua, kelenjer mukus, dari rongga mulut sampai ke anus, mengeluarkanmukus untuk melumaskan dan melindungi semua bagian saluran pencernaan.
2.3.1 Mulut dan Esofagus
Di dalam mulut, melalui proses pengunyahan, makanan bercampur dengan salivadan didorong melalui proses menelan ke dalam esofagus . Gelombang peristaltik diesofagus menggerakkan makanan ke dalam lambung.
2.3.2 Lambung
Motilitas dan sekresi lambung diatur oleh mekanisme persarafan dan humoral.Komponen saraf adalah refleks otonom lokal, yang melibatkan neuron-neuron kolinergik,dan impuls-impuls dari SSP melalui nervus vagus. Rangsang vagus meningkatkan sekresigastrin melalui pelepasan gastrin - releasing peptide. Serat-serat vagus lain melepaskanasetilkolin, yang bekerja langsung pada sel-sel kelenjar di korpus dan fundus untuk meningkatkan sekresi asam dan pepsin. Rangsang nervus vagus di dada atau leher meningkatkan sekresi asam dan pepsin, tetapi vagotomi tidak menghilangkan responssekresi terhadap rangsang lokal. Untuk memudahkan pengaturan fisiologik sekresilambung biasanya dibahas berdasarkan pengaruh otak ( sefalik ), lambung, dan usus.Pengaruh / fase sefalik adalah respons yang diperantarai oleh nervus vagus yang diinduksioleh aktivitas di SSP. Pengaruh lambung terutama adalah respons-respons refleks lokaldan respons terhadap gastrin. Pengaruh usus adalah efek umpan balik hormonal danrefleks pada sekresi lambung yang dicetuskan dari mukosa usus halus.
Pengaruh Sefalik 
 Adanya makanan dalam mulut secara refleks merangsang sekresi lambung. Serat-serat eferen untuk refleks ini adalah nervus vagus. Peningkatan sekresi lambung yangdiperantarai oleh vagus mudah dilatih. Pada manusia, sebagai contoh : melihat,mencium bau dan memikirkan makanan akan meningkatkan sekresi lambung.Peningkatan ini disebabkan oleh refleks bersyarat saluran cerna yang telah berkembang sejak awal masa kehidupan. Rangsang hipotalamus anterior dan bagian- bagian korteks frontalis orbital di sekitarnya meningkatkan aktivitas eferen vagus dan
sekresi lambung. Pengaruh otak menentukan sepertiga sampai separuh dari asam yangdisekresikan sebagai respons terhadap makanan normal.
Respons Emosi Keadaan kejiwaan memiliki pengaruh terhadap sekresi dan motilitas lambungyang terutama diperantarai oleh nervus vagus. Rasa cemas dan depresi menurunkansekresi lambung dan aliran darah serta menghambat motilitas lambung.
Pengaruh Lambung
 Adanya makanan dalam lambung mempercepat peningkatan sekresi lambungyang disebabkan oleh penglihatan atau bau makanan dan adanya makanan dimulut.Reseptor di dinding lambung dan mukosa berespons terhadap peregangan danrangsang kimia, terutama asam-asam amino dan produk pencernaan terkait lain. Serat-serat dari reseptor masuk ke dalam pleksus submukosa, tempat badan sel neuronreseptor berada. Serat-serat tersebut bersinaps pada neuron parasimpatis postganglionyang berakhir di sel-sel parietal dan merangsang sekresi asam. Neuron-neuron postganglion dalam lengkung refleks lokal aalah neuron yang sama dengan yangdipersarafi oleh neuron preganglion vagus desendens dari otak yang memperantaraifase sefalik sekresi. Produk-produk pencernaan protein juga menyebabkan peningkatan sekresi gastrin, dan hal ini meningkatkan aliran asam.

Pengaruh Usus
 Walaupun di mukosa usus halus dan lambung terdapat sel-sel yang berisi gastrin, pemberian asam amino langsung ke dalam duodenum tidak meningkatkan kadar gastrin dalam darah. Lemak, karbohidrat, dan asam dalam duodenum menghambatsekresi asam lambung dan pepsin serta motilitas lambung melalui mekanisme saraf dan hormonal. Identitas enterogastron yakni sebagai hormon usus berperan dalaminhibisi belum jelas diketahui. Sekresi asam lambung meningkat setelah sebagian besar usus halus diangkat. Hipersekresi, yang secara kasar setara dengan jumlah ususyang diangkat, sebagian mungkin disebabkan oleh hilangnya sumber hormon-hormonyang menghambat sekresi asam.
2.3.3 Usus Halus
Sejauh ini cara terpenting untuk mengatur sekresi usus halus adalah dengan berbagairefleks saraf setempat terutama refleks yang dimulai oleh rangsangan taktil dan iritasiserta oleh peningkatan aktifitas saraf enterik yang berhubungan dengan gergerakangastrointestinal. Oleh karena itu dihampir semua tempat, sekresi pada usus halus terjadihanya sebagai respons terhadap keberadaan kimus dalam usus - semakin banyak jumlah
kimus semakin banyak sekresinya. Beberapa hormon yang dapat merangsang sekresididaerah manapun pada traktus gastrointestinal juga dapat meningkatkan sekresi usushalus khususnya sekretin dan kolesistokinin. Beberapa eksperimen menunjukkan bahwazat-zat hormonal yang diekstraks dari mukosa usus halus oleh kimus mungkin membantumengontrol sekresi. Pada umumnya mekanisme refleks enterik setempat hampir selaluikut memegang peranan yang dominan.
2.3.4 Usus Besar
Mukosa usus besar, seperti pada usus halus mempunyai banyak kriptus lieberkuhn,tetapi pada mukosa ini, berbeda dengan usus halus, tidak memiliki vili. Sel-sel epitelhampir tidak mengandung enzim. Sebaliknya sel ini terutama mengandung sel-sel mukusyang hanya mensekresi mukus. Mukus dalam usus besar jelas melindungi dinding ususterhadap ekskoriasi, tetapi selain itu, juga menghasilkan media yang lengket untuk melekatkan bahan feses bersama- sama. Lebih lanjut mukus melindungi dinding usus darisejumlah besar aktifitas bakteri yang berlangsung di dalam feses, dan menambah sifat basa dari sekresi ( pH 8,0 yang disebabkan oleh sejumlah besar natrium bikarbonat)menyediakan suatu sawar untuk menjaga agar asam yang terbentuk didalam tinjatidak menyerang dinding usus.Apabila suatu segmen usus besar menjadi sangat teriritasi, seperti yang terjadi bilainfeksi bakteri berlangsung menyeluruh selama enteritis, mukosa mensekresikan sejumlah besar air dan elekrolit selain sekresi larutan mukus alkali yang kental dan normal. Sekresiini berfungsi untuk mengencerkan faktor pengiritasi dan menyebabkan pergerakan tinjayang cepat menuju anus. Hal ini biasanya menyebabkan terjadinya diare, disertaikehilangan sejumlah air dan elektrolit. Tetapi diare juga menyapu bersih faktor iritan,yang menimbulkan pemulihan penyakit lebih cepat daripada bila terjadi sebaliknya.
2.4 Pencernaan dan Absorbsi dalam Traktus Gastrointestinal2.4.1 Pencernaan Berbagai Makanan Melalui Hidrolisis
Hidrolisis Karbohidrat
Bila karbohidrat dicernakan, karbohidrat diubah menjadi monosakarida. Enzimkhusus di dalam getah pencernaan pada traktus gastrointestinal mengembalikanion hidrogen dan hidroksil air ke polisakarida dan dengan demikian memisahkanmonosakarida satu sama lain.
Hidrolisis Lemak 
 Hampir semua gugus lemak di dalam diet terdiri atas trigliserida (lemak netral),yang merupakan gabungan dari tiga molekul asam lemak yang berkondensasi
dengan satu molekul gliserol. Selama proses kondensasi, tiga molekul air dikeluarkan.
Hidrolisis Protein
 Protein dibentuk dari beberapa asam amino yang saling berikatan bersama-samamelalui ikatan peptida. Pada setiap ikatan, satu ion hidroksil dipindahkan dari satuasam amino, dan satu ion hidrogen dipindahkan dari asam amino berikutnya; jadi,asam amino berturutan dalam rantai protein juga saling berikatan melalui proseskondensasi dan pencernaan terjadi melalui efek pembalikan : hidrolisis. Yaitu,enzim proteolitik mengembalikan ion hidrogen dan ion hidroksil dari molekul air ke molekul protein untuk memecahnya menjadi unsur-unsur pokok asam amino.
2.4.2 Prinsip-Prinsip Dasar Absorpsi Gastrointestinal
Dasar Anatomi Absorpsi
Jumlah cairan total yang harus diabsorpsi setiap hari oleh usus sebanding dengancairan yang dicerna (kira-kira 1,5 liter) ditambah dengan cairan yang disekresikanoleh bermacam-macam sekresi gastrointestinal (kira-kira 7 liter).
Jadi, jumlah totalnya8 sampai 9 liter. Semua kecuali kira-kira 1,5 liter dari cairan ini diabsorpsi di usushalus, dan menyisakan hanya 1,5 liter untuk melalui katup ileosekal ke dalam kolonsetiap harinya.Lambung merupakan daerah saluran pencernaan yang absorpsinya buruk karenatidak memiliki jenis vili yang khas dari membran pengabsorpsi, dan juga karena tautantar sel-sel epitel merupakan taut yang ketat. Hanya ada beberapa zat yang sangatlarut dalam lemak, seperti alkohol dan beberapa obat seperti aspirin, dapat diabsorpsidalam jumlah kecil.
2.4.3 Absorpsi dalam Usus Halus
Absorpsi dari usus halus setiap hari terdiri atas beberapa ratus gram karbohidrat,100 gram atau lebih lemak, 50 sampai 100 gram asam amino, 50 sampai 100 gram ion, dn7 sampai 8 liter air. Kapasitas absorpsi normal usus halus jauh lebih besar dari nilai ini :sebanyak beberapa kilogram karbohidrat per hari, 500 gram lemak per hari, 500 sampai700 gram asam amino per hari, dan 20 liter air atau lebih per hari.
2.4.4 Absorpsi dalam Usus Besar : Pembentukan Feses
Kira-kira 1500 milimeter kimus secara normal melewati katup ileosekal ke dalamusus besar setiap harinya. Sebagian besar air dan elektrolit di dalam kimus ini diabsorpsidi dalam kolon, biasanya meninggalkan kurang dari 100 milimeter cairan untuk diekskresikan dalam feses.
Juga,pada dasarnya semua ion diabsorpsi hanya meninggalkan 1 sampai 5 miliekuivalen dri masing-masing ion natrium dan klorida untuk hilang dalamfeses.Sebagian besarr absorpsi dalam usus besar terjadi pada pertengahan proksimalkolon, sehingga bagian ini dinamakan kolon pengabsorpsi, sedangkan kolon bagian distal pada prinsipnya berfungsi sebagai tempat penyimpanan feses sampai waktu yang tepatuntuk ekskresi feses dan oleh karena itu disebut kolon penyimpanan.
2.5 Fisiologi Gangguan Gastrointestinal2.5.1 Gangguan Menelan dan Gangguan Esofagus
Paralisis Mekanisme Menelan
Kerusakan saraf otak V, IX atau X dapat menyebabkan paralisis bagian yang bermakna dari mekanisme menelan.
Juga, beberapa penyakit seperti poliomyelitis atauensefalitis, dapat menghalangi proses menelan yang normal dengan merusak pusatmenelan pada batang otak. Akhirnya, kelumpuhan otot-otot menelan seperti yang terjadi pada distrofi otot atau pada kegagalan transmisineuromoskular pada miastenia gravisatau botulisme, juga dapat menghalangi proses menelan yang normal.
Akalasia dan Megaesofagus
 Akalasia adalah keadaan sfingter esophagus inferior yang gagal berelaksasi selamamenelan. Sebagai akibatnya, makanan yang ditelan ke dalam esophagus gagal untuk melewati esophagus masuk ke dalam lambung. Penelitian patologi telah menunjukkankerusakan pada jaringan kerja saraf pleksus mienterikus pada dua pertiga bagian bawahesophagus. Hasilnya perototan esophagus bagian bawah tetap berkontraksi secara spastis,dan pleksus mienterikus kehilangan kemampuannya untuk mentransmisikan sinyal yangmenimbulkan ³relaksasi reseptif¶ dari sfingter gastroesofageal ketika makanan mencapaisfingter ini selama menelan.
2.5.2
 Gangguan-Gangguan Lambung
Gastritis (Peradangan Mukosa Lambung)
Peradangan dari gastritis dapat hanya superficial dan oleh karena itu tidak begitu berbahaya, atau dapat menembus secara dalam ke dalam mukosa lambung, pada kasus-kasus yang berlangsung lama, menyebabkan atrofi mukosa lambung hampir lengkap.Pada beberapa kasus, gastritis dapat menjadi sangat akut dan berat, dengan ekskoriasiulserativa mukosa lambung oleh sekresi peptic lambung sendiri. Penelitian menunjukkan bahwa banyak gastritis disebabkan oleh infeksi bacterial mukosa lambung yang kronis.Gangguan ini dapat diobati sempurna dengan suatu rangkaian pengobatan antibiotikayang intensif.
Ulkus Peptikum
 Ulkus peptikum adalah suatu daerah ekskoriasi mukosa lambung atau usus yangterutama disebabkan oleh kerja pencernaan getah lambung atau sekresi usus halus bagianatas. Tempat yang paling sering terkena adalah pada jarak beberapa sentimeter dari pylorus. Sebagai tambahan, ulkus peptikum sering terjadi di sepanjang kurvatura minor ujung antral lambung atau yang lebih jarang pada ujung bawah esophagus tempat getahlambung sering masuk kembali.
Jenis ulkus peptikum yang disebutulkus marginalis juga sering terjadi jika suatu pembukaan melalui pembedahan seperti gastro-yeyunostomidibuat antara lambung dan yeyunum usus halus. Penyebab umum dari ulserasi peptikumadalah ketidakseimbangan antara kecepatan sekresi getah lambung dan derajat perlindungan yang diberikan oleh (1) sawar mukosa gastroduodenal dan (2) netralisasiasam lambung oleh getah duodenum.
2.5.3 Gangguan Pada Usus Halus
 Pankreatitis
Pankreatitis berarti peradangan pancreas, dan ini dapat terjadi baik dalam bentuk  pancreatitis akut  maupun pancreatitis kronis. Penyebab yang paling umum dari pancreatitis adalah minum alcohol berlebihan dan penyebab kedua yang paling umum adalah sumbatan papilla Vaterioleh batu empedu; dua hal ini bersama-sama merupakanlebih dari 90% penyebab dari semua kasus.
Jika batu empedu menghambat papilla Vateri, batu ini akan menghambat duktus sekretorius utama dari pancreas dan duktus biliariskomunis. Enzim pancreas kemudian terbendung di dalam duktus dan asinus pancreas.Akhirnya, banyak tripsinogen yang tertumpuk sehingga menutupi tripsin inhibitor padasekresi, dan sejumlah kecil tripsinogen yang teraktivasi membentuk tripsin.Malabsorpsi Oleh Mukosa Usus Halus (Sprue)Sprue Nontropis Satu jenis sprue , disebut secara bervariasi dengan nama sprue idiopatik, penyakit seliak (pada anak-anak) atau enteropati gluten, terjadi akibat efek toksik dari gluten yang terdapat pada beberapa tipe padi-padian tertentu,terutama gandum dan gandum hitam. Hanya beberapa orang yang rentanterhadap efek ini, tetapi pada orang-orang yang rentan, gluten mempunyai efek destruktif langsung pada sel-sel enterosit usus.
Sprue Tropis
Tipe yang berbeda dari sprue, yang disebut sprue tropis, terjadi pada daerahtropis dan sering dapat diterapi dengan agen-agen antibakteri. Meskipun tidak ada bakteri spesifik yang ditemukan sebagai penyebab, dianggap bahwa sprue jenis ini sering disebabkan oleh peradangan mukosa usus akibat agen infeksiyang belum dapat diidentifikasi.
Malabsorpsi Pada Sprue
 Pada tahap awal sprue, absorpsi usus terhadap lemak lebih terganggu daripadaabsorpsi produk pencernaan lainnya. Lemak yang tampak pada tinja hampir seluruhnya dalam bentuk garam asam lemak dan bukan bentuk lemak yang tak tercerna, menggambarkan bahwa masalahnya adalah absorpsi dan bukannya pencernaan. Sebenarnya kondisi tersebut seringkali disebut steatore.Yang berarti lemak berlebihan dalam tinja. Pada kasus
Sprue yang sangat berat,selain malabsorpsi lemak terdapat pula gangguan absorpsi protein,karbohidrat, kalsium, vitamin K, asam folat dan vitamin B12.
2.5.4 Gangguan Pada Usus Besar
Konstipasi
Konstipasi berarti pelannya pergerakan tinja melalui usus besar, dan seringdisebabkan sejumlah besar tinja yang kering dank eras pada kolon descenden yangmenumpuk karena absorpsi cairan yang berlebihan. Kelainan patologi apapun pada ususyang menghambat pergerakan isi usus, seperti tumor, perlekatan yang menyempitkanusus, atau ulkus, dapat menyebabkan konstipasi. Penyebab fungsional konstipasi yangsering adalah kebiasaan buang air besar yang tidak teratur, yang berkembang selamakehidupan akibat penghambatan refleks defekasi normal. Kadang seseorang menderitakonstipasi yang begitu parah sehingga pergerakan usus hanya terjadi beberapa hari sekaliatau kadang hanya sekali dalam seminggu. Tampaknya ini menyebabkan sejumlah besar feses menumpuk di kolon, kadang-kadang menyebabkan distensi kolon dengan diameter 3 sampai 4 inchi. Keadaan ini disebut megakolon atau penyakit Hirschsprung .Penyebabnya adalah tidak adanya atau defisiensi sel-sel ganglion pada pleksusmienterikus dalam sebuah segmen kolon sigmoid.
Diare
 Diare terjadi akibat pergerakan yang cepat dari materi tinja sepanjang usus besar.Beberapa penyebab diare dengan sekuele fisiologis yang penting adalah sebagai berikut :
1.Enteritis merupakan peradangan yang biasanya disebabkan baik oleh virusmaupun oleh bakteri pada traktus intestinalis.
2.Diare psikogenik Tipe diare ini disebut diare emosional psikogenik yang disebabkan oleh stimulasi berlebihan dari sistem saraf parasimpatis.
3.Kolitis UlserativaKolitis ulserativa adalah penyakit peradangan dan ulserasi daerah yang luas dariusus besar. Motilitas dari kolon yang mengalami ulserasi sering begitu besar sehingga perpindahan massa terjadi seharian, dibandingkan dengan keadaan biasayaitu 10 sampai 30 menit. Sekresi kolon juga meningkat. Akibatnya, pasienmengalami gerakan usus bersifat diare yang berulang.
2.5.5 Gangguan Umum dari Traktus Gastrointestinal
Muntah
Muntah merupakan suatu cara traktus gastrointestinal membersihkan dirinya sendiridari isinya ketika hampir semua bagian atas traktus gastrointestinal teriritasi secaraluas, sangat mengembang, atau bahkan terlalu terangsang. Distensi atau iritasi yang berlebihan dari duodenum menyebabkan suatu rangsangan khusus yang kuat untuk muntah.
Mual
 Mual adalah pengenalan secara sadar terhadap eksitasi bawah sadar pada daerahmedulla yang secara erat berhubungan dengan atau merupakan bagian dari pusatmuntah, dan mual dapat disebabkan oleh (1) Impuls iritatif yang datang dari traktusgastrointestinal, (2) Impuls yang berasal dari otak bawah yang berhubungan denganmotion sickness, atau (3) Impuls dari korteks serebri untuk mencetuskan muntah.Muntah kadang terjadi tanpa didahului perangsangan prodromal mual, yangmenunjukkan bahwa hanya bagian-bagian tertentu dari pusat muntah yang berhubungan dengan perangsangan mual.
Obstruksi Gastroinestinal
 Traktus gastrointestinabrl dapat mengalami obstruksi pada hampir semua bagiansepanjang perjalanannya. Beberapa penyebab umum obstruksi adalah
(1)kanker, (2) konstriksi fibrotic yang merupakan akibat dari ulserasi atau dari pelekatan peritoneum, (3)  spasme dari suatu segmen usus, dan (4) paralisis suatu segmen usus.
2.5.6 Gas dalam Traktus Gastrointestinal : ³Flatus´
Gas yang disebut flatus dapat memasuki traktus gastrointestinal dari tiga sumber yang berbeda : (1) udara yang ditelan, (2) gas yang terbentuk di dalam perut sebagai hasilkerja bakteri, atau (3) gas yang berdifusi dari darah ke dalam traktus gastrointestinal.Kebanyakan gas dalam lambung adalah campuran nitrogen dan oksigen yang berasal dariudara yang ditelan. Pada orang secara umum, kebanyakan gas ini dikeluarkan lewatsendawa. Hanya sejumlah kecil gas yang umumnya muncul dalam usus halus, dan banyak dari gas ini merupakan udara yang berjalan dari lambung masuk ke dalam traktusintestinalis